Cari thema tulisan dan judul artikel disini

Minggu, 22 Januari 2023

PANGLIMA LAKSAMANA PERTAMA KESULTANAN PONTIANAK

SEJARAH HIDUP 

SAYYID ABUBAKAR BIN SAYYID HUSEIN AL KADRIE, 1735 - 1814 M. 79 tahun

Lahir Matan, 1735 M. Wafat Pontianak, Kamis 27 Juli 1814 M - 12 Sya ban 1236H

Menikahi 11 wanita, 32 Anak keturunan 

By : Maktab Nan Gq 1857 



Kepala Keluarga Keturunan 
Sayyid Abubakar bin Sayyid  Husein Mempawah



"Jika sejarah sebagian besar ditulis oleh pemenang, bahkan dikumpulkan dari  kebohongan - kebohongan yang di buku kan, Maka, Mulai Hari Ini, Tulislah sejarah orang - orang yang kalah, yang tidak ditulis dengan kebohongan dan Belum  di buku kan  ! ( Syarif Tue Tsani ) 


Berdasarkan catatan Pangeran Bendahara Syarif Ja Far bin Sultan Hamid.I. Kode Dokumen : NanGq 1857 M, Nomor : 36/763, Halaman : 327 s/d 330 berangka tahun 1857 M.  Keturunan beliau berjumlah 32 Anak keturunan, dari 9 istri yang melahirkan


PENGANTAR 


Rasullullah.SAW., menegaskan dengan Sabdanya dalam Riwayat Ahmad dan Baihaqi., 

“ Barang siapa yang menolak Nasab bapaknya., Maka mereka di anggap Kapir dan Barang siapa yang mengakui Nasab orang lain sebagai bapaknya, mereka juga di anggap Kapir.”, (HR. Ahmad., Baihaqi terdapat di dalam Kitab., Syafaaf Tadawuf, Al-Munjid., Syafatul Nasbi Dan beberapa Kitab lainya) 


     Keturunan Panglima Laksamana I Syarif Abu Bakar bin Sayyid Hussein Al - Kadri Jamalulail., Jika  di tolak oleh seseorang maupun Lembaga dengan mengatakan Mereka DOT (terputus ) Maka seseorang Atau Lembaga yang mengatakan mereka DOT, juga terhukum Kafir karena memutuskan Nasab Bapak orang lain, 


      Karena menurut catatan warisan ayah beliau Sayyid Husein, keturunan ini ada dan tercatat dalam dokumen Nan Gq 1857 Pangeran Bendahara Syarif Ja Far bin Sultan Hamid I, di Kesultanan Pontianak turun - temurun. Warisan dari Pangeran Bendahara Ahmad bin Sultan Abdurrahman sejak tahun 1227 H - 1445 H - (218 Tahun ) silam yang tentu saja jauh lebih tua dari lembaga pencatat nasab yang baru berdiri pada 1938 di Batavia zaman penjajahan Belanda itu. 


اذكروا أن آباءكم لا يموتون أبدا، إنما تموت أجسادهم، فإذا كنتم لا تعرفونهم وتريدون أن تعرفوا آباءكم، فاقرأوا جملتي الشهادتين سبع مرات، الصلاة على النبي محمد رسول الله سبع مرات، وسورة الفاتحة سبع مرات حتى يظهروا أمامكم، وإن كنتم لا ترونهم، فإنهم يرونكم، وتشعرون بحضور آبائكم، لأن ذلك سبيل الله ورسولكم، ولا تضلوا طريقكم استمع لكلام بولان بن حتى لو كانوا لا يعرفون آباءك السابقين، فإن كانوا يعرفون، فاستدعاء شاهدين يعرفان والدك، وإذا كان هؤلاء الشهود لا يعرفون، فابحث عن من يفهم ليقدم آباءك فإن هذا هو السبيل، سيهديكم الله ورسولكم». "فَاتَّقُوا آبَاءَكُمْ وَآبَاءَكُمْ وَلاَ تَرْتُلُوا عَنْهُمْ فَيَوْلِبْنَّكُمُ اللَّهُ وَرَسُولُكُمْ."


“Ingatlah oleh mu Sesunggunya Bapak – Bapak mu tidak pernah mati, yang mati hanya jasadnya, maka jika kamu tidak mengetahui mereka sementara kamu ingin mengetahui Bapak – Bapak mu, 


Maka bacakanlah oleh  Mu

1.  Dua kalimat syahadat tujuh kali, 

2. Sholawat atas Nabi Muhammad Rasullullah tujuh kali dan

3.  Surah Alfatikha  tujuh kali sampai mereka hadir di hadapan mu, 


   Sekalipun kamu tidak melihatnya tetapi mereka melihat mu dan kamu merasakan kehadiran Bapak – bapak mu itu, sebab itulah jalan Allah dan Rasulmu, dan jangalah kamu tempuh dengan jalan yang batil dengan mendengarkan perkataan pulan bin pulan sedang mereka tidak mengetahui Bapak – bapak mu yang terdahulu, 


Jika mereka mengetahui, maka panggilah dua orang saksi yang mengetaui diri Bapak mu, dan seandainya saksi – saksi itu juga tidak mengetahui maka carilah orang yang mengerti untuk menghadirkan Bapak – Bapak mu, 


Karena itulah jalan Allah dan Rasul mu yang memberi petunjuk untuk mu,”. Kemudian berwasilahlah kamu kepada kedua orang tua mu (Bapak Ibu mu) dan Bapak – bapak mu dan janganlah kamu berpaling darinya, maka Allah dan Rasulmu juga akan berpaling darimu”


""سيكونون وسطاء لكم في كل سبع سنوات (مرة 700 سنة) الناس الذين يريدون الله. ليعرف سبحانه آباءكم وهم محمد رسول الله الذي صحح أهل نسبه إلى آدم. AS وبعد يأتي شخصان بعد كل سبع سنوات (مرة 700 سنة) فإذا جاء الوقت وأنت في زمانهم، فتعال إليهم وأصلح خبيرك، فإن الله قد استودع خبيرك الذي سيظهر بين يديه أنت فلا تتحيز له. "إن الشياطين (الجن) لا يستطيعون أن يغيروا أنفسهم كخبراء لرسول الله صلى الله عليه وسلم، فلعنتم بعهد الله ورسولكم".


“Akan datang orang – orang yang menjadi perantara mu setiap tujuh windu sekali (700 Tahun sekali) orang- orang yang di wasiatkan Allah. SWT untuk mengetahui Bapak – bapak mu yaitu Muhammad Rasullullah yang memperbaiki Ahlul Nasabnya hingga ke Adam. AS 


Dan setelah itu akan datang dua orang kembali setelahnya setiap tujuh windu sekali (700 Tahun sekali) jika sudah datang masanya dan kamu hidup di masa mereka datangilah mereka dan perbaikilah Ahli mu, 


Karena di tangannya telah Allah tittip Ahli keluarga mu yang akan hadir di hadapan mu, maka janganlah kamu berprasangka buruk kepadanya.

 Sesungguhnya Syaitan – syaitan itu ( Jin – jin itu) tidak mampu merubah dirinya sebagai Ahli Rasullullah Shalullahi Alaihi Wasalam, maka terkutuklah kamu kepada titipan Allah dan RasulMu”


Pangeran Bendahara Tua Negara Tujuh
Syarif Rabiansyah bin Ibrahim Alkadri



Keturunan lengkap Sayyid Abubakar Panglima Laksamana Pertama, 

bin Sayyid  Husein Tuan Besar Mempawah, dari semua istri beliau. 

Berdasarkan catatan Pangeran Bendahara 

Syarif Ja Far bin Sultan Hamid.I. 

Kode Dokumen : NanGq 1857 M, 

Nomor : 36 / 763, Halaman : 327 s/d 330 , 

Berjumlah 32 Anak keturunan, dari 9 istri yang melahirkan


    Catatan ini merupakan warisan turun temurun dari Sayyid Husein, diwariskan kepada putranya Sultan Abdurrahman, kemudian kepada cucu beliau,  Pangeran Bendahara Tua Syarif Ahmad bin Sultan Abdurrahman, selanjutnya diteruskan kepada Pangeran Bendahara Syarif Ja Far bin Sultan Hamid.I. yang dilantik oleh Sultan Hamid.I. pada tahun 1857 M, - 2 tahun setelah beliau duduk di tahta. Sebagai penjaga Nasab dan Silsilah serta adat istiadat Kesultanan Kadriah Pontianak, hingga hari ini, sudah mencapai generasi ke 7, dari keturunan Pangeran Bendahara Syarif Ja far ini. 


 KELAHIRAN , MASA KECIL, REMAJA HINGGA DEWASA 


    Syarif Abu bakar bin Sayyid Husein Al-Kadri Jamalulai, Lahir di Matan, pada sekitar tahun : 1735 M, ketika keluarga besar Beliau hijrah dari Matan pada : 8 Muharam 1160 H/20 Januari 1747 M. Beliau, Abubakar ini, yang diperkirakan berusia sekitar  12 tahun, ikut bersama rombongan keluarga besar Sayyid Husein. 


      Sementara abang beliau, Abdurrahman ( Yang kemudian menjadi Sultan  Pontianak ) saat itu berusia sekitar 16 tahun lahir 1730 M


       Masa kecil Abubakar bin Sayyid Husein banyak di lalui di negeri Matan, sampai  kemudian hijrah ke Mempawah.  


Sebagaimana abang dan kakak - kakak nya, tentu, beliau juga mendapat pendidikan dan pelajaran ilmu dari Abah beliau, Sayyid Husein yang menguasai berbagai disiplin ilmu, termasuk ilmu pelayaran, yang di peroleh beliau ( Sayyid Husein ) semasa mengembara sebelum menetap di Matan dulu. 


Perahu  Phinisi



MASA PELAYARAN BERSAMA SAUDARANYA ABDURRAHMAN


Masa Dewasa, 35@*Sayyid Syarif Abubakar bin Sayyid Husein, 


       Abubakar bin Sayyid Husein, tumbuh besar di Mempawah,  karena abang beliau, Abdurrahman, sebelum dan setelah menikah, sering melakukan pelayaran ke berbagai daerah, Abubakar ini juga ikut bersama saudaranya, melang- lang buana di lautan, bersama Nakhoda Daud, orang kepercayaan abang nya di lautan. 


Saat itu, usia beliau, Syarif Abubakar ini , mulai menginjak dewasa . 


Sejarah mencatat : 


   Saat Panglima Laksamana I Syarif Abu bakar bin Sayyid Husein Al-Kadri Jamalulai., Bersama abang beliau berlayar di pelosok negeri dan mulai di kenal sebagai 35@Syarif Abdurrahman., beliau Syarif Abu Bakar bin Sayyid Husein Al-Kadri Jamalulail di kenal sebagai Tuan Abu., 


  Ketika Syarif Abdurrahman mendapat gelar dari Kesultanan Banjar Pangeran Nur Alam.,  Syarif Abu bakar bin Sayyid Husein Al-Kadri Jamalulai sudah mendapat gelar "Mangkunegara  Wiralesmana" dari Opu Daeng Manambon serta  "Singa Lautan" dari Kesultanan Riau, dan Syarif Abdurrahman Pangeran Nur Alam mendapat gelar "Singa Samudra" oleh Kesultanan Riau., 


         Pada tahun 1759 : 


       Syarif Abdurrahman mengadakan pelayaran ke beberapa tempat seperti ke Pulau Tambelan, Siantan dan Negeri Siak, ketika ia berumur sekitar 29 tahun, dan pada tahun 1765 ke Kerajaan Palembang dan Banjarmasin, ketika ia berumur kurang dari 40 tahun. 


Syarif Abubakar berusia sekitar 24 tahun saat menyertai pelayaran tersebut. 


        Di Palembang Sultan kerajaan ini -- yang telah mengenal baik ayah dan mertuanya -- memberinya hadiah kepada rombongan berupa : 

Sebuah perahu, 100 pikul timah dan uang 2.000 ringgit.


      Pada tahun 1767 , sekitar usia 37 tahun, : 


  35@Syarif Abdurrahman Al-Qadrie meninggalkan Mempawah menuju Kerajaan Banjarmasin dan Paser, disini Ia menikahi putri Syahranum Ratu Banjar dan mendapat gelar Pangeran Nur Alam, sementara saudaranya, 


     35@Syarif Abubakar saat itu usia 32 tahun, menikahi Syarifah Aminah Alidrus binti Abdullah, wanita yang berasal dari Trengganu yang saat itu berada di Banjar. Makam istri beliau ini ditemukan di Kampung Segeram Natuna Pulau Tujuh.


  -- Daerah ini sekarang lebih dikenal dengan Kabupaten Paser dengan ibu kotanya Tanah Gerogot -- yang masing-masing terletak di kawasan selatan dan pantai timur Pulau Kalimantan.


  Sekembali nya dari penjelajahan di Laut, melewati Selat Bangka, Laut Jawa dan Selat Makasar, bahkan sampai ke Papua, ketika rombongan mereka tiba kembali di Mempawah, 


Tidak berapa lama, tepatnya pada 11 Rabiul Akhir tahun 1185 atau pertengahan 1771,-  orang tua yang sangat dikasihinya, Sayyid Hussein , meninggal dunia. 


   Koreksi : seharusnya tahun  Masehi,  1763 dan bukan 1771 sebagaimana diketahui selama ini, karena menyebabkan ada 8 tahun rentang waktu yang hilang 


Dalam catatan Pangeran Bendahara Ahmad disebutkan  :  


34@ As Sayyid Syarif Husein Alkadri Jamalullail, Makam Sejegi Kampung Pedalaman. Mempawah. Borneo Barat.  Anak  bungsu Sayyid Ahmad bin Sayyid Husein. No.5, dari lima saudara. 

Lahir di Trim Ar Ridha Yaman pada 17 Muharram 1120 H - 1699 M,  

Wafat di usia 63 -64 tahun, Pada : Rabu 2 Zulhijjah 1184 H - 19 Maret 1763 M.

Sayyid Husein Menikahi 12 wanita, dan mempunyai keturunan 42 anak 

 

Silsilah salah satu keturunan Sayyid Abubakar



WAFAT NYA SAYYID HUSEIN


Wafat nya Sayyid Husein bin Ahmad di Mempawah,- :  19 Mac 1771 / 1763 M

Catatan lain , Pada : Rabu 2 Zulhijjah 1184 H - 19 Maret 1763 M.

          Sayyid Husein bin Ahmad, wafat pada pukul 2.00 petang,  2 Zulhijjah 1184 H/ atau, 19 Mac 1771 ( atau wafat di usia 63 -64 tahun, Pada : Rabu 2 Zulhijjah 1184 H - 19 Maret 1763 M.) dalam usia 64 tahun.  

Beliau menutup mata di Mempawah, dan dimakamkan di Desa Sejegi, Mempawah Hilir.  Beliau dikenal dengan :  Tuan Besar Mempawah. 


Wafat nya Ayahanda yang sangat di kasihi dan dihormati putra - putrinya ini, menyebabkan semua keluarga besar berkumpul di satu titik, yaitu di Mempawah.


        Setelah menyempurnakan jenazah dan memakamkan jasad beliau di Sejegi, Mempawah Hilir, keluarga ini kemudian fokus untuk melaksanakan wasiat Abah mereka, mencari tempat hunian baru untuk keluarga besar mereka, dan anak cucu keturunan nya nanti. 


       Baru setelah sekitar 8 tahun kemudian, 

       Pada Oktober 1771.M, rencana itu diwujudkan, wafat 1763 M

       Sayyid Husein :  Wafat di usia 63 -64 tahun, 

       Pada : Rabu 2 Zulhijjah 1184 H - 19 Maret 1763 M.


     Ekspedisi mencari pemukiman baru di laksanakan, dengan berlayar ke arah Selatan dari kota Mempawah, menyusuri laut dan pantai Borneo. Mereka sempat masuk di Sungai Peniti, dan sholat Dzohor di Tanjung Dzohor.  Mereka juga singgah di Kelapa Tinggi Segedong,  Baru kemudian melanjutkan perjalanan . 

 


MEMBUKA KOTA PONTIANAK 


Abubakar bin Sayyid Husein, Ikut Rombongan ekspedisi mencari wilayah baru


Pada pukul 14.00 , 9 Rajab tahun 1185 H, Atau sekitar Oktober , 1771 M,


Tepatnya 1185 Hijriah,  bersamaan dengan 1764 M, bukan 1771 M , selisih 7 tahun


     Pangeran Nur Alam Sayyid Syarif Abdurrahman Al-Qadrie berangkat bersama seluruh keluarganya menuju ke pemukiman baru yang belum mereka ketahui dalam satu konvoi besar yang terdiri dari 2 kapal besar , dan 14 kapal kecil beserta dengan awak kapal nya lengkap dengan peralatan tidur, makanan, minuman untuk dua bulan. 


      2 Saudara laki-laki nya --  *Sayyid Syarif Abubakar dan * Sayyid Syarif Alwi Tuan Bujang ikut dalam rombongan ini. 

Sementara : 

     *Sayyid Syarif Muhammad sudah merantau ke Malaysia Timur Sarawak, dan Sayyid Syarif Ali merantau ke wilayah Kesultanan Brunei Darusssalam utara Borneo.

       Sayyid Syarif Ahmad I, sedang belajar di Giri, dan Sayyid Syarif Ahmad II, sudah menikah di Pesisir Utara Borneo, wilayah Kesultanan Sambas saat itu.  


      Syayid syarif Ali kemudian menetap di Brunai, Kampong Ayer . 

      Marga  yang digunakan Jamalullail

     Beliau bukan  dan berbeda dengan yang dikenal sebagai Syarif Ali Al Barakat, Sultan Brunei , wafat pada tahun 1432 M itu


  Keturunan dan makam Sayyid Ali bin Sayyid Husein Al Kadri Jamaullail, ditemukan di Kampong Ayer Brunai Darussalam.  


Sedangkan * Sayyid Syarif Ahmad II merantau ke pulau Jawa,  Kelak dikenal dengan Pangeran Giri dan menikah di kerajaan Sadurangas, Pasir Blengkong, Kalimantan Timur, Sementara Sayyid Syarif Ahmad Bungsu III, Menetap di daerah pesisir utara Borneo Barat. 


     Rombongan mereka meninggalkan Mempawah mencari pusat pemukiman baru, dan Syarif Abdurrahman ditunjuk sebagai kepala rombongan besar itu  



*Sayyid Syarif Abubakar bin Sayyid Husein, 

ikut Membuka Hutan Pontianak 23 Oktober 1771 M :


     Pada subuh hari Rabu tanggal 14 Rajab 1185.H bertepatan dengan 23 Oktober 1771 M ( Tepatnya 1185 Hijriah,  bersamaan dengan 1764 M, bukan 1771 M ) rombongan Pangeran Syarif Abdurrahman Al-Qadrie memasuki kawasan perairan di pertemuan Sungai Kapuas dan Sungai Landak .


    Pada sekitar jam , 07.00 pagi, rombongan mendarat di persimpangan tiga Sungai kapuas Kecil, Sungai Landak dan Sungai Kapuas Besar itu. Mereka memulai merimba hutan di kawasan yang sekarang dikenal sebagai Mesjid Jami Sultan Abdurrahman Pontianak. 



Penobatan Sultan  Pontianak  ke 9


PENOBATAN SULTAN ABDURRAHMAN


   Penobatan Sultan Abdurrahman dan 

  Pelantikan Panglima Laksamana


   Setelah sekitar 7 tahun, dari penebangan hutan pertama, 


   Pada tahun : 1778 M (1192 H) tanggal 18 Syaban hari Senin, 


  Setelah menaklukkan Sanggau, dan Tayan, dengan dihadiri oleh raja-raja kerajaan Landak, Simpang, Matan, Sukadana dan Mempawah, : Sultan Riau Raja Haji Fisabilillah,Yang Dipertuan Muda Riau,: - Menobatkan Syarif Abdurrachman Alkadrie sebagai sultan (pertama) di kesultanan Pontianak.


    Dalam semua peperangan diatas, Sayyid Abubakar ikut aktif membela saudaranya, karena beliau adalah :


       "Panglima Perang nya Kesultanan Pontianak"


      Sampai kemudian Abdurrahman diangkat menjadi Sultan Pertama Kesultanan dari Dinasty Al Kadri / Al Qadry di Pontianak ini, bergelar : 


Duli Yang Maha Mulia Tuanku Sultan Sayyid Syarif Abdurrahman Nur Alam Kahar, Ibni As Sayyid Syarif  Husein Al Qadri, Mufti dan Maharaja Imam, dan Patih di Istana Amantubillah Tuan Besar Mempawah*


Dan, 5 hari kemudian, Sayyid Abubakar dilantik saudara nya menjadi :Panglima Laksamana Nusantara Pertama, dikenal sebagai Laksamana Tua. Atau Laksamana  I  (  Abubakar I  )



Lencana Panglima & Pangeran
Bangsawan Kesultanan Pontianak
Keturunan Sayyid Husein Tuan Besar Mempawah




MUNDURNYA DARI JABATAN KESULTANAN:  5 Juli 1779 M, 


KARENA MASUKNYA BELANDA


Pada tanggal 29 Juni 1779 M (1193 H) : 

Kedatangan Williem Adrian Palm


     Mundurnya Panglima Laksamana Pertama Kesultanan Pontianak ini, diduga dipicu saat Ketika Residen Rentenir Rembang Williem Adrian Palm tiba di Pontianak., : pada tanggal 29 Juni 1779 M (1193 H)., 


     Kemudian Willem Adrian menyerahkan hadiah - hadiah titipan istri Sultan yang dinikahi di negri Belanda bernama : Lia Van Heden Werjawei, yang di kira oleh Keluarga Kesultanan saat itu., hadiah dari Willem, sehingga menjadi isu yang berkembang hingga di luar Kesultanan ( Rakyat saat itu juga mendengar isu seperti itu) 


   Untuk yang pertama kali meng - injakan kaki nya di Pontianak., 


   Maka di langsungkanlah kontrak yang pertama antara : - VOC, Veregnide Ost Indiche Company Perusahaan monopoli Dagang Belanda. Dibubarkan pada tahun 1799 M. Selanjutnya diambil alih oleh Kerajaan Belanda  -  

Dengan Kesultanan Pontianak, Sanggau dan Tayan. 


    Kontrak terjadi pada tanggal 5 Juli 1779 M (1193 H).


    Sejak saat itu Kesultanan Pontianak, Sanggau dan Tayan berada di bawah cengkraman pengaruh kekuasaan VOC., 


      Mendengar adanya kontrak perjanjian tersebut., 


    Setelah Panglima Laksamana I Syarif Abu Bakar bin Habeb Husein meminta untuk melihat isi Kontrak tersebut., kemudian setelah beliau baca dengan teliti dan di pahami nya., maka beliau memohon ke pada Sultan untuk tinggal dan membuka lahan di seberang Kapuas


     (Sekarang sudah menjadi jalan Sidas Kecil lalu berubah jalan Sidas Grand Mahkota Hotel.,  hingga maqam beliau pun di tempatkan di Gg, Mariana 1 dan 2., dimana 2 gang ini tembus ke Gang Merak 1 yang terdapat maqam beliau) 



SYARIF ABUBAKAR, 

SEPENINGGAL WAFAT NYA SULTAN ABDURRAHMAN : 1808 M


    Pada tahun , 1808 M (1223 H) Hari Sabtu tanggal 1 Muharram selepas zuhur, dalam usia 78 tahun, Sultan Syarif Abdurrachman Alkadrie berpulang ke Hariban llahi dan dimakamkan di Batulayang.

   ( lahir 1730 - wafat 1808 , usia  78 tahun )  



Setelah Pensiun dini dari jabatan

 Panglima Laksamana Pertama Kesultanan Potianak, 

      Beliau, Syarif Abubakar :

   Setelah megundurkan diri,  BBeliau kemudian membuka sebuah perkampungan sendiri dengan tujuan untuk menyendiri dan keluar dari kesibukan keSultanan (tidak di jelaskan nya sebab tersebut kepada Sultan saat itu ).,  


Saat mengundurkan diri , 5 Juli 1779 M

Beliau  Hanya  menyampaikan   kepada abang nya Sultan Abdurrahman : "  Ulun ingin istirahat dan konsentrasi untuk menyebarkan agama islam di seluruh pelosok negeri.",  demikian kata Panglima 


Permintaan itu., di restui dan dikabulkan oleh Sultan Abdurrahman.


    Sejak itulah Panglima Laksamana I Tuan Abu Syarif Abu Bakar bin Sayyid Husein Al-Kadri Jamalulai., saat itu beliau berusia sekitar 44 tahun, lahir tahun 1735 M: 

Menjadi perantau, pengelana  dan pengembara lagi. 

Menyeberangj laut dan Samudra,

Berdagang dan ber da wah ke seluruh wilayah Nusantara. 



Pangllima Laksamana I Wierelles Tujuh
Syarif Tue  Tsani 
Abdullah bin Wan Kundoy Yahya Alkadri
Kepala Keluarga Keturunan Sayyid Abubakar



MEMBUKA HUTAN SUNGAI JAWEI


  Setelah menyampaikan permintaannya kepada Sultan., pada 1779 M,


   Panglima Laksamana I Syarif Abu Bakar bin Sayyid Husein Al-Kadri Jamalulai., beliau mulai membuka Hutan., Area yang beliau buka saat itu berada pertengahan antara sungai Kapuas yang sudah banyak dilalui pelayaran dari pedagang - pedagang yang masuk dari berbagai negeri (sekarang menjadi Pelabuhan Pontianak) 


    Di daerah aliran sungai tanpa nama., yang kemudian oleh Panglima Laksamana I Syarif Abu Bakar bin Habib Husein Al-Kadri Jamalulai., diberi  nama aliran "Sungai Jawei""  Belum diketahui kapan kemudian daerah ini diambil kembali oleh Kesultanan kemudian diberikan kepada VOC dan menjadi basis Belanda, 


   Nama ini beliau ambil dari nama istri Sultan yang berkebangsaan Belanda Lia Van Heden binti Van Heden Werjawei (Jawei ) (Sekarang menjadi Sungai Jawi) dengan maksud untuk mengenang sumber pangkal melemahnya Kesultanan, sehingga Sultan yang kuat dan gagah perkasa melemah di tangan  belanda., 


     Sisi lain dari nama Sungai Jawi  (juga ada yang mengatakan banyaknya orang jawa yang bermukim di wilayah aliran sungai., sehingga di sebut Sungai jawi.,


     Tetapi ini tidak bisa di jadikan alasan., 


    Sebab menurut catatan kami, setelah beliau membuka hutan dan menjadi sebuah perkampungan, justru yang masuk terbanyak adalah orang - orang Bugis dari Matan, Mempawah, Sulawesi Selatan dan dari pulau - pulau termasuk dari Kepulauan Riau saat itu.,


    Sehingga pendapat tersebut terbantahkan dengan bukti sejarah yang benar.,



GELAR YANG DISANDANG SYARIF ABUBAKAR 


    Dalam babat Maktab NANGQ 1857., gelar Panglima Harimau Wakkar.,  kepada Panglima Laksamana I Syarif Abu Bakar bin Sayyid Hussein., juga atas Pemberian Opu Daeng Manambong (Syed Syech Adeni Qaulan Jajirah)., 


   Karena Syarif Abu Bakar ketika usia muda sering melihat permainan sabung Ayam yang di laksanakan Opu Daeng Manambong., Karena Itu merupakan kesenangan beliau., Syarif Abu Bakar tertarik dengan cara dan tehnis serangan ayam jantan milik Opu Daeng Manambong yang tidak pernah kalah,


  Syarif Abu Bakar mempelajari tehnis serangan tersebut., kemudian  beliau merawat kuku - kukunya untuk melakukan latihan cara menyerang lawan saat - saat dalam Keadaan lengah.,


    Melihat kesungguhan Syarif Abu Bakar belajar ilmu bela diri dengan cara otodidak., baik tangan kosong maupun bersenjata, akhirnya secara diam2 di perhatikan Opu Daeng Manambong., Kemudian Opu memberi  (Syarif abu Bakar) sepasang sarung tangan yang beliau pesan di daerah Matan, ujung nya di lapisi tembaga kuning yang runcing mirip cakar harimau., untuk dipergunakan belajar  dan latihan., 


Opu Daeng Manambong memberikan Gelar kepada Syarif Abubakar ini, dengan Sebutan Harimau Wakkar ( Panglima Harimau Wakkar ) yang di harapkan untuk menjaga diri dan menyerang lawan ketika saat berperang


     Dan ternyata Apa yang di pelajari Panglima Laksamana I Syarif Abu Bakar benar - benar bermanfaat untuk dirinya dimasa depan. 

Saat ketika menghadapi bajak laut dan musuh - musuh, ketika berperang maupun dalam pelayaran, dan berdagang sambil ber da"wah  yang menjangkau sampai di daerah : Papua., NTT., NTB., Sulawesi menyeberangi Pulau Jawa., termasuk Malaysia dan Singapura.,  

Demi untuk menyampaikan ajaran Islam sambil berdagang. 


 Dimasa muda nya dulu, : 


     Saat Panglima Laksamana I Syarif Abu bakar bin Sayyid Husein Al-Kadri Jamalulail., bersama abang beliau berlayar ke pelosok negeri mulai di kenal sebagai Syarif Abdurrahman., beliau : Syarif Abu Bakar bin Sayyid Husein Al-Kadri Jamalulai di kenal sebagai : Tuan Abu.,  


Ketika Syarif Abdurrahman mendapat gelar dari Kesultanan Banjar Pangeran Nur Alam.,  Syarif Abu bakar bin Habib Husein Al-Kadri Jamalulai sudah mendapat gelar Singa Lautan dari Kesultanan Riau dan Pangeran Nur Alam mendapat gelar Singa Samudra oleh Kesultanan Riau., 


     Karena Sultan Riau melalui panasehat istana bahwa mereka berdua adalah Simbol yang akan  menjadi cikal bakal berdirinya Kesultanan Qadriyah Pontianak., Dan itu benar terwujud, bahkan Sultan Riau lah yang menobat kan Sultan Syarif Abdurrahman Al - Kadri Jamalulail menjadi Sultan Pertama Kesultanan Pontianak. 


Setelah ditabalkan menjadi Sultan 

Beliau 5 hari kemudian, menobatkan adik kandungnya Syarif Abu bakar  (Tuan Abu ) bin Sayyid Husein Al-Kadri Jamalulai., menjadi : 

Panglima Laksamana Nusantara I

Syarif Abu bakar bin Habib Husein Al-Kadri Jamalullail.,


Keduanya adalah Singa Kesultanan Pontianak saat itu., 


   Disimbolkan 2 singa berhadapan menjaga mahkota pada lambang kesultanan Pontianak ( Simbol ini kemudian berubah arti, ketika Sultan Syarif Kasem Al - Kadri., menggantikan Abah nya menjadi Sultan Ke Dua ) 



Pertempuran di Laut



GELAR PANGLIMA RIBUT


Panglima Laksamana I Syarif Abu Bakar Al - Kadri bin Sayyid Husein, 


     Selain terkenal sebagai Singa lautan, : beliau juga terkenal sebagai Panglima Ribut Tuan Abu, peristiwa ini terjadi setelah beliau membuka hutan dan membangun Padepokan rumah di daerah ( sekarang Sei Jawi dan Jeruju ), beliau langsung mengadakan pelayaran dan berdagang dengan maksud untuk memulai da'wah keliling Nusantara., 


     Tujuan utama beliau adalah ke pulau Lemukutan, kemudian beliau melanjutkan pelayaran di pulau dato' daerah Sambas, ketika melewati laut Sambas beliau di hantam angin laut yang sangat kencang, sebelum masuk muara Sambas, 


     Di sini beliau sempat bertemu dengan adik beliau : Syarif Ahmad Al - Kadri anak dari Nyai piring (Uray Kesmiri ) 


    Beliau di hantam ribut dan ombak., 


   Sehingga anak buah kapal dan pengikut beliau sempat kewalahan,  ingin melepaskan jangkar, tetapi Panglima Laksamana I Tuan Abu melarang dan memerintahkan jalan terus dan jangan berhenti., sementara kain layar yang di pasang di perahu layar robek di hantam ribut., 


Nahkoda berkata: 


”  Bagaimana bisa melanjutkan perjalanan jika layar robek.?”


   Panglima berkata:


 ” ikuti saja arah angin, biarkan kapal ini berjalan mengikuti arah angin, jangan khawatir jika abahnda Habeb Husein pernah mendapat pertolongan Allah melalui perantara Nya, maka kapal ini pun akan mendapat pertolongan Allah dengan perantara Nya.”, 


     Maka kapal mereka di biarkan mengikuti arah angin sehingga atas pertolongan Allah mereka sampai di tanjung Dato' daerah Sambas, sejak saat itu masyarakat tanjung dato' memanggil beliau dengan sebutan : Panglima Ribut ., 


     Disinilah beliau bertemu dengan adik Beliau bernama Syarif Ahmad dari ibu Nyai Piring, istri terakhir Sayyid Husein Mempawah, adik kandung lain ibu., yang sudah lama menetap di wilayah Kesultanan Sambas itu. 


    Kemudian atas saran adiknya beliau sempat singgah dan menetap hampir dua tahun dan menikah dengan seorang gadis, Dewi Asmairah, istri ke  9 serta memiliki dua anak., salah satunya bernama : Sayyid Muhammad Jamalullail,  leluhur dari Wan Jamel Pontianak.


Bin Muhammad  Jamalullail  ( Gelar : Wan Kundoy Hamsah) bin Panglima Laksamana Pertama, Sayyid Abubakar yang menetap di Bungaran dulu perbatasan Sambas - Malasia dan Brunai,  makam Beliau ditemukan di Segeram Natuna


     Gelar wan Kundoy juga kemudian digunakan oleh keturunan cucu keponakan beliau bernama : "Wan Kundoy Yahya bin Muhammad" yang lahir di Sei Purun Besar pada 21 Juni tahun 1921 M. wafat di Pontianak pada 13 Maret 2005 M, Usia 84 tahun. Makam Wan Keme Tanjung Raya I. Dalam Bugis. Pontianak Timur  


      Keturunan ini juga dinikahi Sultan Brunei,  


    Sultan Sharif Maulana Idris Albarakat menikahi Syarifah Dayang Lara Aminah Alkadri binti  Abdul Qadir Alkadri ( Alqadir Brunai) Bin Abdullah  Panglima Dijaya (  Pemberian gelar Abdullah  ini dari Sultan Sambas ke 10., Sultan Sharif Abubakar Tajuddin II Albarakat 1845 M - 1855 M,  bin Sultan Sharif Muhammad Ali Albarakat  9 )




Ilustrasi Kapal Layar dilautan



PERNIKAHAN DAN KELUARGA SYARIF ABUBAKAR  


35@ Syarif Abubakar bin Habib Husein:  

Menikah pertama sekitar 1755- 1760 M , Usia 20 - 25 tahun


Keluarga Anak dan Istri serta Keturunan beliau:


   *Syarif Abubakar bin Sayyid Husein, sepanjang hayatnya 79 tahun, kemudian menikahi 11 wanita masing-masing :


 I. Aluyah binti Abdul Tatong Sambe, dinikahi sekitar tahun 1755 M,  

    Dikaruniai keturunan 6 anak

I.1. 36@SAYYID ABDULLAH BIN ABUBAKAR , lahir :  1769 M, wafat 1856 M, Makam di Lombok. Menikahi Fatimah binti Abdullah Albantani, kemudian diangkat  menjadi Tumenggung di Banten, Menurunkan keturunan  PANGLIMA LAKSAMANA III, LEAXSA  37@SYARIF ABU BAKAR BIN ABDULLAH JAMALULLAIL. Lahir :  Banten 19 Rajab 1195 H -  1784 M . Wafat :  Martapura,  3 Rabiul Awwal 1276 H - 1855 M. Usia wafat 71 tahun


Dan, PANGLIMA LAKSAMANA IV.39@SAYYID ABUBAKAR BIN 38@ABDILLAH, bin 37@Abubakar bin 36@Abdullah bin 35@Sayyid Abubakar  bin 34@Sayyid  Husein.

 

I.2. 36@ Sayyid Husein, bin Abubakar lahir di Lombok   : 1772 , Kembar Abdillah.  Makam di Pantai Lombok

I.3.  36@Sayyid Abdillah,bin Abubakar Lahir  di Lombok  1772 , Kembar Husein . Makam di Pantai Lombok 

I.4.  36@Sayyid Jamaluddien ,bin Abubakar lahir  1779 M, Wafat 1850 M 

I.5.  36@Sayyid Mohdar, bin Abubakar Lahir  1782, Wafat 1860 , Makam sekitar kraton Sambas

I.6.  36@Sayyid Najarudien bin Abubakar ( lahir karena Nazar setelah wafat nya Abdurrahman Bayi )


II. Inche Aminah / Syarifah Aminah binti Sayyid Abdullah Alidroos wanita yang berasal dari Trengganu, yang saat itu berada  di Kalsel pada 1772 M, 


Dinikahi dan dikaruniai 6 anak :


II.1. 36@ Sayyid Ibrahim, Panglima Hitam Paku Alam, bin Abubakar :  lahir Banjar 1773, Wafat Segeram 1857, Makam Segeram, Natuna. Keturunan ini sudah dinobatkan menjadi : Panglima Laksamana I Wierelles Tujuh, Syarif Tue Tsani, 39@ Sayyid Abdullah bin, 38@ Wan Kundoy Yahya Bin, 37@ Wan Muhammad, bin 36@ Sayyid Ibrahim Alkadri, Sekaligus sebagai Kepala Keluarga Keturunan Sayyid Abubakar bin Sayyid Husein Alkadri Mempawah ini sejak  2020 M dinobatkan 2024M


II.2. 36@ Sayyid Yusuf , Ulama besar abad ke 18 Pulau Tujuhbin Abubakar :  lahir   1776 , Wafat  1867, Makam Segeram. Keturunan ini dinobatkan sebagai Panglima Loloan Syarif Tue Awwal, 38@Sayyid Abdullah bin 37@Yahya Maulana Al Kadri. Bin @36 Yusuf.  Makam di Loloan  Jembrana Negare Bali.


II.3. 36@ Sayyid Jamalullail, bin Abubakar:   lahir 1778 , Wafat  1869, Makam Kpg.Segeram, Natuna

II.4. 36@Sayyid ALI  bin Abubakar : ( makam TPU Sungai Bambu, Tanjung Priok  ) 

II.5.  36@Sayyid Abdurrahman, bin Abubakar :  lahir  1781 , Wafat 1872, Makam Kpg. Segeram,Natuna

II.6. 36@ Sayyid Maulana Malik bin Abubakar :  lahir  1783, Wafat   1871, Makam Mbah Priok Batavia 


III.Inche Salmah,

 dikaruniai 5 keturunan : 

III.1.  36@Sayyid Abunijam, bin Abubakar Lahir 1776, Wafat 1859, Makam tua kandangan di Aceh

III.2.  36@ Syarifah  Fathimah  binti Abubakar ( Pr )

II.3. 36@ Sayyid Abdurrahman bin Abubakar ( Wafat Bayi usia 9 bulan  ), makam Mariana

III.4. 36@  Sayyid Hasan, bin Abubakar :  lahir  1774, Wafat  1860, Makam  Jln. Taman Sri Kuncoro.III. No.28. Kalibanteng Kulon Semarang Barat Jawa Tengah  

III. 5.  36@ Syarifah Aishah binti Abubakar ( Pr )


IV. Dayang Kesumbi, Sintang, keturunan  : 

 36@ IV. 1. Sayyid Ahmad bin Abubakar

  36@IV. 2. Syarifah Laila binti Abubakar

  36@IV. 3. Sayyid Hamid bin Abubakar

 36@ IV. 4. Syarifah Salmah  binti Abubakar


V. Saodah  ( dari Madura ) Sumenep, keturunan : 

 36@ V. 1. Sayyid Wahidin bin Abubakar

  36@V. 2. Sayyid Syamsudin  bin Abubakar


VI. Kristina ( Minah ) Papua, keturunan

 36@VI. 1. Sayyid  Al Amanah bin Abubakar

 36@VI. 2. Sayyid Samanhudi  bin Abubakar

 36@VI. 3. Syarifah Rukayah  binti Abubakar


VII. Dayang Cut Maidah, Palembang , keturunan :  

 36@VII. 1. Sayyid Tengku  Burhanuddin bin Abubakar

 36@VII. 2. Sayyid Tengku Rahmadi  bin Abubakar

 36@VII. 3. Syarifah Cut Salmah Munawarah  binti Abubakar


VIII. Saidah , Kapuas Hulu, tidak berketurunan


IX. Dewi Asmairah, keturunan :  

IX. 1.  36@ Sayyid Muhammad Jamalullail bin Abubakar

      Keturunan Muhammad Jamalullail, dari ibu Dewi Asmairah wanita  yang dinikahi di daerah Sambas ini, melahirkan putra untuk Sayyid Abubakar Panglima Laksamana I, bernama Muhammad Jamalullail bin Abubakar (  Bergelar : Wan Kundoy Hamsah)  Salah satu keturunan ini sudah dinobatkan menjadi

         Generasi ke : 43@  
         Panglima Dijaya Tujuh  Syarif  Wan Jamel Al kadri

42@ Bin Wan Bujang , 41@ Bin Wan Thadis , 40@ Bin Wan Yahya Bundy,   39@ Bin Wan Damarun , 38@ Bin Wan Qadir ( abdul qadir ( Alqadir) Brunei , 37@ Bin Panglima Dijaya Syarif Abdullah , 36@ Bin Muhammad  Jamalullail dari ibu  Dewi Asmairah ( Bergelar : Wan Kondoy Hamsah), 35@ bin Panglima  Laksamana I Syarif Abu bakar ,  34@ bin Sayid Husein Mufthi Mempawah

Keturunan Muhammad Jamalullail ( Wan Kundoy Hamsah)  saat ini banyak terdapat di Bunggaran,  Brunai,  Sekura,  Paloh,  Sambas,  Tebas,  Pemangkat termasuk pontianak,  --  Keluarga ini sudah terdata sejak 1902 M hingga sekarang  

X. Nurmaini, wanita Singapore, tidak berketurunan,  


XI. Maria, keturunan etnis Dayak, mualaf, istri terakhir

     Mendapatkan keturunan  2  anak :  

 36@Xi.1. Syarif Ali bin Abubakar, makam di Sei Purun.

 36@XI.2. Syarif Alwi bin Abubakar, anak bungsu, lahir 1793 , makam Mariana. 


    Saat beliau lahir, :   36@Syarif Alwi, usia ayah beliau, Sayyid Abubakar sudah menginjak 58 tahun. Enam tahun kemudian, 1799 M, Panglima Laksamana ini menetap di Segeram bersama putra beliau : Sayyid  Ibrahim, Sayyid Abdurrahman, dan Sayyid Jamalullail serta Sayyid Yusuf 


      Dari istri terdahulu,:  Syarifah Aminah binti Abdullah Alidrus, yang dinikahi dulu semasa pelayaran berdagang bersama saudaranya : Abdurrahman, sebelum menjadi Sultan. 


    Beliau,  35@Sayyid Abubakar  meninggalkan 32 anak keturunan dari 9 istrinya, karena Nurmaini dan Saidah, tidak melahirkan keturunan  untuk beliau. 


Hikayat Raja - Raja Melayu


PELAYARAN KE RIAU 


Setelah pengunduran itu,: 


   Beliau melanjutkan berlayar kembali untuk berdagang sambil ber da wah., Menuju arah ke pulauan Riau untuk bertemu Sultan Riau, perjalanan berlayar melewati laut serta harus melewati samudra dan sempat berhadapan dengan bajak laut., tetapi dapat beliau atasi kemudian di ajak bekerja sama untuk berdagang dan bekerja dengan cara yang halal., 


       Setelah 4 hari 4 malam berlayar dari Sambas, 

      Beliau tiba di keSultanan Riau dan bertemu Sultan Riau, 

    Sultan Riau mengajak beliau untuk bekerja sama dalam perdagangan, tetapi beliau tolak dengan cara yang santun, sebab saat itu pun ternyata KeSultanan sudah di bawah pengaruh VOC, 



PELAYARAN KE PULAU TUJUH :  

Tahun 1789 M - 1221 H awal bulan Syafar 


     Beliau kemudian kembali menuju ke kepulauan Natuna, Seven Island, Pulau Tujuh, untuk menemui keluarga istri dan anak beliau: Syarif Ibrahim (Segeram)., Syarif Ibrahim adalah anak beliau yang di lahirkan  di daerah Banjar ketika beliau berlayar bersama abang kandung beliau Syarif Abdurrahman sebelum menjadi Sultan.,


      Ketika Syarif Abdurrahman menikah dengan anak Sultan Banjar, 


      Beliau, Syarif Abubakar ini juga menikah dengan seorang wanita yang menetap di Banjar. Wanita keturunan dari ahlulbeit ini berasal dari Trengganu bernama : Syarifah Aminah binti Sayyid Abdullah Alidrus: ., 

Menurunkan 6 anak keturunan, sebagaimana diatas tadi.  ( lihat diatas ) 


    Putra beliau : Sayyid Ibrahim bin Abubakar, lahir Banjar 1773 M , menetap hingga wafat di Segeram 1857 M. Ibrahim saat pertama kali menginjakkan kaki di Segeram, baru berusia 6 tahun , 1779M dulu.  

Beliau ini memiliki keturunan yang cukup banyak, 

 Diantaranya bernama : 

   Pangeran Sabamban Syarif Sirajudien Shah, Putra Ibrahim, cucu Abubakar ini kemudian menikah dengan Syarifah Nuswainah binti Yasin bin Pangeran Ali Alidrus dan menurunkan : 

    Syarif Abdullah Al Kadri. Keturunan ini banyak lahir di Banjar.


    Sayyid Ibrahim kemudian untuk selanjutnya hijrah di kepulauan Natuna tepatnya di Segeram sebuah pulau kosong yang tak begitu banyak penghuninya, tersendiri karena sudah di tinggalkan bangsa Portugis, dikarenakan kalah melawan belanda, 


    Sayyid Ibrahim bin Abubakar, Sayyid Abdurrahman bin Abubakar, Sayyid Jamalullail bin Abubakar, dan Sayyid Yusuf : 4 saudara dari satu ibu ini, menetap di Segeram sampai akhir hayat mereka. 

Keturunan mereka ada yang menetap di Banjar, diantaranya :  

Syarif Muhammad Nasir bin Ibrahim Panglima Hitam Segeram. Leluhur Wan Misran Banjar yang sudah ditemukan, dan Pangeran Sirajudiensyah yang merupakan leluhur Wan Syarif  Hardy  dan Wan Syarif Kurniawansyah .

     

      Di sini beliau:  35@Sayyid Abubakar bin Sayyid Husein:


    Sempat tinggal cukup lama  ( 10 tahun ), dengan bolak balik ke Pontianak, Banjar tentunya. Tujuan beliau untuk menyebarkan agama Islam dan mengajar penduduk serta anak - anak nya,  bagaimana  membentuk karang laut sebagai ukiran dan perhiasan dinding serta membuat keramba dan batu nisan dari karang laut.,

 

Jejak Da'wah ini  kemudian diteruskan oleh putra beliau Syarif Yusuf, yang kemudian dikenal sebagai "Ki Syauki Yusuf" Ulama besar Pulau Tujuh abad 18 M. 


   ( Menurut catatan maktab NanGq 1857) beliau masuk di sini sekitar tahun 1779 M - 1221 H awal bulan Syafar ), 


   Beliau juga berpesan kepada anaknya untuk menghidupkan tradisi Robo2., sebab bagaimana pun juga mereka berasal dari Mempawah (Habeb Husein Al - Kadri Jamalulai (Tuan Besar Mufthi Mempawah) sebagai tradisi kesultanan Mempawah saat itu..,............…



Panglima Laksamana Negara Wierelles Tujuh
Sayyid  Muhammad Habibi Alkadri
Bin Abdullah Wan Kundoy Yahya



        Sementara Eks Panglima Laksamana I  35@Sayyid Syarif Abu Bakar bin Sayyid Hussein Al - Kadri Jamalulail., Sibuk berlayar berdagang Dan berda"wah., keliling  wilayah Nusantara, 


Di Kesultanan Pontianak terjadi peristiwa : 


I. Perang Sukadana :  1784 M - 1198 H.


    Sultan  35@Syarif Abdurrahman Al-Kadrie., terbujuk adu domba oleh residen rentenir Belanda.,akibatnya pada tahun 1784 M - 1198 H., dengan bantuan Tentara Belanda, Sultan Abdurrahman., menyerang kerajaan Sukadana 

( Sukadana merupakan Kesultanan yang mendukung penobatan Sultan Abdurrahman Alqadri  pada 1778 M, saat pelantikan Sultan ) 


Kerajaan Sukada berhasil ditaklukkan.


Kemudian pada tahun yang sama :


II. Perang Mempawah : 1784 M - 1198 H.  Perang Saudara


    Pada tahun 1784 M - 1198 H., 

    Sultan Syarif Abdurrahman dengan bantuan Tentara belanda juga menyerang Mempawah., perang Saudara yang berkecambuk terjadi tanpa bisa di hindarkan, berlangsung lebih dari 7 bulan lamanya, 


   Mendengar Berita ini Panglima Laksamana I Syarif Abu Bakar sempat mengecam tindakan abang nya Sultan Syarif Abdurrahman., yang dianggap nya di jadikan boneka oleh Belanda, 

Hingga Panglima Laksamana I Syarif Abu Bakar bersumpah: 


   " Di haramkan seluruh keturunan nya di maqamkan di Batu Layang termasuk diri nya dan melarang maqam nya di bangun seperti keturunan Sultan Abdurrahman. " 



SYARIF ABUBAKAR KEMBALI KE PONTIANAK DAN 

IKUT MENGANTARKAN JENAZAH SULTAN ABDURRAHMAN


  Sejak tahun 1782 M - 1214 H, 

  Sekitar 26 tahun lamanya, hingga wafat pada 1808,  Sultan Syarif Abdurrahman Al-Kadrie., kembali menata Kesultanan Qadriyah Pontianak yang dibangun nya dengan susah payah itu., 


  Mendengar berita Pontianak sudah kondusif, 


    Panglima Laksamana I Sayyid Syarif Abu Bakar kembali lagi ke Pontianak dan kemudian menetap di Parit Maria I.( Sekarang Mariana ), cukup lama. Tempat dimana dulu beliau membuka hutan pada sekitar 1779 M  setelah mengundurkan diri dari  Jabatan nya. 


Beliau juga sempat  hijrah ke Banjar dan nanti nya ke Pulau Tujuh Segeram Natuna pada 1799M dalam rentang masa sekitar 20 tahun kekuasaan Sultan Abdurrahman di Pontianak, dilantik  1778  M


Saat itu beliau sudah berusia diatas 50 tahun, lahir 1735 M, karena ketika putra bungsu beliau : 

        Syarif Alwi bin Abubakar dari ibu Maria ini, lahir, 1793 M, 

        Usia beliau sudah 58 tahun. 


      Maria adalah istri Panglima Laksamana I Syarif Abu Bakar, istri terakhir, yang beliau nikahi setelah berlayar dari  Banjar dan sempat menetap 3 tahun di Segeram Pulau Tujuh, Seven Island, kepulauan Natuna pada tahun : 1779 M - 1782 M  - kemudian kembali ke Pontianak , dan selanjutnya  bolak - balik antara : Banjar - Lombok - Jawa - Pulau Tujuh  - Pontianak, - Sekitar 7 tahun. 

( Catatan Pangeran Bendahara Syarif Ahmad  bin Sultan Abdurrahman )  


    Ada besar kemungkinan bagi sesepuh yang mengetahui sejarah ini Lalu memberikan nama Gang Maria I dan II., Tetapi hilangnya jejak historiy sejarah ini maka generasi yang tinggal di daerah ini lalu menggantinya dengan : Gang. Mariana I dan II .- tembus ke Gang Merak I dan II. 


     Maria adalah nama istri terakhir, : 

    Gadis mualaf  dari  etnis Dayak yang dinikahi Panglima Laksamana I Syarif Abu Bakar. 

Memberi beliau 2 Putra, : 

1. 36@ Syarif Alwi, lahir, 1793 M, Selisih 20 tahun dengan Ibrahim Segeram,  dan 

2. 36@Syarif Ali - Keturunan ini  ditemukan di Jeruju, dan Sei Purun  Besar 


Dari Natuna, Pulau Tujuh, Setelah lebih kurang 3 Hari 3 Malam berlayar 

Beliau tiba di Pontianak.,


      Dan bertemu dengan Istrinya Inche Salmah dan  Maria, di dapati anak beliau yang masih baru berusia 9 bulan ( Syarif Abdurrahman Al-Kadrie, dari ibu Inche Salmah ) telah meninggal dunia kemudian di makamkam di tempat beliau tinggal saat itu (sekarang Jl. Sidas Gg. Mariana I dan II masuk nya ke Gang Merak I Belakang Grand Mahkota Hotel)



SULTAN ABDURRAHMAN WAFAT :  1 Muharam 1223 H - 1808 M


     Sultan Syarif Abdurrahman Al-Kadrie yang tiba - tiba jatuh Sakit dan akhirnya tepatnya pada hari Sabtu setelah Sholat Zuhor tanggal 1 Muharam 1223 H - 1808 M Sultan Syarif Abdurrahman Al-Kadrie Jamalulai bin Husein Al-Kadri Jamalulai kembali di Pangkuan Allah dan Monyang Rasullullah.SAW


    Pada saat Sultan Syarif Abdurrahman Al-Kadrie Jamalulai bin Sayyid Husein meninggal dunia., Panglima Laksamana I Syarif Abu Bakar( Saat itu beliau sudah membuka hutan Segeram Pulau Tujuh Natuna, dan bolak - balik ) -  Beliau juga Hadir dan mengantar jenazah Abang nya di pemaqaman Batu Layang dengan Iring - iringan lebih dari 170 perahu kecil dan 70 perahu besar (Kapal Perang) dengan menghidupkan meriam sebanyak 7x di sertai sholawat


      Panglima Laksamana I Syarif Abu Bakar merupakan adik yang paling di sayangi Sultan Syarif Abdurrahman Al-Kadrie., 


Sehingga sebelum meninggal dunia, beliau berwasiat :


 "Siapa saja yang menjadi Sultan harus membantu dan menjaga beliau". 


    Sebab adik - adik  beliau yang lain rata - rata mencari kehidupan nya masing - masing, dan terpisah jauh. Hanya Abubakar yang tetap setia berdekatan dengan Sultan dengan membuka hutan di seberang  Istana Kesultanan.


    Panglima Laksamana I Syarif Abu Bakar., merupakan pendamping dan pengawal utama beliau (Sultan Syarif Abdurrahman Al-Kadrie) dalam berdagang, bertempur, dan kemudian berjuang membuka hutan membangun Kesultanan.,


      Sementara "Syarif Alwi Tuan Bujang" banyak tinggal di rumah almarhum Abah nya Habeb Husein ( diduga di Batulayang karena ditemukan catatan Inggris yang menyebutkan Habib Husein wafat di Batulayang ?) - Dan hanya sesekali datang ke Kesultanan Pontianak., Sengaja tidak di libatkan oleh Sultan Karena memiliki kepribadian yang Lemah gemulai, ke wanita - wanita an, celeba"i 

(sehingga beliau tidak bisa menikah).



Silsilah Syarif Tue Awwal 
Abdullah bin Yahya Maulana Alkadri
Loloan Jembrana Negare Bali 



POSTUR TUBUH PANGLIMA LAKSAMANA ABUBAKAR


     Panglima Laksamana I Tuan Abu Syarif Abu Bakar :


   Memiliki tubuh yang kekar dan tegap gagah perkasa, besar dan tingginya mencapai 180 cm, sehingga, Oleh Opu Daeng Manambong (Syed Syeich Abu Bakar Adeni Qaulan Jajirah) - Memanggil Syarif Abu Bakar dengan Panggilan:


    "Panglima Laksamana Adiwijaya Wirelesmana Mangkunegara" yang di harapkan nantinya dapat membantu perjuangan abang nya Sultan Syarif Abdurrahman Al-Kadrie dalam mendirikan Kesultanan Pontianak.,


     Sejak  muda beliau melatih dirinya menjadi seorang Panglima yang gagah berani dalam setiap medan pertempuran baik laut maupun di daratan . Untuk memperkuat benteng untuk dirinya sendiri beliau juga memelihara kukunya hingga panjang hampir setengah centi, 


Kemudian kuku - kuku tersebut beliau runcingkan 


   Dengan tujuan apabila tidak ada senjata atau tangan kosong beliau dapat melawan musuhnya dengan cakaran kuku Mautnya., hal ini beliau lakukan Karena hampir setiap pelayaran selalu di cegat oleh bajak laut maupun musuh - musuh yang akan menyerang abang nya maupun dirinya,


"Sehingga beliau di sebut : Panglima Harimau Wakkar"" dari pulau Borneo.,



BERLAYAR KE NEGERI BELANDA : 1778 M


Pada saat akan berangkat ke Belanda Denhaag., 1778 M

Saat itu Syarif Abdurrahman sudah menjadi Sultan Pontianak 


      Beliau sempat singgah di beberapa negeri., di antaranya : Thailand., Myanmar menyeberangi laut Cina Selatan. Dalam pelayaran ini Sultan dikawal oleh Panglima Laksamana Abubakar ( sehingga tidak mengherankan sebagai seorang Panglima  beliau siaga 24 jam., untuk melindungi Sultan.) 


   Selain senjata berupa Keris dan mandau., suatu  ketika jika ke dua  senjata tersebut belum sempat di cabut karena serangan mendadak., Maka kuku beliau lah yang menjadi senjata utama. Terkaman ini mampu membinasakan lawan dengan seketika hingga tewas. 

Sehingga beliau terkenal dengan sebutan :

 Panglima Harimau Wakkar (Wakerd) dari Pulau Borneo Barat.,





Selain itu juga Panglima Laksamana I Syarif Abu Bakar 

Juga sering berlayar dan berdagang bersama Syarif Abdurrahman Al-Kadrie., baik sebelum menjadi Sultan maupun setelah menjadi Sultan., 

      Ketika Syarif Abdurrahman Al-Kadrie berlayar dan berdagang ke wilayah negeri bagian Timur., Maka secara otomatis Panglima Laksamana I Syarif Abu Bakar juga ikut berlayar ke negeri Timur 


      Dan saat Itu beliau singgah beberapa tempat di pulau Borneo di antaranya Boerneo Tengah., (Kalteng) Boerneo Selatan (Kalsel)., Boerneo Timur (Kaltim) dan ketika Syarif Abdurrahman Al-Kadrie menikah dengan Putri Syahranum Putri Sultan Banjarmasin.,  


    Panglima Laksamana I Syarif Abu Bakar juga melakukan pernikahan nya dengan seorang putri "Syarifah Siti Aminah binti Abdullah Alidrus", yang tengah meghadapai masalah dari Trengganu dan menetap di negeri Banjar  saat itu, 

   Dari pernikahanya ini beliau memiliki anak :

1. 36@ Syarif Ibrahim Al-Kadri ( Panglima Hitam Paku Alam, makam Segeram)

2. 36@ Syarif Jamalulail Al -Kadri ( Panglima Ribot, makam Segeram ) 

3. 36@ Syarif Abdurrahman Al-Kadrie ( Panglima Karang Tanjung, makam Segeram ) 

4.36@  Syarif Yusuf Al - Kadri, makam Segeram - > Kakek Syarif Tue, Abdullah bin Yahya Loloan Bali.  Dan leluhur Wan Dahlan bin Tku Hamid Sarawak.-

5.36@  Syarif Ali Al-Kadrie:  Makam nya di TPU Sungai Bambu, Tanjung Priok, Jakarta  

6.36@  Syarif Maulana Malik ( Makam di Mbah Priok, Batavia )


    Kemudian setelah anak - anak beliau menikah, ada yang hijrah ke negeri Natuna, Pulau Tujuh,  di antaranya Ibrahim Al-Kadri., Abdurrahman Al-Kadrie dan Jamalulail Al-Kadrie , serta Yusuf Al - Kadri  yang menjadi Ulama Besar disana.


Ketika berada di negeri Banjar tepatnya di Sabamban :  1768 M


         Keturunan Panglima Laksamana Pertama 


       Bernama, Syarif Ibrahim bin Tuan Abu, kemudian menikahi Salah satu Putri Sultan Ali Alidrus Sabamban yang bernama "Aminah binti Sultan Ali Alidrus" Sabamban.,


     Dari pernikahanya ini beliau memiliki Salah satu anak yang bernama "Pangeran Sabamban Syarif Sirajudiensyah Al -Kadrie" yang saat ini memiliki keturunan yang sangat banyak., Salah  satunya bernama "ABDULLAH "


      Tetapi keturunanya sendiri banyak yang tidak mengetahui, 


     Kalau mereka adalah keturunan dari "Pangeran Sabamban Syarif Sirajudiensyah Al-Kadrie bin Ibrahim bin Panglima Laksamana I Syarif Abu Bakar bin Habib Hussein Al Kadrie Jamalulaii", Karena informasi yang terbatas mereke dapatkan sehingga menyandarkan kepada nasab yang mereke ketahui saja. 


Kebanyakan menghubungkan nasabnya kepada Pangeran Kachil, Syarif Alwi bin Sultan Abdurrahman ( Ibu Syahranum Ratu Banjar ) Padahal beliau ini tidak pernah menikah hingga wafat di usia  17 tahun. 


     Seperti yang terjadi kepada: 


    Keturunan Panglima Laksamana IV Syarif Abu Bakar (Jerenjang) bin Abdillah menjadi "Panglima Laksamana IV (jerenjang) bin Sultan Abdurrahman" sebuah kesalahan yang sangat patal menyebabkan nasab mereka terputus (karena mengakui nasab keturunan lain) 


ALKISAH, ; 

Suatu ketika, 


      Sultan Syarif Kasem Al - Kadri menghadap paman nya Panglima Laksamana I Syarif Abu Bakar., dengan menyampaikannya hajat., agar wilayah yang di buka paman nya di gunakan sebagai tempat Kesultanan Sementara., Jika suatu saat beliau meninggal., Maka anaknya "Pangeran Perdana Syarif Abu Bakar.", mau membuka Kesultanan sendiri sehingga tidak berebut tahta dengan Paman nya "Pangeran Ratu Syarif Usman Al-Kadrie".,


Mendengar permintaan tersebut, Panglima Laksamana I Syarif Abu Bakar bin Habib Hussein., Langsung menghunus pedang kepada Sultan Syarif Kasem., sehingga beliau mundur dan membatalkan keinginan nya.,



WAFAT NYA SYARIF ABUBAKAR BIN SAYYID HUSEIN, 27 Juli 1814 M


Kamis 27 Juli 1814 M - 12 Sya ban 1236 H.,


     Selang tak berapa  lama, Setelah kejadian tersebut, Panglima Laksamana I Syarif Abu Bakar bin Habib Hussein., jatuh sakit yang cukup lama., sehingga Sultan Syarif Kasem., berkali - Kali datang meminta maaf kepada paman nya., dan paman nya berkata., "sesungguhnya Dia (Panglima Laksamana I Syarif Abu Bakar bin Habib Hussein) sudah memaafkanya.", 


Beliau juga berwasiat kepada Sultan Syarif Kasem., 


 "Jika beliau meninggal nanti beliau meminta Sultan Syarif Kasem., untuk memangku jenazah nya dan memandikan nya.," kemudian Sultan Syarif Kasem mengabulkan Permintaan Panglima Laksamana I Syarif Abu Bakar., dan menunaikan wasiat nya. 


     Beliau tersenyum dan meninggal dalam Pangkuan Sultan Syarif Kasem Al - Kadri Jamalulail 

Pada hari Kamis 27 Juli 1814 M - 12 Sya ban 1236 H.,


    Setelah Panglima Laksamana I Syarif Abu Bakar  meninggal dunia dan di kebumikan, baru anak -anak beliau hadir, karena jarak tempuh yang cukup Jauh dari Segeram Pulau  Tujuh kepulauan Natuna., Banjarmasin., dan dari kepulauan Jawa., serta Lombok dan Bali, 


    Mereka Hanya dapat melihat tiang  nisan yang terbuat dari kayu belian yang panjang antara Nisan kaki dengan kepala berjarak lebih dari 1,5 M., Menandakan Panglime Laksamana I Syarif Abu Bakar berpostur tubuh yang cukup Tinggi Kurang lebih 2 M. Sekitar 180 cm, tinggi nya. 


   Makam tersebut hingga saat ini masih utuh walaupun tidak terawat., 


   Sebab di sekelilingnya sudah terdapat banyak maqam yang baru hingga saat ini., Sehingga Di apit oleh maqam2 yang baru . 


    Dari bentuk nisan kayu belian, jelas permintaan Panglima Laksamana I Syarif Abu Bakar kepada Sultan Syarif Kasem agar nisan di buat Seperti biasa di kabulkan Sultan Syarif Kasem Al - Kadrie.



CUCU BELIAU DI SEI PURUN BESAR : 

Syarif Muhammad bin Ibrahim Segeram di Sei Purun


Kemudian Salah satu cucu beliau yang bernama "Muhammad bin Ibrahim".,


Pindah atau Turun di daerah perhuluan., 

Yang untuk selanjutnya oleh Masyarakat di sana di sebut "Kampung Sei Purun" ( Yang di artikan turun nya orang pertame dari Keluarge Alqadri., atau karena ditempat  itu dulu banyak rumput Purun biasa digunakan sebagai pengikat mirip Bundung )


   Syarif Muhammad bin Ibrahim Panglima Hitam Paku Alam Segeram, bin Panglima Laksamana I Syarif Abu Bakar adalah Orang Pertama yang tinggal di daerah Turun., atau Sei Purun sekarang 


- Makam di Sei Purun Besar, Km, 34 Jalan Raya Pontianak arah ke Sei Pinyuh, kiri jalan, sebelum mesjid Imaduddin - 


     Sekarang di sebut Desa Sungai Purun I dan Desa Sungai Purun II. Km 36.


Ilustrasi


ISTRI SULTAN SYARIF USMAN :  Syarifah Zahara binti Thaha


 Siapakah Syarifah Zahara ini ? 


  Syarif Usman Alqadri ( Sulltan Pontianak ke III ) telah di jodohkan dengan” Syarifah Zahara binti Thaha, bin Abdullah - ( Makam di Lombok, anak pertama Tuan Abu dari istri Aluyah Sambe) -  bin Abu Bakar Panglima Laksamana I Tuan Abu, bin Habeb Husein Al Kadri


   Yang sampai saat maseh di tutupi atau memang generasi saat ini benar benar tidak mengetahui bahwa “Syarifah Zahara binti Thaha bin Abdullah bin Abu Bakar bin Habeb Husein Al Kadri, adalah keturunan Abu Bakar bin Habeb Husein"  


   Sementara penulis Sejarah hanya mampu mengira - ngira dan menerka bahwa Syarifah Zahara binti Thaha dengan mengatakan Syarifah Zahara binti Abdullah ?,


   Bahwa sesungguhnya Abdullah adalah nama kakek dari Syarifah Zahara binti Thaha bin Abdullah bin Tuan Abu Bakar Panglima Laksamana Satu bin Habeb Husein Al Kadri Jamalulil



Sultan Syarif Kasem Al - Kadri dengan 

Pangeran Ratu, Syarif Usman, : Besanan 


      Pangeran Ratu Syarif Usman bin Sultan Abdurrahman,, 

     Kemudian sepakat untuk menikahkan anak nya : Syarif Abdul Hamid Al - Kadri ( yang kemudian menjadi Sultan Hamid I Al - Kadri )  dengan : Syarifah Fatimah Al - Kadri binti Sultan Syarif Kasem Al - Kadri dari Istri Inche Minah (Ratu Minah Istri ke 2 Sultan Syarif Kasem Al - Kadri ), 


Dari hasil pernikahan ini, Sultan Syarif Abdul Hamid Al - Kadrie 

memiliki anak 4 :


1. Syarif Yusuf Al - Kadri ( Kemudian menjadi Sultan Syarif Yusuf Al - Kadrie., Sultan Pontianak ke 5)


2. Syarifah Zahara yang menikah dengan Muhammad Jamalulaii Singapura (Syarif Muhammad Jamalulai masih keturunan Habeb Husein  sendiri dari Istri yang dinikahi di Singapura )


3. Syarif Jafar Al-Kadrie (Kemudian menjadi Pangeran Bendahara) 

   Beliau bertugas memegang catatan warisan Habib Husein turun temurun bernama : Maktab "Naqobatul Asyayid Ghoibul Qubro Pangeran Bandahara Tua  Syarif Ja far 1857  Bin Sultan Hamid Satu Alqadri"  NANGQ 1857

    Maktab ini mencatat keluarga Al Qadri  secara turun temurun, saat ini 2022, dipegang oleh generasi ke 7, keturunan Syarif Ahmad Kampak, diturunkan kepada putra beliau : Syarif Ibrahim Al Kadri, dst. 


4. Syarif Ismail Al - Kadrie (Pangeran Syarif Ismail Al - Kadrie) 


Sultan Hamid II
Cucu senasib dengan  :
Panglima Laksamana Pertama
Syarif Abubakar bin Habib Husein
nama beliau  menghilang dari catatan zaman


Tidak ada komentar:

Posting Komentar