MANAQIB KESULTANAN QADRIAH PONTIANAK
SULTAN SYARIF YUSUF ALKADRI JAMALULLAIL
SULTAN KE V (1872 M - 1895 M)
Memerintah selama 23 Tahun
Sultan Syarif Yusuf Alkadri Jamalullail
Sultan Ke V Kesultanan Qadriah Pontianak (22 Agustus 1872 M - 15 Maret 1895 M)
Lahir : Pontianak, 19 Rajab 1371 H - 1950 M
Wafat : Pontianak, 15 Maret 1895 M
Dalam Usia : 45 Tahun
Nama Ayah Kandung : Sultan Syarif Hamid I Alkadri Jamalullail
Nama Ibu Kandung : Ratuh Suri Syarifah Fatimah Binti Sultan Syarif Kasim Alkadri Jamalullail
Jumlah istri.: 5 Permaisuri
Istri yang di Sepuhkan : Maha Ratu Suri Syarifah Zaleha Alkadri
Dari ke 5 istri beliau memperoleh 17 orang anak akan tetapi banyak yang meninggal waktu kecil sehingga hanya 9 anak yang memberikan keturunan termasuk 2 anak perempuan
Sehingga merupakan awal munculnya keluarga ""Sembilan Kesultanan Qadriah Pontianak""
Makam : Komplek Pemakaman Kesultanan Qadriah Pontianak Jalan Khatulistiwa Siantan Hulu Kota Pontianak Kalimantan Barat Indonesia
SULTAN TERMUDA PONTIANAK, 22 tahun
Sultan Syarif Yusuf Alkadri Jamalullail
Adalah Satu - satunya Sultan Qadriah Pontianak yang berusia Muda baik saat di nobatkan menjadi Sultan (umur 22 Tahun) dan juga tidak mengikuti aturan harus berusia 40 tahun dan memiliki anak minimal 7 orang
Karena saat di Nobatkan istrinya baru satu orang yaitu Ratu Suri Syarifah Zaleha Alkadri,
Dan anak pertama masih dalam kandungan yang kelak melahirkan kemudian di beri nama Syarif Muhammad Alkadri (Sultan Syarif Muhammad Alkadri,
Beliau di Nobatkan melalui rapat sesepuh tertua Kesultanan yaitu ibunya Ratu Suri Syarifah Fatimah Binti Sultan Syarif Kasim Alkadrie Jamalullail yang memimpin Penobatan dan sesepuh Istanah Qadriah Pontianak lainya.
Sebab jika di paksakan mengikuti aturan maka harus menunggu 18 tahun kemudian yang menyebabkan Kesulitanan akan mengalami kekosongan (Vakum / Openingrum) dalam waktu yang lama, maka di tempuh
Alternatif ke 3 melalui :" Musyawarah Sesepuh Kesultanan Qadriah Pontianak dan Pembesar Istanah Qadriah Pontianak Saat itu".
Maupun ketika wafat karena adanya penyakit bawaan sehingga jika terlalu banyak beban pikiran Kondisi pisiknya lebih mudah drop jatuh sakit, maka beliau lebih suka dan senang beraktivitas di luar Istanah dengan cara menghidupkan Da'wah dan sering keluar untuk berda,'wah dalam menyebarkan Syi'ar Islam
BACA JUGA
KLIK DIBAWAH INI >>:
Awal munculnya keluarga ""Sembilan Kesultanan Qadriah Pontianak"" berasal dari 9 keturunan Sultan Syarif Yusuf bin Sultan Hamid I, ini. Keluarga 9 masih eksis hingga hari ini tahun 2024 M
Manaqib Duli Yang Mulia Di Pertuan Agung Sultan Syarif Yusuf Alkadri Jamalullail, sama halnya dengan Sultan Syarif Hamid I Alkadri Jamalullail, Sultan Syarif Usman Alkadri Jamalullail dan Sultan Syarif Kasim Alkadrie Jamalullail,
Ke Empat Sultan ini hampir tidak ada Manaqibnya (Sejarahnya) di media Sosial
Sebagaimana Sejarah Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail, Sultan Syarif Hamid II Alkadri Jamalullail yang banyak beredar di media sosial seperti Google, Blog, YouTube hal ini mengingat terbatasnya informasi yang di dapatkan, dan fakta Sejarah Kesultanan Qadriah Pontianak dokumen - dokumen Sejarah yang di miliki banyak musnah di tangan Jepang yang mengobrak Abrik Kesultanan Qadriah Pontianak ketika Peristiwa Mandor Berdarah yang terjadi pada tahun 1944,
yang menelan korban keluarga Kesultanan Qadriah Pontianak sebanyak 60 - 66 orang dan sebanyak lebih 333 orang Marga Alkadri Jamalullail yang di kubur di 11 Makam Pahlawan Juang Mandor, termasuk yang tercecer dan terbunuh di tempat lain (Dokumen tua maktab NanGq 1857)
Dokumen Tua Syarif Ahmad Bin Usman Alkadri Jamalullail (1944 - 1947 M) dalam penelusuran dan pencarian Korban Jepang (1944 M - 1945 M)
Maka secara drastis telah menghilangkan 75 % Sejarah Kesultanan Qadriah Pontianak
Sehingga yang banyak muncul di media sosial hanya Sultan Syarif Hamid II Alkadri sedangkan Sultan Syarif Muhammad Alkadri yang dapat di ceritakan sejarah Manaqibnya berdasarkan Poto dan dokumen Poto yang masih tersisa (berhasil di selamatkan) maupun dokumen Poto yang di ambil di kirim dari Belanda berdasarkan rekam jejak kerja sama dengan Istanah Qadriah Pontianak
Sekalipun Sultan Syarif Yusuf Alkadri Jamalullail sebagian waktu selama menjadi Sultan di habiskan untuk berda"wah bukan berarti beliau tidak memperhatikan Kesultanan Qadriah Pontianak
Ada beberapa kontrak yang beliau tanda tangani dalam memimpin Kesultanan Qadriah Pontianak yang membawa Pontianak jauh lebih berkembang
Diantara kontrak tersebut selain dengan pihak Belanda beliau juga ada menandatangani kontrak kerja sama dengan negara Arab Saudi dalam pembangunan Kesultanan Qadriah Pontianak yang sebelumnya tidak pernah di lakukan oleh Sultan - Sultan sebelumnya
Hal ini disebabkan keberhasilan Da'wah Sultan Syarif Yusuf Alkadri Jamalullail hingga menembus tanah Arab, salah satunya Arab Saudi dan Yaman
Sedikitnya ada 5 kontrak dengan Pemerintah Belanda yang beliau tanda tangani, 2 Kontrak Kerjasama dengan Negara Arab Saudi., awal dari pertemuan Sultan Syarif Yusuf Alkadri dengan Keluarga Syarwani di Arab Saudi yaitu Syech Mahmud Syarwani Almaky Adagistani Alghoust Asyadjely Alhasani yang kemudian menjadi besan beliau, 2 Kontrak dengan Kesultanan RIAU
Sultan Syarif Yusuf Alkadri Jamalullail adalah salah satu Sultan termuda yang di nobatkan menjadi Sultan Qadriah Pontianak, di usia sekitar 22 tahun, dan memimpin sekitar 23 tahun (1872 M - 1895 M)
Pada awal memimpin Sultan Syarif Yusuf Alkadri Jamalullail sudah di sodorkan kontrak oleh Belanda untuk pembukaan kebun karet lokal yang berlokasi Mandor, Karangan, Menjalin, Sidas termasuk Mentradro sebagai bentuk persetujuan membuka lahan (saat itu belum di kenal istilah bibit unggul atau cangkokan) karena yang dibinitkan adalah biji atau buah getah yang di buat semacam bendengan sebagai bibit, setelah tumbuh mengeluarkan tunas langsung di pindahkan.
Perjanjian ini beliau tanda tangani di mana isinya dari hasil pendapatan pajak pihak Kesultanan hanya mendapatkan 30 %
Perjanjian kontrak di tanda tangani dalam 2 bahasa. Bahasa Belanda dan Bahasa Melayu Pontianakا
Berikut isi perjanjian dimaksud :
Versi Melayu :
السلام عليكم والرحمتوالله والبركة
Salam Sejahtera untuk kita bersama
Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa
Telah di tanda tangani Kontrak Tanam Karet Distrik Mandor Mentradi,
Dengan perjanjian 30 % untuk Kesultanan Qadriah Pontianak
Pontianak, 23 Juele 1879
Penanda Tangan
Belanda Sultan Pontianak
Van The Bush Syarif Yusuf Alkadri
Versi Belanda :
Beste Wensen Voor Ons samen
Door de genade van ce Almahtige God
Er is een rubberplanvontract getekend voor Het Mandor Mentradi district, met een oveerentkomst van 30 % voor het, Sultanaat Van Qadriah Pontianak
Ondetekenaar
Van The Bush Nederland en
Sultan Van Pontianak Syarif Yusuf Alkadri
Pontianak, 23 Juele 1879
Setelah menanda tangani Kontrak biasanya Sultan - Sultan yang lain Selalu mengiri utusan untuk melihat lokasi atau lahan yang di kerjakan, maka berbeda dengan Sultan Syarif Yusuf Alkadri Jamalullail, beliau justru lebih memilih keluar untuk berda'wah di luar Pontianak seperti Sintang, Kapuas, Sambas, bahkan hingga ke Malaysia, Brunai, maupun hingga ke tanah Arab
Sultan Syarif Yusuf Alkadri Jamalullail hanya berharap pihak Belanda mematuhi setiap Kontrak yang di sepakati
BERANGKAT KE MEKKAH
Awal bulan Syawal Sultan Syarif Yusuf Alkadri Jamalullail memutuskan untuk berangkat ke tanah Arab yaitu Arab Saudi untuk perjanjian mengirim anak - anak yang ingin belajar di salah satu Universitas tertua di Arab Saudi
10 orang anak yang di kirim untuk belajar ilmu agama dan juru da'wah jika sudah selesai
Di sinilah awal permulaan Sultan bertemu dengan seorang ulama Arab, dan di ketahui beliau adalah Syech Mahmud Syarwani yang juga berminat untuk berda'wah di Pontianak
Maka Ahir bulan November 1879 M Syech Mahmud Syarwani memutuskan untuk Hijrah dari tanah Arab ke Pontianak misi utama beliau sebagai Mubaligh dan menyebarkan agama Islam
Setelah tiba di Pontianak,....
Syech Mahmud Syarwani, di sambut dengan baik Sultan Syarif Yusuf Alkadri Jamalullail Untuk selanjutnya beliau meminta untuk mengisi Khutbah Jum'at di Masjid Kesultanan Qadriah Pontianak sekaligus sebagai duta penghubung antara Kesultanan Qadriah Pontianak dengan Emir Mekkah, di zaman kekuasaan para Sharif Mekkah.
Emir Mekkah, Dinasty ke 79, Husain bin Muhammad Al Hasani (1877-1880), kemudian digantikan , ke 80, Sharif Mekkah Abdul Muthollib bin Ghalib (1880-1882) dan berlanjut pada Abad ke 19, penguasa Sharif Mekkah berikutnya, yaitu :
81. Syarif Ainurrofiq (1882-1905)
82. Syarif Abdullah Pasha (1905-1908)
83. Sharif Husain bin Ali Al-Hasyimi Al Hasani (1908-1916), yang akhirnya diusir oleh Bani Saud, pada 1924 M, dengan dukungan Britania Raya.
Kemudian Sultan Syarif Yusuf Alkadri juga mengangkat Syech Mahmud Syarwani menjadi Imam Masjid Kesultanan Qadriah Pontianak serta menjadi pimpinan Majelis Kesultanan Qadriah Pontianak, sehingga Sultan merasa senang dengan demikian Beliau bisa dengan leluasa berda'wah di luar Pontianak maupun Negara lain
BACA JUGA
KLIK DIBAWAH INI >>
HIBAH LAHAN UNTUK PARA JURU DA"WAH
Pada tanggal 7 September 1885 M
Sultan Syarif Yusuf Alkadri Jamalullail mengirim penda'wah untuk terjun di Masyarakat di antaranya adalah :
1. Syarif Abdurrahman bin Abdurrahman Alkadrie keturunan dari Panglima Berdarah Dingin Syarif Muhammad Efendi bin Sultan Abdurrahman Alkadrie ke Sanggau
2. Syarif Hidayatullah Alkadri bin Muhammad keturunan dari Panglima Hitam Syarif Ibrahim bin Tuan Abu Bakar' Alkadri Segeram dan Natuna
3. Syarif Kasim Alkadrie bin Muhammad keturunan dari Sultan Syarif Kasim Alkadrie ke Tambelan Riau
4. Syarif Herlangga Alkadri keturunan dari Sultan Hamid I Alkadri ke Bengkayang (adik kandung Sultan Syarif Yusuf lain ibu)
5. Syarif Alwi bin Abdullah keturunan dari Panglima Mangku Syarif Abdullah Alkadrie ke Landak (Ngabang)
6. Syarif Majid Alkadri bin Ahmad Alkadri keturunan dari Pangeran Hasan bin Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie ke Sekadau
7. Pangeran Bendahara Syarif Toha Kholil bin Usman Alkadri Keturunan dari Pangeran Bendahara Syarif Ja'far Bin Sultan Syarif Hamid I Alkadri ke Wajok dan Mempawah hingga Pasir Putih Mempawah
8. Syarif Abu Bakar Bin Muhammad Alkadri keturunan dari Sultan Syarif Kasim Alkadrie ke Sengkubang hingga Sungai Duri
9. Syarif Hamid Bin Sultan Syarif Yusuf Alkadri ke Seberang kota, Tanjungpura hingga ke Kakap
10. Raden Maulana ke Wajok hingga ke Siantan
11. Syarif Mustofa Panglima Tugu Putih Serasan bin Panglima Hitam Paku Alam Segeram Syarif Ibrahim Alkadri keturunan dari Panglima Laksamana I Syarif Abu Bakar Alkadri ke Serasan Kepulauan Riau
12. Syarif Muhammad Bin Husein Alkadrie keturunan dari Panglima Laksamana I Syarif Abu Bakar' Alkadxri ke Sintang dan Kapuas Hulu
13. Syarif Ali Bin Mohdar keturunan dari Wan Mohdar Bin Panglima Laksamana I Syarif Abu Bakar Alkadri ke Bengkayang, Sambas dan Sarikin Malaysia
14. Syarif Abdul Majid bin Abunijam keturunan dari Abunijam Bin Panglima Laksamana I Syarif Abu Bakar Alkadri ke Sumatra
15. Syarif Andi Bin Ali Alkadri keturunan dari Hasan bin Syarif Muhammad Barnana Alkadri adik kandung Muhammad Syafaruddin Najamudin Aceh
16. Syarif Muhammad Bakri Bin Abdullah Alkadri keturunan dari Pangeran Adiwiya Kesuma Syarif Muhammad Safaruddin Najamuddin Alkadri ke Kalsel, Kalteng dan Kaltim
17. Syarif Hasan Bin Muhammad Alkadri keturunan dari Syarif Muhammad Bin Pangeran Tinggi Al-akbar Syarif Alwi Alkadri ke Jateng
Rencana beliau akan mengirim lagi di beberapa Daerah
Akan tetapi di tunda
Hingga tahun 1889 M
Sultan Syarif Yusuf Alkadri menerbitkan Surat pembagian lahan yang sudah di tempati khususnya yang berada di Pulau Kalimantan Untuk para Juru Da'wah Agama yang di mana Surat - surat tersebut di tanda tangani dalam beberapa waktu yang berbeda
Namun terbitan pertama Surat lahan tersebut
Di tanda tangani pada tanggal 17 Julhizah 1311 H 1889 M
Surat Hibah Lahan wilayah Kesultanan Qadriah Pontianak Untuk juru da'wah di berikan kepada 17 orang dan selanjutnya untuk juru da'wah di luar Kesultanan Qadriah Pontianak termasuk daerah Kepulauan dengan cara di beli
Salah satu yang mendapat Surat hibah lahan yaitu :
Pangeran Bendahara Syarif Thoha Kholil Bin Usman Alkadrie
Yang mendapatkan hibah Lahan Gunung Sahabat Empat Bukit Peniraman yang terdiri dari gunung Nusapati, Peniraman, Sungai Daya dan Gambiir dalam satu surat Hibah dan Daftar penerima Surat Hibah.
Di antara dokumen yang masih bisa terbaca selain Syarif Thoha Kholil bin Usman Alkadxri adalah
1. Raden Maulana keturunan dari Banten yang menikah dengan keluarga Alkadri lahan Siantan Hilir,
2. Syarif Alwi bin Abdullah Landak Ngabang
Dan beberapa Juru Da'wah lainnya
Untuk wilayah Borneo Barat (Kalbar) :
Sultan Syarif Yusuf Alkadri meminta bantuan kepada Belanda agar di foto dari atas dengan menggunakan kapal terbang "Iyu Kebal" ( Herkules ) kemudian hasil potret tersebut di beri tanda bagi lahan yang di peroleh juru da'wah
Surat - surat lahan tersebut di tanda tangani Sultan Syarif Yusuf Alkadri di sertai lampiran yang di ketik menggunakan mesin ketik buatan Belanda
Sedang Surat Lahan di tulis tangan oleh Sultan Syarif Yusuf Alkadri
Karena Kondisi phisik Beliau terus menurun sehingga Beliau tidak bisa menerbitkan Surat Lahan Tahap ke Dua
Tepat tanggal 15 Maret 1895 M - 1316 H
Sultan Syarif Yusuf Alkadri Jamalullail
Meninggal Dunia
Kemudian di makamkan di Batu Layang
Di bawah Kisah ini di tampilkan potongan salah satu Surat Lahan dan Daftar penerima Lahan dari Sultan Syarif Yusuf Alkadri Jamalullail, hanya saja Dokumen tersebut sudah hampir tidak bisa terbaca
MAKTAB NANGQ 1857
Dewan Pimpinan Pusat Pontianak
Kantor Pemeliharaan Dan Statistik Sejarah Ahlulbait
Pangeran Bendahara Syarif Ja'far
Bin Sultan Hamid I, Alkadri Jamalullail