Cari thema tulisan dan judul artikel disini

Sabtu, 21 Desember 2024

SULTAN YUSUF PONTIANAK

 MANAQIB KESULTANAN QADRIAH PONTIANAK 

SULTAN SYARIF YUSUF ALKADRI JAMALULLAIL 

SULTAN KE V (1872 M - 1895  M) 

Memerintah selama 23 Tahun


DYMM Sultan Hamid II, Dari Ibu Syecah Jamilah Syarwani Al Hasani
Ibni Allahyarham Sultan Muhammad
Bin Sultan Syarif Yusuf Alkadri Jamalullail


Sultan Syarif Yusuf Alkadri Jamalullail 


Sultan Ke V Kesultanan Qadriah Pontianak (22 Agustus 1872 M - 15 Maret 1895 M)

Lahir : Pontianak, 19 Rajab 1371 H - 1950 M

Wafat : Pontianak, 15 Maret 1895 M

Dalam Usia : 45 Tahun

Nama Ayah Kandung : Sultan Syarif Hamid I Alkadri Jamalullail 

Nama Ibu Kandung : Ratuh Suri Syarifah Fatimah Binti Sultan Syarif Kasim Alkadri Jamalullail 

Jumlah istri.:  5 Permaisuri

Istri yang di Sepuhkan : Maha Ratu Suri Syarifah Zaleha Alkadri 

Dari ke 5 istri beliau memperoleh 17 orang anak akan tetapi banyak yang meninggal waktu kecil sehingga hanya 9 anak yang memberikan keturunan termasuk 2 anak perempuan 

Sehingga merupakan awal munculnya keluarga ""Sembilan Kesultanan Qadriah Pontianak""

Makam : Komplek Pemakaman Kesultanan Qadriah Pontianak Jalan Khatulistiwa Siantan Hulu Kota Pontianak Kalimantan Barat Indonesia 



SULTAN TERMUDA PONTIANAK, 22 tahun


Sultan Syarif Yusuf Alkadri Jamalullail 


Adalah Satu - satunya Sultan Qadriah Pontianak yang berusia Muda baik saat di nobatkan menjadi Sultan  (umur 22 Tahun) dan juga tidak mengikuti aturan harus berusia 40 tahun dan memiliki anak minimal 7 orang 


Karena saat di Nobatkan istrinya baru satu orang yaitu Ratu Suri Syarifah Zaleha Alkadri, 


Dan anak pertama masih dalam kandungan yang kelak melahirkan kemudian di beri nama Syarif Muhammad Alkadri (Sultan Syarif Muhammad Alkadri, 


Beliau di Nobatkan melalui rapat sesepuh tertua Kesultanan yaitu ibunya Ratu Suri Syarifah Fatimah Binti Sultan Syarif Kasim Alkadrie Jamalullail yang memimpin Penobatan dan sesepuh Istanah Qadriah Pontianak lainya. 


Sebab jika di paksakan mengikuti aturan maka harus menunggu 18 tahun kemudian yang menyebabkan Kesulitanan akan mengalami kekosongan (Vakum / Openingrum) dalam waktu yang lama, maka di tempuh


 Alternatif ke 3 melalui :" Musyawarah Sesepuh Kesultanan Qadriah Pontianak dan Pembesar Istanah Qadriah Pontianak Saat itu".


Maupun ketika wafat karena adanya penyakit bawaan sehingga jika terlalu banyak beban pikiran Kondisi pisiknya lebih mudah drop jatuh sakit, maka beliau lebih suka dan senang beraktivitas di luar Istanah dengan cara menghidupkan Da'wah dan sering keluar untuk berda,'wah dalam menyebarkan Syi'ar Islam 


BACA JUGA 

KLIK DIBAWAH INI >>: 

MADINAH DALAM  SEJARAH


DYMM Sultan Syarif Muhammad
Ibni 
Allahyarham Sultan Syarif Yusuf


Awal munculnya keluarga ""Sembilan Kesultanan Qadriah Pontianak"" berasal dari 9 keturunan Sultan Syarif Yusuf bin Sultan Hamid I, ini. Keluarga 9 masih  eksis hingga hari ini tahun 2024 M


Manaqib Duli Yang Mulia Di Pertuan Agung Sultan Syarif Yusuf Alkadri Jamalullail, sama halnya dengan Sultan Syarif Hamid I Alkadri Jamalullail, Sultan Syarif Usman Alkadri Jamalullail dan Sultan Syarif Kasim Alkadrie Jamalullail,


 Ke Empat Sultan ini hampir tidak ada Manaqibnya (Sejarahnya) di media Sosial 


Sebagaimana Sejarah Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail, Sultan Syarif Hamid II Alkadri Jamalullail yang banyak beredar di media sosial seperti Google, Blog, YouTube hal ini mengingat terbatasnya informasi yang di dapatkan, dan fakta Sejarah Kesultanan Qadriah Pontianak dokumen - dokumen Sejarah yang di miliki banyak musnah di tangan Jepang yang mengobrak Abrik Kesultanan Qadriah Pontianak ketika Peristiwa Mandor Berdarah yang terjadi pada tahun 1944, 


yang menelan korban keluarga Kesultanan Qadriah Pontianak sebanyak 60 - 66 orang dan sebanyak lebih 333 orang Marga Alkadri Jamalullail yang di kubur di 11 Makam Pahlawan Juang Mandor, termasuk yang tercecer dan terbunuh di tempat lain (Dokumen tua maktab NanGq 1857)


Dokumen Tua Syarif Ahmad Bin Usman Alkadri Jamalullail (1944 - 1947 M) dalam penelusuran dan pencarian Korban Jepang (1944 M - 1945 M)


Maka secara drastis telah menghilangkan 75 % Sejarah Kesultanan Qadriah Pontianak


Sehingga yang banyak muncul di media sosial hanya Sultan Syarif Hamid II Alkadri sedangkan Sultan Syarif Muhammad Alkadri yang dapat di ceritakan sejarah Manaqibnya berdasarkan Poto dan dokumen Poto yang masih tersisa (berhasil di selamatkan) maupun dokumen Poto yang di ambil di kirim dari Belanda berdasarkan rekam jejak kerja sama dengan Istanah Qadriah Pontianak


Sekalipun Sultan Syarif Yusuf Alkadri Jamalullail sebagian waktu selama menjadi Sultan di habiskan untuk berda"wah bukan berarti beliau tidak memperhatikan Kesultanan Qadriah Pontianak 


Ada beberapa kontrak yang beliau tanda tangani dalam memimpin Kesultanan Qadriah Pontianak yang membawa Pontianak jauh lebih berkembang


Diantara kontrak tersebut selain dengan pihak Belanda beliau juga ada menandatangani kontrak kerja sama dengan negara Arab Saudi dalam pembangunan Kesultanan Qadriah Pontianak yang sebelumnya tidak pernah di lakukan oleh Sultan - Sultan sebelumnya


Hal ini disebabkan keberhasilan Da'wah Sultan Syarif Yusuf Alkadri Jamalullail hingga menembus tanah Arab, salah satunya Arab Saudi dan Yaman


Sedikitnya ada 5 kontrak dengan Pemerintah Belanda yang beliau tanda tangani, 2 Kontrak Kerjasama dengan Negara Arab Saudi., awal dari pertemuan Sultan Syarif Yusuf Alkadri dengan Keluarga Syarwani di Arab Saudi yaitu Syech Mahmud Syarwani Almaky Adagistani Alghoust Asyadjely Alhasani yang kemudian menjadi besan beliau, 2 Kontrak dengan Kesultanan RIAU



Keluarga Sultan Muhammad 




PERJANJIAN DENGAN BELANDA , 1879 M

Sultan Syarif Yusuf Alkadri Jamalullail adalah salah satu Sultan termuda yang di nobatkan menjadi Sultan Qadriah Pontianak, di usia sekitar 22 tahun, dan memimpin sekitar 23 tahun (1872 M - 1895 M)

 

Pada awal memimpin Sultan Syarif Yusuf Alkadri Jamalullail sudah di sodorkan kontrak oleh Belanda untuk pembukaan kebun karet lokal yang berlokasi Mandor, Karangan, Menjalin, Sidas termasuk Mentradro sebagai bentuk persetujuan membuka lahan (saat itu belum di kenal istilah bibit unggul atau cangkokan) karena yang dibinitkan adalah biji atau buah getah yang di buat semacam bendengan sebagai bibit, setelah tumbuh mengeluarkan tunas langsung di pindahkan.

 

Perjanjian ini beliau tanda tangani di mana isinya dari hasil pendapatan pajak pihak Kesultanan hanya mendapatkan 30 %

Perjanjian kontrak di tanda tangani dalam 2 bahasa. Bahasa Belanda dan Bahasa Melayu Pontianakا

 

Berikut isi perjanjian dimaksud : 

Versi Melayu : 

السلام عليكم والرحمتوالله والبركة 

Salam Sejahtera untuk kita bersama

Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa


Telah di tanda tangani Kontrak Tanam Karet Distrik Mandor Mentradi, 

Dengan perjanjian 30 % untuk Kesultanan Qadriah Pontianak


Pontianak, 23 Juele 1879 

Penanda Tangan

Belanda                           Sultan Pontianak 


Van The Bush                      Syarif Yusuf Alkadri



Versi Belanda : 


Beste Wensen Voor Ons samen

Door de genade van ce Almahtige God

Er is een rubberplanvontract getekend voor Het Mandor Mentradi district, met een oveerentkomst van 30 % voor het, Sultanaat Van Qadriah Pontianak

Ondetekenaar

Van The Bush Nederland en

Sultan Van Pontianak Syarif Yusuf Alkadri

Pontianak, 23 Juele 1879

 

Setelah menanda tangani Kontrak biasanya Sultan - Sultan yang lain Selalu mengiri utusan untuk melihat lokasi atau lahan yang di kerjakan, maka berbeda dengan Sultan Syarif Yusuf Alkadri Jamalullail, beliau justru lebih memilih keluar untuk berda'wah di luar Pontianak seperti Sintang, Kapuas, Sambas, bahkan hingga ke Malaysia, Brunai, maupun hingga ke tanah Arab

 

Sultan Syarif Yusuf Alkadri Jamalullail hanya berharap pihak Belanda mematuhi setiap Kontrak yang di sepakati



BERANGKAT KE MEKKAH 


Awal bulan Syawal Sultan Syarif Yusuf Alkadri Jamalullail memutuskan untuk berangkat ke tanah Arab yaitu Arab Saudi untuk perjanjian mengirim anak - anak yang ingin belajar di salah satu Universitas tertua di Arab Saudi

 

10 orang anak yang di kirim untuk belajar ilmu agama dan juru da'wah jika sudah selesai

 

Di sinilah awal permulaan Sultan bertemu dengan seorang ulama Arab, dan di ketahui beliau adalah Syech Mahmud Syarwani yang juga berminat untuk berda'wah di Pontianak

 

Maka Ahir bulan November 1879 M Syech Mahmud Syarwani memutuskan untuk Hijrah dari tanah Arab ke Pontianak misi utama beliau sebagai Mubaligh dan menyebarkan agama Islam

 

Setelah tiba di Pontianak,.... 


Syech Mahmud Syarwani,  di sambut dengan baik Sultan Syarif Yusuf Alkadri Jamalullail Untuk selanjutnya beliau meminta untuk mengisi Khutbah Jum'at di Masjid Kesultanan Qadriah Pontianak sekaligus sebagai duta  penghubung antara Kesultanan Qadriah Pontianak dengan Emir Mekkah, di zaman kekuasaan para Sharif Mekkah. 


 Emir Mekkah, Dinasty ke 79, Husain bin Muhammad Al Hasani (1877-1880),  kemudian digantikan , ke 80,  Sharif Mekkah Abdul Muthollib bin Ghalib (1880-1882)  dan berlanjut pada Abad ke 19, penguasa Sharif Mekkah berikutnya, yaitu : 

81. Syarif Ainurrofiq (1882-1905)

82.  Syarif Abdullah Pasha (1905-1908)

83. Sharif Husain bin Ali Al-Hasyimi Al Hasani (1908-1916), yang  akhirnya diusir oleh Bani Saud, pada 1924 M, dengan dukungan Britania Raya. 

 

Kemudian Sultan Syarif Yusuf Alkadri juga mengangkat Syech Mahmud Syarwani menjadi Imam Masjid Kesultanan Qadriah Pontianak serta menjadi pimpinan Majelis Kesultanan Qadriah Pontianak, sehingga Sultan merasa senang dengan demikian Beliau bisa dengan leluasa berda'wah di luar Pontianak maupun Negara lain


 BACA JUGA 

KLIK DIBAWAH INI >>

JAZIRAH ARABIAH DALAM  SEJARAH


Syech Mahmud As -Syarwani Al Hasani
Bersama Menantu nya : 
Sulttan Syarif Muhammad Alkadri



HIBAH LAHAN UNTUK  PARA JURU DA"WAH 


Pada tanggal 7 September 1885 M


 Sultan Syarif Yusuf Alkadri Jamalullail mengirim penda'wah untuk terjun di Masyarakat di antaranya adalah :


1. Syarif Abdurrahman bin Abdurrahman Alkadrie keturunan dari Panglima Berdarah Dingin Syarif Muhammad Efendi bin Sultan Abdurrahman Alkadrie ke Sanggau


2. Syarif Hidayatullah Alkadri bin Muhammad keturunan dari  Panglima Hitam Syarif Ibrahim bin Tuan Abu Bakar' Alkadri Segeram dan Natuna


3. Syarif Kasim Alkadrie bin Muhammad keturunan dari Sultan Syarif Kasim Alkadrie ke Tambelan Riau 


4. Syarif Herlangga Alkadri keturunan dari Sultan Hamid I Alkadri ke Bengkayang (adik kandung Sultan Syarif Yusuf lain ibu)


5. Syarif Alwi bin Abdullah keturunan dari Panglima Mangku Syarif Abdullah Alkadrie ke Landak (Ngabang)


6. Syarif Majid Alkadri bin Ahmad Alkadri keturunan dari Pangeran Hasan bin Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie ke Sekadau 


7. Pangeran Bendahara Syarif Toha Kholil bin Usman Alkadri Keturunan dari Pangeran Bendahara Syarif Ja'far Bin Sultan Syarif Hamid I Alkadri ke Wajok dan Mempawah hingga Pasir Putih Mempawah 


8. Syarif Abu Bakar Bin Muhammad Alkadri keturunan dari Sultan Syarif Kasim Alkadrie ke Sengkubang hingga Sungai Duri


9. Syarif Hamid Bin Sultan Syarif Yusuf Alkadri ke Seberang kota, Tanjungpura hingga ke Kakap


10. Raden Maulana ke Wajok hingga ke Siantan


11. Syarif Mustofa Panglima Tugu Putih Serasan bin Panglima Hitam Paku Alam Segeram Syarif Ibrahim Alkadri keturunan dari Panglima Laksamana I Syarif Abu Bakar Alkadri ke Serasan Kepulauan Riau 


12. Syarif Muhammad Bin Husein Alkadrie keturunan dari Panglima Laksamana I Syarif Abu Bakar' Alkadxri ke Sintang dan Kapuas Hulu 


13. Syarif Ali Bin Mohdar keturunan dari Wan Mohdar Bin Panglima Laksamana I Syarif Abu Bakar Alkadri ke Bengkayang, Sambas dan Sarikin Malaysia


14. Syarif Abdul Majid bin Abunijam keturunan dari Abunijam Bin Panglima Laksamana I Syarif Abu Bakar Alkadri ke Sumatra 


15. Syarif Andi Bin Ali Alkadri keturunan dari Hasan bin Syarif Muhammad Barnana Alkadri adik kandung Muhammad Syafaruddin Najamudin Aceh


16. Syarif Muhammad Bakri Bin Abdullah Alkadri keturunan dari Pangeran Adiwiya Kesuma Syarif Muhammad Safaruddin Najamuddin Alkadri ke Kalsel, Kalteng dan Kaltim


17. Syarif Hasan Bin Muhammad Alkadri keturunan dari Syarif Muhammad Bin Pangeran Tinggi Al-akbar Syarif Alwi Alkadri ke Jateng 


Rencana beliau akan mengirim lagi di beberapa Daerah 


Akan tetapi di tunda


Hingga tahun 1889 M


Sultan Syarif Yusuf Alkadri menerbitkan Surat pembagian lahan yang sudah di tempati khususnya yang berada di Pulau Kalimantan Untuk para Juru Da'wah Agama yang di mana Surat - surat tersebut di tanda tangani dalam beberapa waktu yang berbeda


Namun terbitan pertama Surat lahan tersebut

 Di tanda tangani pada tanggal 17 Julhizah 1311 H 1889 M


Surat Hibah Lahan wilayah Kesultanan Qadriah Pontianak Untuk juru da'wah di berikan kepada 17 orang dan selanjutnya untuk juru da'wah di luar Kesultanan Qadriah Pontianak termasuk daerah Kepulauan dengan cara di beli


Salah satu yang mendapat Surat hibah lahan yaitu : 


Pangeran Bendahara Syarif Thoha Kholil Bin Usman Alkadrie 


Yang mendapatkan hibah Lahan Gunung Sahabat Empat Bukit Peniraman yang terdiri dari gunung Nusapati, Peniraman, Sungai Daya dan Gambiir dalam satu surat Hibah dan Daftar penerima Surat Hibah. 


 Di antara dokumen yang masih bisa terbaca selain Syarif Thoha Kholil bin Usman Alkadxri adalah


1. Raden Maulana keturunan dari Banten yang menikah dengan keluarga Alkadri lahan Siantan Hilir,


 2. Syarif Alwi bin Abdullah Landak Ngabang


Dan beberapa Juru Da'wah lainnya 



Foto udara pesawat Hiyu Kebal untuk Pulau Borneo
 terdapat Gunung Peniraman dan barisannya 
untuk hibah Syarif Thoha Kholil Alkadri, 
Siantan, Sungai Kakap, Landak, Sintang, Bengkayang 
dan beberapa tempat lainnya


Untuk wilayah Borneo Barat (Kalbar) :  


   Sultan Syarif Yusuf Alkadri meminta bantuan kepada Belanda agar di foto dari atas dengan menggunakan kapal terbang "Iyu Kebal" ( Herkules )  kemudian hasil potret tersebut di beri tanda bagi lahan yang di peroleh juru da'wah


Surat - surat  lahan tersebut di tanda tangani Sultan Syarif Yusuf Alkadri di sertai lampiran yang di ketik menggunakan mesin ketik buatan Belanda


Sedang Surat Lahan di tulis tangan oleh Sultan Syarif Yusuf Alkadri 


Karena Kondisi phisik Beliau terus menurun sehingga Beliau tidak bisa menerbitkan Surat Lahan Tahap ke Dua


Tepat tanggal 15 Maret 1895 M -  1316 H 

Sultan Syarif Yusuf Alkadri Jamalullail

 Meninggal Dunia

Kemudian di makamkan di Batu Layang 


Di bawah Kisah ini di tampilkan potongan salah satu Surat Lahan dan Daftar penerima Lahan dari Sultan Syarif Yusuf Alkadri Jamalullail, hanya saja Dokumen tersebut sudah hampir tidak bisa terbaca



Surat Hibah Lahan 
untuk Syarif Thoha Kholil Bin Usman 
cicit dari Pangeran Bendahara Syarif Ja'far 
Bin Sultan Syarif Hamid I Alkadri Jamalullail



MAKTAB NANGQ 1857 

Dewan Pimpinan Pusat  Pontianak

Kantor Pemeliharaan Dan Statistik Sejarah Ahlulbait 

Pangeran Bendahara Syarif Ja'far 

Bin Sultan Hamid I,  Alkadri Jamalullail


Kamis, 19 Desember 2024

SULTAN HAMID I

 MANAQIB KESULTANAN QADRIAH PONTIANAK 

SULTAN SYARIF HAMID I ALKADRI JAMALULLAIL 

SULTAN KE IV (1855 M - 1872 M) Memerintah Selama 17 Tahun

 


DYMM Sultan Hamid II, Ibni Sultan Muhammad
Bin Sultan Yusuf
Bin Sultan Hamid I
Bin Sultan Usman
Bin Sultan Abdurrahman
Bersalaman dengan Sukarno di Yogyakarta


PENGANTAR 

Sultan Syarif Hamid I Bin Sultan Syarif Usman Alkadrie Jamalullail 

Sultan Ke IV Kesultanan Qadriah Pontianak (12 April 1855 M - 22 Agustus 1872 M) Berkuasa,17 Tahun

 

Lahir : Pontianak, 27 Jumadil Kubro 1223 H - 1802 M

 

Wafat : Pontianak, 22 Agustus 1872 M

 

Dalam Usia : 70 Tahun

 

Makam : Komplek Pemakaman Kesultanan Qadriah Pontianak Batu Layang Jl. Khatulistiwa Siantan Hulu Kota Pontianak Kalbar

 

Nama Ayah Kandung : Sultan Syarif Usman Alkadrie Jamalullail

 

Nama Ibu Kandung : Ratu Sepuh Syarifah Zahara Binti Thaha Bin Abdullah Tumenggung Banten Bin Panglima Laksamana I Syarif Abu Bakar' Alkadxri bin  Sayyid Husein Mempawah

 

Jumlah Istri : 6 Permaisuri

 

Istri Yang di Sepuhkan : Maha Ratu Suri Syarifah Fatimah Binti Sultan Syarif Kasim Alkadrie Jamalullail dari ibu Ratu Minah

 

Status Istri ke : 2 Sultan Syarif Hamid I Alkadrie Jamalullail

 

Jumlah Anak : 19 anak laki-laki dan 3 anak perempuan dari 6 Ibu Kandung


 

Hampir tidak ada Manaqib maupun Sejarah Duli Yang Mulia Di Pertuan Agung Sultan Syarif Hamid I Alkadrie Jamalullail baik di Google, YouTube, Maupun di blok - blok lantaran Sejarah kehidupan atau Dokumen tentang kehidupan Beliau Musnah di tangan Jepang.

 

Dalam Peristiwa Mandor Berdarah 1944 M

 

Ketika seseorang membuka Blog Google,  YouTube, maupun Block - Blok lainya justru yang muncul Blog Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail tentang sejarah berdirinya Kesultanan Qadriah Pontianak dan asal muasal berdirinya Kota Pontianak dan itu tidak dapat di pungkiri, dan ketika seseorang ingin membuka Blog Sultan Syarif Kasim Alkadrie Jamalullail atau Sultan Syarif Usman Alkadrie Jamalullail demikian juga justru yang muncul Blog Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail tentang sejarah berdirinya Kesultanan Qadriah Pontianak dan asal muasal berdirinya Kota Pontianak

 

Demikian juga ketika seseorang ingin membuka Blog Sultan Syarif Hamid I Alkadrie Jamalullail justru yang muncul Blog Sultan Syarif Hamid II Alkadrie Jamalullail  Bin Sultan Syarif Muhammad Alkadri Jamalullail hingga menampilkan Almarhum Yang Mulia Aminda Sultan Syarif Abu Bakar' Alkadri Jamalullail dan Sultan Syarif Melvin Alkadri

 

Ini menunjukkan bahwa baik Sejarah Sultan Syarif Kasim Alkadrie Jamalullail, Sultan Syarif Usman Alkadrie Jamalullail, Sultan Syarif Hamid I Alkadrie Jamalullail musnah di tangan Jepang 1944 M

 

Maka Maktab NANGQ 1857 Dewan Pimpinan Pusat

 

Sangat bersyukur sekali Dokumen yang di anggap telah di musnahkan oleh Jepang ternyata hanya Duplikat sedangkan aslinya di pegang oleh keturunan Pangeran Bendahara Tua Syarif Ja'far Bin Sultan Syarif Hamid I Alkadrie Jamalullail

 

Yaitu : Pangeran Bendahara Ahmad Alkadri Jamalullail (Ahmad Kampak) bin Usman Alkadrie Jamalullail salah satu cicit Pangeran Bendahara Tua Syarif Ja'far Bin Sultan Syarif Hamid I Alkadrie Jamalullail

 

Dengan demikian Manaqib Sultan Syarif Hamid I Alkadrie Jamalullail dapat di tampilkan dalam group ini

 


Lambang Negara 
Elang Rajawali Garuda Pancasila
Buah karya Sultan Hamid II



SETELAH NAIK TAHTA 

Sultan Syarif Hamid I Alkadrie Jamalullail termasuk salah satu Sultan yang sangat tegas dalam memimpin

 

Setelah Ayahnya meninggal dunia

 

Seperti Sultan - Sultan sebelumnya melaksanakan Belasungkawa hingga 10) hari beliau juga melaksanakan Belasungkawa Tahlilan, Tahmid hingga Hataman Alquran juga berlangsung hingga 100 hari

 

Hari kerja pertama Sultan Syarif Hamid I Alkadrie Jamalullail

 

Adalah memasang Pagar Keliling Kesultanan sehingga hanya ada empat pintu masuk Menuju Kesultanan

 

1. Pintu Gerbang utama

2. Pintu Gerbang belakang Istanah

3. Pintu gerbang samping kiri para sesepuh Istanah

4. Pintu gerbang kanan para keluarga Istanah, Para Ratu dan selain itu beliau juga mendirikan bangunan Pribadi di luar Istanah (Rumah Pribadi di belakang Istanah khusus untuk anak dan istrinya sebagai pendamping setiap hari Sultan yaitu Ratu Suri

 

Beliau juga membangun Rumah - rumah keluarga Sultan di belakang Masjid Kesultanan Qadriah Pontianak, membangun Rumah - rumah Pangeran dan Panglima di pemukiman Kampung Arab serta Surau untuk para pangeran dan Panglima termasuk membangun Kantor Maktab NANGQ 1857 di Kampung Arab

 

Pada saat Pangeran Bendahara Syarif Ja'far Bin Sultan Syarif Hamid I Alkadrie Jamalullail di Nobatkan sebagai Pengurus NANGQ 1857, 12 April 1857 M, tanggal tersebut di sengaja di pilih Sultan Syarif Hamid I Alkadrie Jamalullail

 

Selain itu beliau juga menanda tangani Kontrak Kerjasama dengan pihak Residen Belanda yaitu Residence Rembang Het Hoopd Wasterasffeling Van Borneo (Kepala Daerah Keresidenan Borneo,) tertanggal : 11 Juni 1856 M yang isinya :

 

1. Pembukaan jalur udara untuk penerbangan Jakarta Pontianak melalui Landasan (Sekarang menjadi Bandara Adisucipto Pontianak) dengan menggunakan pesawat IYU KEBAL (setelah Indonesia merdeka Pesawat ini di ambil alih TNI 1949 M kemudian di sebut Pesawat Herkules buatan pertama Belanda 1853 M di sebut juga pesawat perintis 45)

 

2. Membangun jalur darat dari landasan perintis Untuk keluar masuk barang dengan kendaraan bertenaga uap dan batu bara sebagai bahan bakarnya

 

3. Memperluas pertambangan emas Loteva Landak - Mentradro yang pajak penghasilanya di setor 60 % kepada Belanda

 

Walaupun penghasilan pajak Kesultanan sangat kecil tetapi Sultan memiliki banyak cara untuk mensiasatinya, sehingga beliau memutuskan untuk merehab makam batu Layang agar di bangun Rumah pendopo dan tempat ibadah, agar siapa saja yang berziarah bisa terlindungan dari panas dan hujan

 

Karena kondisi makam yang sudah mulai rapuh sehingga makam Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie dan istri Ratu Sepuh Kesumasari di buat ruangan khusus sehingga agak sempit

 


Sekitar bulan Oktober 1856 M : Perjanjian LOTEVA I


Etnis Cina yang berada di Mandor tidak mau memperkerjakan Etnis Suku daya Pedalaman dalam hal penggalian emas, sehingga membuat warga suku pedalaman menjadi murka, maka terjadilah Demonstrasi pertama di mana mereka menggerakan Mangku Merah untuk mengusir Cina, akan tetapi atas permintaan keturunan Panglima Mangku Merah Syarif Abdullah dan Sultan Hamid I Alkadrie Ahir Demontrasi tersebut di hentikan dengan perjanjian :

 

1. Warga asli pedalaman diijinkan ikut menggali dengan sistim upah

 

2. Tanah - tanah milik warga yang di gali wajib adanya ganti rugi

 

3. Pihak pemilik galian emas harus membayar adat sesuai dengan luas tanah yang di gali

 

4. Menghentikan monopoli kerja kesukuan

 

 

Untuk selanjutnya perjanjian ini di sebut ""Perjanjian Loteva Satu" (Oktober 1856 M) yang berhasil di selesaikan Sultan Syarif Hamid I Alkadri Jamalullail atas bantuan keturunan Panglima Mangku Merah Syarif Abdullah Alkadrie Jamalullail yang bernama : 


 Wan Ahmad dan beliau di kenal dengan nama (Wan Ahmad Tutong) yang artinya (Penengah antara Warga Pedalaman dengan Cina)


DYMM Sultan Syarif Mahmud Melvin. SH
Sultan Pontianak ke IX
Naik Tahta pada : 2017 M


 

PERHATIAN  TERHADAP KELUARGA / KAUM KERABAT 


Sultan Syarif Hamid I Alkadrie Jamalullail termasuk Sultan yang perduli dengan keluarga sekalipun atas permintaan ibunya Ratu.Suri Syarifah Zahara Binti Thaha Bin Abdullah Tumenggung Banten bin Panglima Laksamana I Syarif Abu Bakar' Alkadxri Jamalullail dan istrinya Ratu Sepuh Syarifah Fatimah Binti Sultan Syarif Kasim Alkadrie Jamalullai, ...l

 

Untuk mengirim bantuan di pulau Natuna tepatnya di Segeram

 

Karena banyak keluarga ibunya dan keluarga dari istrinya Pangeran Syarif Hasan Bin Sultan Syarif Kasim Alkadrie Jamalullail yang menikah dengan salah satu keturunan Wan Hamid Jamalullail


Antara bulan November - Desember 1856 M - 1857 M

 

Bagi warga Segeram di sebut Musim Kelambu (makan tidur) dan musim Selimut (hanya diam di rumah)

 

Sebab pada musim ini alamnya pancaroba

 

Sehingga laut mengamuk sampai daratan Natuna Segeram Banjir, pada musim ini nelayan tidak bisa melaut, tukang kebun tidak bisa berkebun karena air laut naik sehingga dataran rendah Segeram Banjir hingga lebih dari 1 bulan

 

Atas permintaan ibunya dan istrinya di awal bulan Oktober Sultan Syarif Hamid I Alkadrie Jamalullail telah mengirim bantuan untuk keperluan keluarga Alkadri Jamalullail termasuk masyarakat Segeram saat itu

 

Kemudian pada tanggal 4 Januari 1857 M


Melalui Distrik Residen Rembang Het Hoopd Wasterasffeling Van Borneo (Kepala Daerah Keresidenan Borneo Barat) Belanda mengeluarkan Surat Keputusan yang memadukan Distrik Cina Mentradro Ke dalam Wilayah Kesultanan Qadriah Pontianak yang juga di setujui oleh Sultan Syarif Hamid I Alkadrie Jamalullail


 Sehingga Kekuasaan Kesultanan Qadriah Pontianak mencakup wilayah Bengkayang sampai Perbatasan wilayah Malaysia Serikin, menurut Sultan Syarif Hamid I Alkadrie Jamalullail sekalipun pajak hanya di dapatkan 35 % dengan jangkauan wilayah yang luas maka pajak penghasilan akan semakin meningkat

 

Kebijakan tersebut merupakan lanjutan dari Sultan Syarif Usman Alkadrie Jamalullail yang di prakarsai anaknya Pangeran Jaya Syarif Abdullah Alkadrie Jamalullail yang menuntut Belanda tentang pajak yang hanya di terima 30 % Supaya pajak tersebut bisa meningkat salah satunya adalah memperluas wilayah kekuasaan


Maka ketika Sultan Syarif Hamid I Alkadri Jamalullail berkuasa usaha memperluas wilayah kekuasaan terus di lakukan, selain menguntungkan pihak Residen Rembang VOC Batavia Jakarta juga menguntungkan pihak Kesultanan Qadriah Pontianak


Selain itu strategi yang di jalankan Sultan Syarif Hamid I Alkadri Jamalullail agar tidak terjadi konplik antar etnis, maka Beliau banyak mengangkat suku pedalaman menjadi pasukan bahkan ada yang di nikahi oleh Sultan Syarif Hamid I Alkadrie Jamalullail istri tersebut adalah Mariana dari suku daya Pedalaman Mentradro dari pernikahan ini beliau memperoleh : 


2 anak laki-laki,  salah satunya adalah Pangeran Mangku Syarif Herlangga Alkadri Jamalullail yang kemudian juga menikahi orang pedalaman Mentradro dari etnis Daya

 

Distrik Cina Mentradro yang di kuasai merupakan wilayah penghasil Emas cabang dari Loteva di Mandor

 

Di jaman ayahnya Sultan Syarif Usman Alkadrie Jamalullail Distrik Mandor pernah di serang Belanda1850 M, tetapi Sultan Syarif Usman Alkadrie Jamalullail tidak ikut campur atas peristiwa tersebut, sehingga Kesultanan Qadriah Pontianak di Percaya dan mengambil wilayah Mandor, Semakin, hingga Darit 


sebagai wilayah kekuasaan Kesultanan Qadriah Pontianak, yang sebelumnya wilayah ini di kuasai Kesultanan Landak, (maka jangan heran ketika Indonesia merdeka 1945 Landak Ngabang masuk dalam wilayah kabupaten Pontianak (Tahun 2000 di mekarkan menjadi Kabupaten Landak)

 

Pada tanggal 12 Maret 1857 M


Sehingga Kesultanan Qadriah Pontianak menjadi Kesultanan yang terluas di Kalimantan Barat (Borneo Barat) Pada tanggal 12 Maret 1857 M, melalui Distrik Cina Mentradro, Mandor dan Darit, Sultan Syarif Hamid I Alkadrie Jamalullail meminta agar wilayah tersebut di bangun pasar Rakyat


Maka di putuskan pembangunan pasar rakyat yang di Damai Distrik Cina Mentradro, Mandor Loteva membangun pasar Rakyat di antaranya:

1. Pasar Jungkat

2. Pasar Purun

3. Pasar Peniraman

4. Pasar Sungai Pinyuh

5. Pasar Anjungan

6. Pasar Mandor

7. Pasar Semakin

8. Pasar Darit

9. Pasar Toho

10. Pasar Karangan

11. Pasar Mentradro

12. Pasar Bengkayang

 

Pasar tersebut di isi umumnya di isi oleh pedagang - pedagang Cina Sehingga meningkatkan pajak Residen VOC Batavia Belanda di Jakarta sekaligus meningkatkan pajak Kesultanan Qadriah Pontianak


 

DYMM Sultan Syarif  Muhammad Ibni Sultan Yusuf
Sultan Pontianak ke VI
Syahid dibunuh  Jepang 1944 M



Pada Rabu, 12 April 1857 M bertepatan tahun 1278 H. 

NanGq 1857 / Naqobatul Asyayid Nasabatul Ghoibul Qubro


Sultan Syarif Hamid I Alkadri Jamalullail meresmikan Maktab NanGq 1857 dan menobatkan anak ke tiganya Pangeran Bendahara Syarif Ja'far Bin Sultan Syarif Hamid I Alkadrie Jamalullail sebagai Ketua dan Pengurus Maktab NanGq, untuk selanjutnya di Sebut Maktab NanGq 1857

 

Dalam penobatan tersebut di angkat seumur hidup dan hanya dapat di gantikan oleh anak laki-lakinya yang di tunjuk secara Sir (tidak harus anak tertua) tetapi yang memiliki ciri khusus

 

Saat ini merupakan generasi ketujuh dari keturunan pangeran Bendahara Syarif Ja'far Bin Sultan Syarif Hamid I Alkadri Jamalullail sebagai pengurus Maktab NanGq 1857 (Naqobatul Asyayid Nasabatul Ghoibul Qubro) "" NANGQ" Pangeran Bendahara Syarif Ja'far Bin Sultan Syarif Hamid I Alkadri

 

Untuk selanjutnya menjadi MAKTAB NANGQ 1857 Pangeran Bendahara Syarif Ja'far Bin Sultan Syarif Hamid I Alkadri

 

Namun karena usia pangeran Bendahara Syarif Ja'far Bin Sultan Syarif Hamid I Alkadri masih kecil (3 Tahun) maka untuk sementara di tangani langsung oleh Sultan, kemudian pada tahun 1869 M  di saat usia 15 tahun, baru Maktab NanGq 1857 diserahkan kepada Pangeran Bendahara Syarif Ja'far Bin Sultan Syarif Hamid I Alkadri mengurusnya hingga sekarang (2024 M) generasi ke tujuh dari keturunan pangeran Bendahara Syarif Ja'far Bin Sultan Syarif Hamid I Alkadri


Untuk mengurus dan mendata keluarga Alkadri di Dunia yang sebelumnya sistim kepengurusan bersipat tunggal (Ketua, Sekretaris, Bendahara dan Munsib Nasab adalah Pangeran Bendahara Syarif Ja'far Bin Sultan Syarif Hamid I Alkadri (Berkantor di Kampung Arab) dan selanjutnya hingga sampai generasi ke Lima di tangan Syarif Ibrahim bin Ahmad Alkadri Kantor berpindah - pindah sesuai domisili pengurus)

 

Setelah Beliau wafat pada tahun 16 Rabiul awwal 1436 H - 2015 M

 

Maka Generasi ke Enam. Ketujuh, Sistimnya berbentuk Kelembagaan baik ketua sekretaris, bendahara, dewan Nasab terpisah tetapi tetap seumur hidup dan hanya dapat diganti keturunan masing-masing

 

Dengan terjadi perubahan badan hukum sejak Indonesia merdeka sudah 3 kali yaitu :

 

1. SK Pengadilan Negeri Pontianak Tahun 1953 M di urus Syarif Ibrahim bin Ahmad Alkadri Jamalullail (Berkantor di Beting belakang Masjid Kesultanan Qadriah Pontianak)

 

2. SK. Menteri Kehakiman RI.  Tahun 1995 M  di urus Syarif Ibrahim bin Ahmad Alkadri Jamalullail dan terdaftar di KESBANGPOL dan

 

3. SK.Perubahan Menteri Menkum.RI. Tahun 2022 di urus Syarif Arif Candra Alkadri Jamalullail (awalnya Berkantor di Istanah Indah Pontianak kemudian di pindah ke Seliung Dalam Sungai Pinyuh (Sekarang)

Yang terdiri dari :

 

1. Dewan Pimpinan Pusat

2. Dewan Pimpinan Wilayah (Provinsi) yang saat sekarang sudah terbentuk di 27 Provinsi di Indonesia

3. Dewan Pimpinan Daerah (Kabupaten/Kota dan

4. Perwakilan Luar negeri :


1. Tawau Sabah Malaysia  (kurang efektif dan rencana akan di ganti pengurus baru)

 

2. Brunaidarussalam Kampung Air terapung

 

3.Madinah di Hizaj

 


DATA YANG  DISIMPAN MAKTAB NANGQ 1857 


Walaupun hanya berkuasa selama 17 tahun tetapi Sultan Syarif Hamid I Alkadrie Jamalullail sangat perduli dengan keluarga Alkadri bahkan termasuk keluarga - keluarga Ahlulbait Rasulullah Saw yang menikah dengan keluarga Alkadri juga beliau minta untuk di data dalam Maktab NanGq 1857

 

Makanya dalam catatan sejarah di jaman beliau hingga anaknya Pangeran Bendahara Syarif Ja'far Bin Sultan Syarif Hamid I Alkadrie Jamalullail telah berhasil merangkul marga Ahlulbait dari hasil pernikahan :

 

1. Marga Alkadri Jamalullail sebagai rumpun induk pendataan (1650 H 1769 M, masa Sayid Husen Alkadri Jamalullail dari Yaman hingga Indonesia dan Kalbar kuhsusnya)

 

2.  Marga Aldeni Qaulan Jazirah (1660 M - 1665 M), marga dari Opu Daeng Manambon beserta Keluarga dan keturunannya yang tersebar di Indonesia

 

3. Marga Jamalullail (1779 M - 1944 M) dari Penembahan Kerajaan Segeram

 

4. Marga Jeumpa (1779 M - 1944 M, Dari Ulama Jeumpa pertama yang berada di Segeram

 

5. Marga Alkhalid Alhasani (1855 M) yang pernah menjadi Penasehat Sultan Syarif Hamid I Alkadrie Jamalullail

 

6. Marga Albarakat Brunaidarussalam dan Kesultanan Sambas (1780 M) yang dinikahi Sultan Sambas Raden Aisyah Alkadri makam Sambas

 

7. Marga Asyarwani Almky Adagistani Alghoust Asyadjely Alhasani (1890 M) yang di Nikahi Sultan Syarif Muhammad Alkadri

 

8. Marga Alkhotib (1890 M) istri dari Syech Mahmud Syarwani Almaky Adagistani Alghoust Asyadjely Alhasani

 

9. Marga Almuthahar (1895 M)

 

10. Dan banyak lagi marga Ahlulbait Rasulullah Saw lain yang terdaftar oleh Pangeran Bendahara Syarif Ja'far Bin Sultan Syarif Hamid I Alkadrie Jamalullail

 


PENEGAKAN KEMBALI HUKUM ISLAM  DAN WAFAT NYA, 


Sultan Syarif Hamid I Alkadrie Jamalullail termasuk Sultan yang sangat tegas ketika di jaman ayahnya hukum Islam di ganti dengan hukum kolonial (Perdata Pidana) maka di jaman Sultan Syarif Hamid I Alkadrie Jamalullail hukum Islam di tegakan kembali, dengan alasan untuk melindungi rakyatnya dari tekanan yang berlebihan dari pihak Residen Belanda

 

Namun beliau memberi alasan yang tepat sehingga pihak Belanda tidak berkeberatan sehingga hukum Islam di tegakan kembali

 

Beliau wafat karena sakit secara tiba - tiba, (Pitam)


Ahirnya pada tanggal 22 Agustus 1872 M, menurut beberapa informasi beliau wafat pada hari Isnin setelah  selesai mengerjakan Sholat subuh di Masjid Kesultanan Qadriah Pontianak, dalam perjalanan pulang menuju Istanah tiba - tiba sesak napas dan pagi sekitar pukul 05.30 WIB beliau berpulang Kerahmatullah

 

Demikian Manaqib Singkat Sultan Syarif Hamid I Alkadrie Jamalullail dan Untuk selanjutnya anak tertua beliau Pangeran Perdana Agung Syarif Yusuf Alkadri Jamalullail di nobatkan sebagai Sultan yang ke V



MAKTAB NANGQ 1857 

Dewan Pimpinan Pusat Pontianak


Kantor Pemeliharaan Dan Statistik Sejarah Ahlulbait 

Pangeran Bendahara Syarif Ja'far Bin Sultan Syarif Hamid I Alkadrie