MANAQIB KESULTANAN QADRIAH PONTIANAK
SULTAN SYARIF HAMID II ALKADRI
SULTAN YANG KE VII 1945 M - 1978 M Selama 33 Tahun
PENTABALAN
SULTAN SYARIF HAMID II ALKADRI
Di nobatkan sebagai Sultan 29 Oktober 1945 M
Dengan Gelar " Sultan Syarif Hamid II Alkadri "
"Duli Yang Mulia Di Pertuan Agung Sultan Syarif Hamid II Alkadri"
Lahir : Pontianak, 12 Juli 1913 M - 1334 H dan
Wafat : Jakarta, 30 Maret 1978 M - 1408 H
Dalam Usia : 60 Tahun
Status Anak : Sulung
Nama Ayah : Sultan Syarif Muhammad Alkadri
Nama Ibu : Maharatu Suri Syecah Jamilah Binti Syech Mahmud Syarwani Almaky Adagistani Alghoust Asyadjely Alhasani
Nama Istri : Didi Van Dhelden , Maha Ratu Suri Mahkota Agung
Jumlah Saudara Kandung : 17 dari 10 Ibu Kandung,
Yang menetap di Kesultanan 13 anak, dan di luar Kesultanan 4 anak
Adapun jumlah putra-putri Sultan Muhammad , diantaranya yaitu :
1.Syarief Hamid Alqadrie, ( Kemudian menjadi Sultan Hamid II )
2.Syarifah Maryam Alqadrie glr (gelar) Ratu Laksamana Negara,
3.Syarifah Hadijah Alqadrie glr Ratu Perbu Wijaya,
4.Syarifah Fatimah Alqadrie glr Ratu Anom Bendahara,
5.Syarifah Safiah Alqadrie glr Ratu Cikre,
6.Syarifah Maimunah Alqadrie glr Ratu Kusuma,
7.Syarif Usman Alqadrie glr Pangeran Adipati,
8.Syarief Mahmud Alqadri glr Pangeran Agung,
9.Syarief Abdul Muthalib Alqadrie glr Pangeran Muda,
10. dan Tengku Mahmud.
Sedangkan menantu-menantunya adalah:
1.Syarief Hamid Alqadrie (suami: Syarifah Maryam),
2.Syarif Yusuf Alqadrie (suami: Syarifah Hadijah),
3.Syarief Usman Alqadrie (suami: Syarifah Fatimah),
4.Syarief Ibrahim Alqadrie (Suami: Syarifah Safiah),
5.Syarief Umar Alqadrie (suami: Syarifah Maimunah).
Yang menjadi Korban Pembunuhan Jepang : 14 Saudara kandung terkecuali 3 orang :
1. Sultan Syarif Hamid II Bin Sultan Syarif Muhammad Alkadri
2. Syarifah Fatimah Binti Sultan Syarif Muhammad Alkadri istri dari Pangeran Negara Syarif Usman Alkadri ( Ratu Anom Bendahara) dan
3. Syarifah Maryam Binti Sultan Syarif Muhammad Alkadri istri dari Hamid Alhinduan (Ratu Besar Laksamena Srinegara)
PENDIDIKAN DAN KARIR
Sejak kecil Sultan Syarif Abdul Hamid II Alkadri di asuh oleh seorang wanita Ina"aris (keturunan Inggris Belanda) yang juga lahir di Pontianak)
Setelah umur 12 tahun Syarif Abdul Hamid Alkadrie (Sultan Hamid II Alkadri) di asuh oleh ibu angkatnya berasal dari Scotlandia yang bernama Solome Chatherine Fox dan rekan expatariatnya yaitu Edith Moud Corteis
Solome Fox adalah adik dari kepala Firma Perdagangan Inggris yang berbasis di Singapura merekalah yang mengasuh Syarif Abdul Hamid Alkadrie (Sultan Syarif Hamid II Alkadri)
Sehingga Sultan Syarif Hamid II Alkadri Pasih dalam berbahasa Inggris dan Belanda
Pada tahun 1933 M orang tua asuhnya Solome Fox meninggal akan tetapi Syarif Hamid II Alkadri tetap berhubungan dengan Carteis sebagai pengasuhnya
Syarif Hamid II Alkadri menempuh beberapa Pendidikan di antaranya adalah:
1. ELS Pontianak, Sukabumi, Yogyakarta dan Bandung
2. HBS Bandung 1 Tahun
3. THS Bandung tidak selesai
4. KMA Breda di Belanda dengan gelar Letnan Kesatuan Tentara Hindia Belanda
Syarif Hamid II Alkadri juga mendapat Gelar sebagai ""A Prince in A Repablik dalam sebuah Karya Jhon Mofries
Syarif Hamid II Alkadri di juluki sebagai ""A congenial youngman of outstanding couduct"" yaitu "Seorang pemuda yang ramah dengan prilaku yang luar biasa"
Setelah lulus dari KMA 1937 M, Syarif Hamid II Alkadri di angkat menjadi Perwira KNIL dengan pangkat Letnan II
Dalam karir Militernya Syarif Hamid II Alkadri ditugaskan berpindah - pindah di antaranya adalah :
1. Malang
2. Bandung
3. Balikpapan
4. Jawa Barat
5. Jawa Timur
6. Jawa Tengah dan beberapa tempat lain nya di Pulau Jawa
BOM 9 MENGGUNCANG PONTIANAK
Pada tanggal 14 Desember 1941 M
Pontianak di jatuhi Bom oleh pihak Jepang sehingga Pontianak luluh lantak
Bom tersebut sebenarnya akan di jatuhkan di maskar KNIL Belanda Akan tetapi justru menyasar di Pelabuhan Induk Belanda dan Komplek Jalan Sisingngamaraja
Di mana di rencanakan oleh Jepang pelabuhan tersebut akan di gunakan sebagai markas induk mereka menjadi batal karena bom yang di jatuhkan salah sasaran, sehingga tempat - tempat yang strategis yang bisa di gunakan menjadi hancur dan yang terparah pusat Pelabuhan serta hancurnya Benteng Mariana dan Perkampungan jalan Sisingngamaraja
Saat peristiwa kejadian Syarif Hamid II Alkadri dari tanggal 1 November 1941 M,
Beliau di tugaskan oleh KNIL ke Balikpapan Kalimantan Timur melawan tentara Dainopon Pendudukan Jepang, sehingga pada tanggal 10 Maret 1942 M Syarif Hamid II Alkadri di tangkap dalam kondisi terluka di mana saat itu KNIL bergabung dengan Pasukan Rakyat melawan Jepang
Kemudian Syarif Hamid II Alkadri di bawa ke Jakarta dan di tahan di Penjara Batavia selama 3 tahun. Syarif Hamid II Alkadri di bebaskan setelah Jepang menyerah kepada sekutu karena Negara di jatuhkan bom atom pada tanggal 6 Agustus waktu 08.15 waktu Hiroshima
Bom pertama di jatuhkan di Hiroshima Posat Kota dengan menembakan potongan uranium sebanyak. 235 potongan, sehingga Hiroshima lenyap dalam sekejap dengan ledakan 15 Kiloton meratakan kota Hiroshima dan sekitarnya
Kemudian di lanjutkan pada tanggal 9 Agustus 1945 M
Di Kota Nagasaki dengan kekuatan yang sama sehingga kedua Kota ini hancur dalam sekejap membuat Tentara pendudukan Jepang lumpuh total di seluruh dunia
Sementara di Kalimantan Barat juga sudah terjadi
tragedi Mandor Berdarah 28 Juni 1944 M
Sehingga dengan kejadian tersebut Syarif Hamid II Alkadri terselamatkan karena masih dalam tahanan Jepang di Penjara Batavia di Jakarta
Pada tanggal 24 Oktober 1945
Syarif Hamid II Alkadri di bebaskan oleh pihak Jepang kemudian langsung pulang ke Pontianak . Karena di ketahui seluruh keluarganya mengalami Musibah tragedi pembunuhan Jepang secara massal 28 Juni 1944 M
Yang di saat itu Sultan Syarif Thaha Alkadri Bin Usman Alkadri sudah di angkat menjadi Sultan sementara untuk mengisi kekosongan Tathta Kesultanan Qadriah Pontianak
Kemudian dari Jakarta Pihak Belanda mengumumkan kenaikan Pangkat Syarif Hamid II Alkadri menjadi Kolonel sebagai pangkat tertinggi putra Indonesia
SULTAN HAMID II, KEMBALI KE PONTIANAK, DARI BATAVIA
Ketika tiba di Pontianak , ..
Syarif Hamid II Alkadri sempat Shok melihat kondisi Istanah Qadriah Pontianak yang sepih dan sudah berganti kepemimpinan, maka pada saat itu adik - adik perempuannya yang selamat dari Peristiwa Mandor Berdarah menceritakan awal kejadiannya
Sebelum terjadi peristiwa Tragedi Mandor berdarah atas ide Shujhijithiyo Seibu Youmo Gubernur Negara Bagian Kalimantan Jepang telah merencakan Tragedi tersebut
Sebagai langkah awal Jepang mengadakan "Tragedi Cap Kapak" merupakan peristiwa yang menakutkan mereka mendatangi rumah - rumah penduduk dengan cara mengepungnya dari luar sehingga tidak ada kesempatan untuk melarikan diri dan merusak Pintu serta jendela dengan kapak - kapak yang mereka bawa untuk menghancurkan
Peristiwa Tragedi Cap Kapak sudah mereka mulai sejak awal masuk di Kalimantan Barat, maka Istanah Qadriah Kesultanan Pontianak tidak terlepas dari Tragedi tersebut
Adapun motif Rekayasanya adalah mencari para tokoh yang akan membentuk komplotan - komplotan baik kalangan Raja/Sultan, Ulama, Politik hingga pekerja - pekerjaan persiapan perlawan terhadap Jepang mereka datang dengan merusak semua fasilitas Serta menghancurkan dokumen - dokumen yang di temukan
Sultan Syarif Muhammad Alkadri Jamalullail sebelum terjadi peristiwa Mandor berdarah beliau sudah mengalami Tragedi Peristiwa Cap Kapak.
PERISTIWA TEROR '"CAP KAPAK '"
PEREKRUTAN "ROMUSHA DAN JUGUN IANFU"
Koran Jepang Borneo Shimbun yang di terbitkan awal tahun 1941 M - 1943 M
Di mana sudah di sebutkan dua Program Genosida (Penguasaan dengan Paksa) yang isinya ternyata:
1. Peristiwa Cap Kapak mempunyai tujuan:
a. Menakuti penduduk serta menangkap mereka terutama di kalangan Pejabat Istanah hingga rakyat Jelata yang di anggap membangkang
b. Mereka yang di tangkap akan di jadikan budak sebagai pekerja rodi kerja paksa dan di beri Makanan sisa hanya untuk bertahan hidup
c. Sebagai bentuk siksaan bagi Raja/Sultan hingga rakyat Jelata yang membangkang
d. Setelah tidak berguna mereka langsung di tembak dan di bunuh kemudian di tanam begitu saja, Jika ini berhasil maka program yang kedua adalah :
2. Genosida secara masal akan di lakukan (,28 Juni 1944 M) di anggap sebagai puncak kemenangan Jepang (ternyata terbalik merupakan awal dari kehancuran Negara Jepang 6 dan 9 Agustus 1945 M Jepang hancur dan runtuh secara total)
Adapun "Peristiwa Cap Kapak" yang di alami Istanah Qadriah Kesultanan Pontianak adalah :
1. Tanggal 24 Januari 1944 M Sultan Syarif Muhammad Alkadri dan seluruh anak laki-laki nya di tangkap termasuk menantunya kecuali Syarif Ibrahim termasuk yang berada di luar Istanah Qadriah Pontianak, di tangkap Jepang dan di bawa di tempat yang di rahasiakan
PERISTIWA PILU ISTANA KADRIAH
Kemudian, ....
Ratu Perbu Wijaya Syarifah Maimunah Alkadri dan Ratu Anom Bendahara Syarifah Fatimah Alkadri , Keduanya menuturkan :
Sekitar Pukul 03.00 24 Januari 1944 seketika suasana mencekam di Istanah Qadriah Kesultanan Pontianak, Sekitar 15 Losin tentara serdadu Dainopon Jepang mengadakan Steiling
Mereka berpencar di sekeling Istanah dengan senapan berpisau dan bayonet yang siap memangsa mangsanya
Dari celah lantai rumah yang bertiang tinggi (Istanah Qadriah) Kelihatan mereka membawa senapan dan Bayonet yang di acungkan serta membawa daftar Poto Hitam putih untuk korban yang di incar, lalu mendobrak pintu Istanah Qadriah Kesultanan Pontianak
Menurut Syarifah Aminah binti Pangeran Ali bin Sultan Syarif Muhammad Alkadri daftar tersebut merupakan siasat dan taktik busuknya Tentara Dainopon Pendudukan Jepang untuk menangkap seseorang
Apalagi anak laki-laki Sultan Syarif Muhammad Alkadri saat itu tidak aktif seperti Syarif Hamid II Alkadri, mereka lebih banyak menghabiskan waktunya di Istanah Qadriah Kesultanan Pontianak, sehingga tidak pantas dan tidak layak jika mereka di masukan dalam daftar Komplotan Pemberontak mengingat Istanah Qadriah Kesultanan Pontianak merupakan Istanah milik mereka, karena itu Penjajah semua bisa menjadi alasan mereka
Ketika Sultan Syarif Muhammad Alkadri di tangkap Tentara Jepang juga akan menyungkup nya tetapi Sultan menolak dan menjelaskan bahwa beliau tidak akan lari sehingga hanya dirinya yang tidak di Sungkup
Dalam penyungkupan Jepang mengunakan apa saja kemudian Sungkup di ikat di lehernya kemudian tangan juga di ikat sedangkan kaki di ikat sebatas untuk melangkah dan di naikan di atas Trak - Trak yang telah di siapkan
Ratu Anom Bendahara Syarifah Fatimah Alkadri berkata beliau sempat melawan sehingga kepalanya di pukul dengan senter berkali - kali oleh tentara Dainipon Jepang
Sebagai Penjajah mereka juga membawa barang - barang berharga dan menghancurkan dokumen - dokumen peninggalan Kesultanan Qadriah Pontianak
Peristiwa ini adalah bagian Peristiwa Cap Kapak yang sudah di Persiapkan oleh Jepang hingga berlanjut sampai Peristiwa Pembantaian Mandor Berdarah
ISTANA KADRIAH DI RAMPOK
Versi lain dari penuturan Ratu Anom Bendahara dan Ratu Perbu , :
Ratu Perbu Wijaya dan Ratu Anom Bendahara saksi hidup peristiwa yang sangat mengerikan itu. Saat kejadian beliau berusia sekitar 33 th dan 30 tahun ketika Jepang masuk dan menduduki Kalbar pada tahun 1942.
Dimana kemudian terjadinya Tragedy Berdarah Mandor.
Pada penangkapan tanggal 24 Januari 1944,
Sultan Muhammad telah diambil bersama seluruh anak laki-lakinya, kecuali Syarif Hamid ( Kemudian dikenal sebagai Sultan Hamid.II ) Juga semua menantunya, kecuali Syarief Ibrahim. Ditambah lagi dengan sejumlah keluarga dekat, baik yang bertempat tinggal di dalam lingkungan tembok Istana Qadriyah, maupun yang tinggal di luar tembok istana.
PKKAJ (Persatuan Keluarga Korban Agresi Jepang) Kalbar mencatat ada 60 korban yang berasal dari keluarga Istana Qadriyah Pontianak.
Selanjutnya,
inilah penuturan Ratu Perbu Wijaya dan Ratu Anom Bendahara:
Pada subuh 24 Januari 1944, sekitar jam 03.00 tiba-tiba saja suasana yang mencekam dan mencemaskan terjadi di dalam lingkungan tembok Istana Qadriyah, Kampung Dalam – Pontianak. Diperkirakan tidak kurang dari 15 lusin tentara Jepang telah mengadakan stelling. Mereka berpencar di seluruh rumah yang didiami keluarga Alqadrie dengan senapan berbayonet terhunus.
Dari celah-celah lantai rumah yang bertiang tinggi, kelihatan bayonet diacung-acungkan. Kemudian setelah itu, pintu-pintu rumah digedor. Beberapa orang kempeitai masuk, membawa lampu senter. Di tangannya tergenggam sebuah daftar “les hitam” berikut foto dari calon-calon korban. Seluruh penghuni rumah dikumpulkan, dipilih mana yang termasuk ke dalam daftar tersebut.
Muka para calon korban ditutup dengan sembarang apa yang bisa. Apakah itu taplak meja, atau karung atau gorden. Tangan diikat ke belakang.
Di antara penghuni Istana Qadriyah ada yang bermaksud untuk meloloskan diri lewat pintu belakang. Tapi ternyata di sana pun telah berjaga-jaga tentara Jepang.
Sultan Muhammad Alqadrie yang pada ketika itu baru saja selesai makan sehabis salat, diberitahu tentang apa yang sedang terjadi. Namun Sultan tampak tenang-tenang saja, bahkan berkata, :
”Tidak apa-apa, Jepang sedang mencari orang-orangnya…….. ”
Mungkin sesungguhnya kalimat itu masih akan berlanjut, tetapi keburu muncul tentara Jepang yang langsung menangkapnya. Semula Sultan akan diperlakukan juga seperti korban-korban lainnya, yaitu mata ditutup dan tangan diikat ke belakang. Tapi Sultan Muhammad menolak, dan dengan berwibawa berkata, ”Saya tidak akan lari!”
Di rumah yang lain, di samping istana, Ratu Anom Bendahara sempat menerima pukulan-pukulan senter di kepalanya karena menentang perlakuan Jepang terhadap suami dan keluarganya yang lain.
Di rumah-rumah keluarga Alqadrie itu, Jepang bukan hanya telah mengambil manusia, tapi juga barang-barang perhiasan berharga. Untuk maksud itu mereka telah mengobrak-abrik seluruh isi rumah. Dari tingkat dua Istana Qadriyah tampak barang-barang perhiasan seperti emas, intan dan berlian diturunkan dengan menggunakan tali.
Dua buah mahkota emas tulen. (Apa yang masih terlihat pada masa kini, hanyalah duplikat yang terbuat dari perak bersepuh emas – pen.). Orang-orang yang berhasil diambil dari rumahnya masing-masing itu dikumpulkan dekat tiang bendera, di halaman istana. Pada dada mereka disematkan secarik kertas atau kain sebagai tanda. Kemudian orang-orang itu diseberangkan dengan motor air yang dikenal dengan sebutan “motor sungkup”.
Hingga sore hari Istana Qadriyah masih diblokir oleh tentara Jepang. Selain mencari orang-orang yang belum ditemukan, juga mencari barang-barang berharga. Untuk mencari yang disebut terkahir ini, kiranya cukup memakan waktu.
Salah seorang putra Sultan Muhammad yang berhasil meloloskan diri adalah Syarif Abdul Muthalib glr Pangeran muda. Ketika penangkapan berlangsung, ia berhasil mengelabui tentara Jepang.
Karena tak berhasil menemukannya, Jepang membuat janji bohong. Jika Pangeran Muda menyerahkan diri, maka Sultan Muhammad akan dipulangkan. Atas desakan saudara-saudara perempuannya yang menginginkan Sultan segera dikembalikan, pun atas kehendak sendiri akhirnya Pangeran Muda menyerahkan diri.“Selamat tinggal……,” kiranya itulah kalimat perpisahan dan menjadi kalimat terakhir yang terdengar dari mulut Pangeran Muda.
Sungguh memilukan. Selesai penangkapan itu, tanggal 7 Maret 1944 kembali Jepang menangkap lagi seorang keluarga Qadriyah yaitu Syarifah Maimunah glr Ratu Kusuma. Berikutnya Syarief Ibrahim Alkadri, menantu Sultan Muhammad.
Namun yang terakhir ini dipulangkan setelah ditahan selama sebulan.
Belum puas dengan apa yang telah diperolehnya, selama lebih kurang 6 bulan setelah penangkapan, tentara Jepang selalu saja datang ke istana. Mereka datang seolah-olah membawa pesan dari warga Istana Qadriyah yang telah ditahan, minta kirimkan ini dan itu. Apa boleh buat, pesan itu terpaksa dipenuhi.
Pesan yang benar dari sekian banyak pesan, mungkin hanyalah permintaan Sultan Muhammad, agar dikirimkan sebuah kelambu kasa, permadani, kipas dan tasbih. Dan kedatangan tentara-tentara Jepang itu, seakan mau berbaik-baik. Mereka menghibur dengan kata-kata, ”Jangan susah, anak-istri, Nippon jaga baik-baik…..”
Terhadap anak kecil, mereka sangat baik. Suka menggendong dan mengajak bermain-main. Oleh kalangan istana, hal seperti itu diduga sebagai ingin mengetahui rahasia dari mulut anak-anak yang polos.
Pada waktu itu Jepang juga mengeluarkan pengumuman, agar semua barang berharga seperti emas, intan, berlian, diserahkan kepada pemerintah Jepang.
Disebutkan bahwa barang-barang itu sangat diperlukan untuk membuat bom atom guna menghancurkan kekuatan orang Eropa. Tak ketinggalan, disebarkan pula isu, bahwa Nippon memiliki peralatan untuk mengetahui barang-barang yang disembunyikan.
Sampai pun dikatakan, bahwa di segenap pojok dan tiang Istana Qadriyah, Jepang telah memasang alat-alat untuk menangkap pembicaraan penghuninya! Sehingga perasaan duka yang dirasakan oleh keluarga Alqadrie semakin bertambah berat dengan rasa was-was dan khawatir selalu. Belum lagi, di mana para ratu diharuskan bekerja kasar seperti mencangkul kebun di seberang, yaitu di kawasan Sungai Bangkong.
Terpaksa para ratu mengenakan caping lebar untuk menahan sengatan matahari. Pun mengenakan sepatu yang terbuat dari karet mentah (rubber sheet). Mana lagi keadaan negeri bak “padang tekukur”. Beli apa-apa harus antre dan menggunakan kupon. Kalau beras habis, terpaksa makan lempeng sagu. Kalau pun ingin makan mie, terpaksa harus membuat sendiri dari cendawan hutan.
Tanggal 1 Juli 1944, berita yang dilansir oleh suratkabar Borneo Sinbun, membuat kalangan keluarga Istana Qadriyah menjadi gempar! Berita tersebut sampai juga ke istana, kendati ada pula usaha untuk menutup-nutupinya.
Tak dapat dikatakan, betapa kedukaan telah menyelubungi seluruh keluarga Alqadrie. Sampai-sampai tak dimiliki lagi air mata untuk diteteskan. Kering dalam kehampaan rasa. Setelah kekuasaan Jepang di Indonesia runtuh pada tahun 1945, Ratu Perbu Wijaya, Ratu Anom Bendahara bersama keluarga korban lainnya, datang ke Mandor untuk menyaksikan tempat di mana Jepang telah melakukan pembantaian.
Yang datang ke sana bukan hanya keluarga Istana Qadriyah, tapi juga masyarakat lainnya. Kepergian ke Mandor diantar oleh anggota tentara sekutu, bersama beberapa orang Jepang yang diborgol sebagai penunjuk jalan.
Apa yang ditemui, tak lain tulang-belulang yang sudah terpisah-pisah, berserakan di sana-sini. Tak dapat lagi dikenal identitasnya. Betapa luluh hati menyaksikan pemandangan serupa itu, tak kuasa kata-kata mengungkapkannya.
Sedangkan jenazah Sultan Muhammad Alqadrie ditemukan pada tahun 1945 , setelah hampir 2 tahun dijemput tentara Jepang, itu juga atas petunjuk seorang hukuman yang ikut menyiapkan tempat penguburannya bernama "Mat Kapang ".
Tempat penguburan Sultan Muhammad itu lokasinya berada di belakang Kompleks Susteran, kini Jalan Arif Rahman Hakim – Pontianak.
Waktu digali, tampak mayat masih dalam keadaan utuh, terbungkus kelambu kasa dan permadani. Di tangannya masih terlilit tasbih, sedang di bahu kirinya terletak gigi palsu. Kipas yang biasa dipakai Sultan, juga ditemukan dalam gulungan kelambu kasa.
Waktu dikeluarkan dari bungkusan kelambu kasa dan permadani, tampak sebelah tangannya tertekuk ke atas. Kemudian mayat tersebut dibawa ke RSU Sungai Jawi Pontianak, diperiksa oleh dr. Soedarso. Selanjutnya, setelah itu, lalu dibawa pulang ke Istana Qadriyah.
Ketika dimandikan kulit terkelupas, tampak daging tubuh masih memerah segar. Tidak ditemukan bagian-bagian tubuh yang cacat, seperti terpotong ataupun patah. Pun tak ditemukan bekas penganiayaan seperti bekas pukulan ataupun tembakan. Kuku jari tangan dan kaki masih lengkap.
Apakah penyebab beliau wafat?
Adakah beliau wafat karena sakit? Hasil visum dari RSU Sungai Jawi – Pontianak tidak pernah diungkapkan, sehingga penyebab wafatnya Sultan Muhammad pun menjadi sebuah misteri. Menurut dugaan kalangan Istana Qadriyah, kemungkinan almarhum belum lama meninggal. Kendati ditangkap sudah lebih kurang setahun.
Akhirnya, dengan upacara kebesaran, jenazah almarhum Sultan Syarief Muhammad Alqadrie dimakamkan di Pemakaman Raja-Raja Pontianak, di Batu Layang.
Mengenai mayat korban lain yang berasal dari Istana Qadriyah, tetap tidak ditemukan. Apakah berada di Mandor ataukah di tempat lain, tidak diketahui dengan jelas…… ***
Selain itu,...
Jepang' juga mengambil Mahkota - mahkota Kesultanan dan senjata Kesultanan Qadriah Pontianak yang berlapis emas dan intan sehingga barang berharga dan peninggalan sejarah ludes di tangan Jepang (saat ini semua Mahkota hanya berupa Duplikat yang di sepuh emas)
Dan kalaupun ada yang tersisa ada kemungkinan barang - barang tersebut sudah di tanam atau di amankan, sebab Sultan Syarif Muhammad Alkadri sudah mendapatkan pirasat sebelum peristiwa beliau di tangkap Jepang
Selain itu untuk mencari informasi biasanya Jepang mendekati anak - anak yang masih polos dengan berbuat baik kepada mereka, sehingga orang - dewasa' tidak menyadari di balik itu semua ada maksud yang tersembunyi
Selain itu juga Jepang juga memasang alat - alat berupa kaset yang di pasang pojok -pojok Istanah Qadriah Kesultanan Pontianak maupun Kerajaan dan Kesultanan lain tanpa sepengetahuan Sultan atau Raja
Sehingga semua percakapan keluarga Istanah dapat di ketahui, sebab saat itu Jepang sudah termasuk Negara yang canggih di berbagai alat sementara Kesultanan dan Kerajaan masih sangat tertinggal jauh dari alat - alat tersebut
Sehingga yang tinggal di dalam Istanah merasa was - was atas kejadian tersebut
KISAH PILU WAN AHMAD KAMPAK SEGEDONG, ...
Pangeran Bendahara Tua Syarif Ahmad Bin Usman Alkadri cicit dari Pangeran Bendahara pernah menuturkan dalam goresan Mengenang Masa-masa Peristiwa Cap Kapak
Beliau mengatakan
Kami yang tinggal di Kampung Kampak (Segedong,) di mana saya sendiri yang membukanya untuk melindungi keluarga dari Kejaran Jepang karena paras dan wajah masih sangat kental dengan ke Araban sehingga jepang menganggap Keluarga Alkadri dari Pontianak
Maka jika menjelang pagi saya dan keluarga harus masuk di semak - semak semantara para gadis harus bersolek dengan kapur sirih dan wajah yang dekil agar tidak di ambil Jepang
Sehingga gadis - gadis ketika baru berusia 12 tahun sudah haru menikah sekalipun harus di silang paman dengan keponakan seperti Ali dan Fatimah Az-Zahra.Rha
Ketika hari menjelang malam untuk menghindar dari tangkapan Jepang kami harus keluar rumah dan masuk di dalam sampan kemudian berlindung di rindangan pohon sagu yang ada di pinggiran sungai dengan penerangan pelita yang di tungkup agar cahayanya tidak terlihat dari kejauhan
Dan jika dari jauh terdengar draf kaki kami pun harus memadamkan pelita demikian berlangsung dari tahun 1942 M - 1944 M, atau sekitar 2 tahun.
Karena hari demi hari tekanan dari pihak Jepang dalam melancarkan "Cap Kapaknya" Ahirnya Syarif Achmad memutuskan untuk mencari 7 buah tempayan kemudian setelah malam hari beliau menebang bulu kemudian di potong dengan panjang 30 CM meter sementara ruasnya di buang dengan menumbuk bulu tersebut
Kemudian seluruh dokumen di masukan dalam potongan bulu/bambu tersebut
Masing - masing tempayan di masukan 7 buah bulu kemudian di tanam di bawah rindang nya pohon bulu
Syarif Achmad Bin Usman Alkadri (Ahmad Kampak) berhasil menyelamatkan diri dengan ke empat anaknya dan istrinya dengan cara demikian setiap hari hingga malam harus berlindung di semak - semak pohon Nipah di Sungai Segedong
Sebab jika sudah tertangkap yang pulang hanya namanya saja karena di jadikan pekerja Rodi (Paksa) tanpa di beri makan kalaupun ada hanya makan bekas serdadu-serdadu Dainopon Jepang
Demikian cara mereka bertahan hidup hingga harus memakan batang sagu Nipah dan ikan yang di tangkap selama 1942 M - 1944 M hingga meletusnya peristiwa Mandor Berdarah dan mereka semua selamat
PASCA PEMBANTAIAN JEPANG
Pasca pembantaian Jepang bermaksud menobatkan kembali Sultan di Kesultanan Kadriah Pontianak dibawah kendali dan pengawasan mereka, akan tetapi ,
Kedua anak perempuan Sultan Muhammad yang masih hidup menolak dicalonkan untuk meneruskan Kesultanan Qadriah Pontianak sebagai "Ratu Sultanah", karena di anggap tidak sesuai dengan Tradisi Leluhur apalagi ketika banyak Saudara dan Keluarga menjadi Korban Pembunuhan Jepang (1944 M)
Akhirnya Pangeran Negara' Syarif Thaha Alkadri, ...
Dilantik menjadi Sultan, yang segera membentuk Team Identifikasi Korban Pembantaian Jepang dan menunjuk Syarif Ahmad Kampak serta Syarif Ibrahim Alhinduan, sebagai Pelaksana Team ini.
Kemudian menugaskan beliau untuk Identifikasi bersama Syarif Ibrahim Alhinduan beliau sempat menolak, akan tetapi setelah mendengar berita bahwa Pasukan Pangsuma, Panglima Mangku Panglima Burung Dayak sudah ada di Mandor melakukan pembalasan kekejaman Jepang sekaligus identifikasi terhadap warga Dayak yang juga menjadi korban Jepang,
setelah melakukan Rapat Panglima seluruh Kalbar tanggal 10 Juli - 5 Juli 1944 M, untuk melakukan tindakan darurat dan menangkap pasukan Jepang dengan kode Sandi Sumpit beracun dan Mangku Terbang dan triu burung enggang Candrawasih sebagai kode suara untuk berkumpul pada tanggal tersebut
Karena Syarif Ibrahim Alhinduan masih mengalami Tromatis sehingga beliau meminta agar seluruh keluarga Kesultanan Qadriah Pontianak menenangkan diri dan cukup beliau dengan kawan nya "Abdullah" yang melakukan Identifikasi di Mandor
Setelah Syarif Hamid II Alkadri di angkat menjadi Sultan Qadriah Pontianak 29 Oktober 1945 M maka dengan sendirinya Sultan Syarif Thaha Bin Usman Alkadri tidak lagi menjadi Sultan sementara
LATAR BELAKANG DIANGKATNYA SULTAN THAHA,....
Dalam beberapa Negara Kesultanan yang di maksud Sultan sementara karena Sultan yang seharusnya di angkat memiliki masalah "Dirinya"
Sedangkan yang di maksud dengan masalah "Dirinya" di sebabkan :
1. Ada belum cukup umur ,(belum baligh ) sehingga harus di tunjuk orang lain seperti Mufthi Penasehat Raja,/ Sultan atau di jabat sementara oleh keluarga keturunan terdekat yang masuk dalam kelompok "Keluarga Besar Sembilan" jika Kesultanan/ Raja telah memiliki Keluarga Sembilan di mana Sultan sebelumnya sebab meninggal dunia atauan mengundurkan diri dengan sebab - sebab yang tidak terbantahkan
2. Meninggal dunia dengan tiba - tiba sementara penggatinya sudah cukup umur dan syarat tetapi tidak di tempat dengan alasan masih menuntut ilmu atau tertahan di suatu ruang. Maka Sultan sementara dapat di tunjuk dan jika sudah berada di tempat dan jika sudah berada di tempat kursi Kesultanan wajib di serahkan karena bukan haknya menurut hukum syariat
ADAT ISTIADAT KESULTANAN PONTIANAK, ...
Maka Sultan - Sultan pengganti atau sementara tidak layak dan tidak harus di masukan dalam urutan Sultan yang tidak berurutan Nasab dan Silsilahnya, terkecuali pada saat berdirinya Kerajaan atau Kesultanan sudah terdapat perjanjian secara tertulis dengan sistem silang
Jika tidak ada perjanjian dari sejak berdirinya maka Sultan pengganti tidak wajib di masukan dalam daftar sebagai generasi Pewaris Kesultanan, maka status di anggap ilegel
Contoh - contoh tersebut dapat di ambil seperti Sultan Pengganti Kesultanan Sulu, Sultan Pengganti Kesultanan Brunai, Sultan Pengganti Kerajaan Mempawah dan beberapa Kesultanan lain nya
Maka Kesultanan Qadriah Pontianak menurut Syariat dan aturan urutan yang benar adalah :
1. Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie ke I
2. Sultan Syarif Kasim Alkadri ke II sesuai Wasiat
3. Sultan Syarif Usman Alkadrie ke III sesuai wasiat
4. Sultan Syarif Hamid I Alkadri ke IV sesuai Syariat dan wasiat kedua orang tua sepakat menjodohkan di waktu kecil dengan menikah Sekufu di utamakan
5. Sultan Syarif Yusuf Alkadri ke V sesuai Syariat
6. Sultan Syarif Muhammad Alkadri ke VI sesuai Syariat
7. Sultan Syarif Hamid II Alkadri ke VII sesuai Syariat
8. Sultan Syarif Abu Bakar' Alkadri (Karena anak Sultan Hamid II Alkadri tidak mau menjadi Sultan dan tetap di Belanda) maka jatuh di tangan Sultan Syarif Abu Bakar Alkadri ke VIII sesuai Syariat
Karena kisruh maka pengadilan agama / Mahkamah Syariah Pontianak mengeluarkan surat Nomor : 118/1987 Tanggal 11 Juli 1987, yang sebelumnya pada tahun 1984 M. Syarif Ibrahim bin Pangeran Bendahara Syarif Ahmad Alkadri sudah pernah meminta agar setelah Sultan Hamid II Alkadri mundur / atau meninggal segera menobatkan anak Sultan Syarif Hamid II Alkadri.
Namun Sultan Syarif Hamid II Alkadri dengan tegas mengatakan. Baik Mac Niko maupun Mac Yusuf Alkadri tidak akan kembali ke Pontianak dan tidak akan menjadi Sultan. Maka Sultan Hamid II Alkadri mengusulkan kepada Ratu Perbu Khodibah Alkadri yang tertua saat itu agar untuk memperkuat kedudukan Syarif Abu Bakar Alkadri bin Pangeran Perdana Agung Syarif Mahmud Alkadri di tetapkan di Pengadilan
9. Sultan Syarif Melvin Alkadri ke IX sesuai Syariat maka Sultan pengganti tidak wajib di masukan karena melanggar kaedah Fiqh hukum tentang waris Kerajaan maupun Kesultanan dalam hukum Islam
PENDAPAT DAN NASEHAT PEMEGANG ADAT ISTIADAT KESULTANAN, ..
Nasehat dan Pendapat oleh Syarif Ibrahim Alkadri ketika masih bekerja di Kejaksaan Negeri Pontianak 1965 M - 1984 / Ketua Maktab NanGq 1857 Generasi ke V (1958 M - 2015 M). Saat itu Syarif Ibrahim bin Pangeran Bendahara Syarif Ahmad Alkadri aktif sebagai Pegawai di ke Jaksaan Negeri Pontianak
Setelah Sultan Syarif Hamid II Alkadri meninggal dunia di Jakarta 30 Maret 1978 M
Maka awal bulan April di ajukanlah surat Permohonan Pengadilan Agama Pontianak dalam kajian penelitian melibatkan beberapa tim termasuk dari Kejaksaaan Negeri Pontianak yang di wakili oleh Syarif Ibrahim bin Pangeran Bendahara Syarif Ahmad Alkadri, sehingga di putuskan Syarif Abu Bakar' Alkadri bin Pangeran Perdana Agung Syarif Mahmud Alkadri yang wajib menjadi Sultan karena sesuai dengan Tradisi adat Kesultanan Qadriah Pontianak dan sesuai hukum Syariat Islam yang wajib di junjung tinggi
Dimana saat itu usia Syarif Abu Bakar Alkadri sudah menginjak usia 42 tahun dan masuk dalam ketentuan adat di mana poin surat wasiat yang menunjuk Pangeran Ratu Syarif Usman menjadi Sultan tolok ukurnya di dalam poin tersebut di jelaskan sebagai berikut:
1. Mewasiatkan Pangeran ratu Syarif Usman Alkadri menjadi Sultan ke II Kadriah Pontianak dengan alasan kuat karena Syarif Kasim Pangeran Perdana Agung sudah menjabat Raja Penembahan Mempawah dan tidak di mungkinkan menjabat di dua tempat.
Di utamakan karena Pangeran Ratu Syarif Usman Alkadrie merupakan pecahan keturunan dua Kesultanan Kadriah Pontianak dan Kesultanan Yogyakarta dari jalur ibunya kedudukan tersebut sama dengan Pangeran Perdana Agung Syarif Kasim Alkadri pecahan dari dua Kerajaan Mempawah dan Kesultanan Kadriah Pontianak keduanya memiliki hak yang sama untuk menjadi Sultan Pontianak
2. Mewasiatkan jika diri telah wafat maka wasiat ini akan berlaku secara otomatis dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Sultan yang akan di nobatkan wajib berusia minimal 40 tahun jika belum mencapai usia tersebut wajib mencari calon pengganti sementara
b. Sultan yang akan di nobatkan sedikitnya harus memiliki 7 anak ketunan dan minimal harus ada satu anak laki-laki dan jumlah tersebut
c. Jika poin a b tidak terpenuhi dapat di lakukan musyawarah Sesepuh Kesultanan Kadriah Pontianak sesuai Hukum Syariat Islam dan menolak intervensi di luar Hukum Syariat Islam yang wajib berlaku di Kerajaan Kadriah Pontianak
Menurut Syarif Ibrahim bin Pangeran Bendahara Syarif Ahmad Alkadri
Poin tersebut sudah cukup untuk sebagai Syarat Mutlak majunya Syarif Abu Bakar Alkadri menjadi Sultan ke VIII saat itu dan Syah menurut tradisi adat Kesultanan Kadriah Pontianak dan Syah menurut Hukum Syariat Islam
Mengambil alih tampuk Kesultanan Kadriah Pontianak sama saja tindakan Haram melanggar Tradisi Adat Istiadat Kesultanan dan Hukum Syariat Islam
Maka tidak perlu di putuskan dengan Surat Pengadilan Agama
Akan tetapi ada nya ambisi dari kalangan kerabat sendiri membuat mereka yang ingin merebut Kekuasaan Kesultanan Kadriah Pontianak merupakan tindakan melanggar Tradisi adat istiadat dan merekaharus bertanggung jawab sesuai dengan Syari'at Islam
Maka wajib jadi hukumnya di lawan dengan hukum Negara' melalui Surat Pengadilan Agama
Hal ini di sebabkan karena Kesulitan Kadriah Pontianak sudah menjadi bagian Hukum Negara Republik Indonesia Dan Kesultanan Kadriah Pontianak masuk dalam Negara' Kesatuan Republik Indonesia maka Hukum Negara perlu di tempuh Demi mencapai kebenaran yang Haq
Namun sayang,
Sekalipun mengantongi surat tersebut
Kesultanan Pontianak sempat Vakum dari tahun 1978 M - 2004 M, 25 tahun
Lantaran kisruh tersebut terus berlanjut
Yang menyebabkan setelah terbitnya surat tersebut tidak ada keberanian untuk menobatkan Sysrif Abu Bakar Alkadri dengan alasan mencegah kisruh yang berkepanjangan sehingga Syarif Ibrahim bin Pangeran Bendahara Syarif Ahmad Alkadri memutuskan hubungan diri dengan Keluarga Pontianak dan pindah Ke Singkawang,
Karena tugas di Kejaksaan Negeri Pontianak masih di jalankan sehingga bolak balik Singkawang Pontianak dari tahun 1987 M - 1995 M (Pensiun) hanya menangani Maktab NanGq 18&7 M warisan leluhur (tanggungjawab yang sebenarnya)
Namun kisruh tersebut sampai puncaknya hingga tahun 2002 M - 2024 M sempat Dobel Sultan hingga di sampai di Pengadilan, akan tetapi tetap yang berhak menjadi Sultan adalah Syarif Abu Bakar bin Pangeran Perdana Agung Syarif Mahmud Alkadri Bin Sultan Syarif Muhammad Alkadri
Pada tanggal 29 Oktober 1945 M
Syarif Hamid II Alkadri resmi di Nobatkan menjadi Sultan Kadriah Pontianak
Kemudian pada tahun 1946 Sultan Syarif Hamid II Alkadri memindahkan ayahnya ke pemakaman batu Layang
Ada hal yang sangat mengejutkan sehingga beliau harus di visum di rumah sakit tertua Pontianak Sungai Jawi Sultan Syarif Muhammad Alkadri tubuhnya yang masih hangat seolah - olah baru meninggal sedangkan beliau sudah wafat lebih dari satu tahun 1944 M - 1946 M
Demikian kebesaran Allah SWT. Sultan Syarif Muhammad kemudian di kebumikan di makam Kesultanan Qadriah Pontianak di batu Layang
Akibat kesengsaraan yang terus bertubi - tubi pada tahun 1943 M
Komisariat Keresidenan Kalimantan Barat RPM Zhober Nonosoedjono
Kemudian di resmikan Koperatif Nissinkwai
yang berpura pura bekerja sama dengan Jepang namun gerak - gerik organisasi ini mencurigakan sehingga mereka di bantai Jepang dengan cara yang mengenaskan sehingga Jepang lebih pantas di sebut Bangsa Kanibal saat itu (Bangsa Pemakan Manusia dengan cara biadab)
PERJUANGAN SULTAN HAMID II DALAM UPAYA KEMERDEKAAN, ..
Sebagai anggota BFO Federalisme Sultan Hamid II Alkadri juga termasuk pejuang kemerdekaan RI alasannya yang menguatkan beliau mampu merancang Lambang Negara.
Adanya fitnah keji yang mengatakan Sultan Hamid II Alkadri menentang negara kesatuan RI merupakan fitnah yang tidak beralasan sebab beliau termasuk salah satu utusan Meja Bundar yang memperjuangkan hak - hak kemerdekaan (Sepantas komen - komen Fitnah,) yang bertebaran di dunia Maya harus di laporkan ke pihak berwajib agar tidak di kundumsi masyarakat luas sebagai suatu yang benar sehingga menjadi fitnah media sosial jenis apapun juga)
Seharusnya mereka - mereka penebar fitnah bisa berpikir jernih tidak mungkin seorang perancang lambang negara justru dia sendiri yang merusakn ya, sedangkan jejak perjuangan Sultan Hamid II Alkadri jelas berusaha menjadi negara yang merdeka
Sekalipun dirinya merupakan orang berpengaruh dalam Federalisme sebagai Wakil dari Daerah Istimewa Kalimantan Barat setara dengan Daerah Istimewa Yogyakarta. justru mereka pecah dengan lain persoalan
Sebagaimana kita ketahui sekalipun Presiden Soekarno kepala Negara beliau juga meneruskan yel - yel Nasakom Komonisme bahkan lebih parah Kerana Sukarno lebih dekat dengan RRC sedangkan Sultan Hamid II Alkadri lebih dekat dengan Belanda
Tetapi keduanya mampu menjadikan Indonesia sebagai Negara Merdeka bahkan Suekarno lebih percaya dengan rancangan Sultan Hamid II Alkadri ketimbang yang lainya. Ini sudah menjadi cukup bukti bahwa mereka adalah Generasi pejuang kemerdekaan Republik Indonesia sekalipun berbeda dalam pemahaman
Dalam memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia Sultan Syarif Hamid II Alkadri
Tampil di Perundingan:
1. Malino
2. Denpasar Bali
3. BFO
4. BFC
5. IJC
6. Konfrensi Meja Bundar di Denhaag Belanda mewakili Negara Federal Indonesia, atau dikenal dengan RIS, dan beberapa Perundingan lainya
Sedangkan tukang fitnah hanya sekedar menyebarkan fitnah dan kebenciannya di media sosial , sedangkan mereka tidak hidup di jaman perjuangan mereka yang di fitnah dan tidak pernah berbuat untuk kebaikan di NKRI selain hanya duduk menebar fitnah di penjuru dunia, sebuah perbuatan keji dan kejam serta biadab
Sehingga ada hadist yang mengatakan
""Sesungguhnya Fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan"
Sebab fitnah dapat merusak masa depan seseorang, fitnah dapat merusak sejarah seseorang, fitnah dapat merusak kehidupan seseorang, fitnah dapat merusak sendi - sendi agama seseorang, bahkan fitnah dapat menghancurkan sebuah Negara seperti Cordoba
Demikian nasib yang menimpa Sultan Syarif Hamid II Alkadri di mata media sosial
KMB DAN KEMERDEKAAN RIS
KMB adalah momen penting dalam Kemerdekaan Indonesia yang di hadiri Sultan Syarif Hamid II Alkadri 27 Desember 1949 M Dimana kedaulatan Negara Indonesia di akui dunia Internasional .
KMB di lakukan oleh tiga pihak yaitu :
1. Belanda di wakili oleh JH. Van Maarseveen
2. BFO di pimpin Sultan Syarif Hamid II Alkadri yang menyuarakan hak - hak kemerdekaan Indonesia Kaum Federalis/ Ide negara berbentuk "FEDERAL" Negara Bagian.
3. Moh.Hatta di pimpin perdana menteri Indonesia Republik Indonesia /Unitaris/Kesatuan
Karena kepiawaian dalam meloby dan bertindak sehingga Sultan Syarif Hamid II Alkadri juga diberi jabatan sebagai Ajudan Luar Biasa Ratu Belanda ((Ajudant in bultenfgowone Daeindt bin hj koningin dear Nederland) yang tidak pernah di terima oleh putra Indonesia selain Sultan Syarif Hamid II Alkadri sepanjang sejarah
SULTAN HAMID II DAN APRA
Pada tanggal 26 Januari 1950 M ; Peristiwa APRA
KNIL terlibat dalam pemberontakan Jakarta Bandung yang di gerakan Reymond Westerling
Akibatnya Sultan Syarif Hamid II Alkadri yang tidak mengetahui tindakan tersebut terseret dan menjadi tertuduh karena KNIL yang menyebabkan Indonesia Serikat di bubarkan
Tindakan Reymond Westerling telah membuat Sultan Syarif Hamid II Alkadri murka karena harus mempertanggung jawabkan perbuatan tersebut sehingga beliau di tangkap tanpa sidang pada 1950, dan di jatuhi hukuman 10 tahun penjara, pada sidang 1953
Tanggal , 5 April 1950 M
Sultan Hamid I Alkadri di tangkap dan 2 hari kemudian RIS di bubarkan dan termasuk Kalimantan Barat menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia kemudian Daerah Istimewa Kalimantan Barat juga di bubarkan dan selanjutnya menjadi Provinsi Kalimantan Barat
Sehingga akibat perbuatan Reymond Westerling
Kalimantan Barat kehilangan sebagai hak nya Daerah Istimewa Kalimantan Barat
Namun dunia Maya memfitnah Sultan Syarif Hamid II Alkadri dalang semua tindakan tersebut hal ini juga sama ketika pecah G 30 SPKI tahun 1965 M yang di anggap dalang nya adalah Presiden Soekarno, pada hal beliau sedikitpun tidak mengetahui tindakan tersebut karena provokatornya adalah DN.Aidid, Muso dan Letkol Untung,
Akibat perbuatan tersebut
Presiden Soekarno pun harus bertanggungjawab sehingga keluarlah Supersemar (Kasus tersebut sama dengan Sultan Syarif Hamid II Alkadri sama - sama mempertanggungjawabkan perbuatan bawahan yang tidak di ketahui hingga sekarang menjadi fitnah yang berkepanjangan)
SULTAN HAMID II , SANG PENCIPTA LAMBANG NEGARA ( RIS )
Karier - karier dan perjuangan Sultan Syarif Hamid II Alkadri untuk Indonesia:
1. Tanggal 27 Desember 1949 M Sultan Hamid II Alkadri di angkat menjadi anggota Kabinet RIS tanpa porpolio dipimpin Perdana Menteri Moh Hatta 11 anggota Republik Indonesia dan 5 federal untuk menyuarakan hak Rakyat Indonesia menjadi Negara Kesatuan
2. Ketika Sultan Syarif Hamid II Alkadri menjabat sebagai Menteri Negara Zonder Porpoto polio Presiden Sukarno meminta merumuskan dan merancang Lambang Negara Republik Indonesia , maka pada tangga 10 Januari 1950 M di bentuk panitia teknis dengan nama Panitia Lencana Negara di bawah koordinator Menteri Negara Zonder Porpotopolio Sultan Syarif Hamid II Alkadri, dengan susunan panitia teknis :
1. M Yamin Ketua
2. Anggota : Kihajar Dewantara, MA. Pelaupesy, Mohamad Natsir, RM. Ngabehi Poer bahjaraka
Bertugas menyeleksi rancangan Lambang Negara yang di ajukan
Berdasarkan sidang Kabinet Mentri Priyono melaksanakan Sanyembara
Terpilih dua rancangan terbaik yaitu :
Sultan Syarif Hamid II Alkadri dan Moh Yamin
Setelah di proses di DPR.RI yang di putuskan rancangan dari Sultan Syarif Hamid II Alkadri yang di terima sedangkan karya Moh Yamin di tolak oleh DPR RIS, karena menyertakan sinar matahari yang sangat kental dengan Jepang
Kemudian presiden Sukarno, Moh Hatta dan Sultan Syarif Hamid II Alkadri melakukan dialog insentif untuk melakukan penyempurnaan lambang negara tersebut
Berdasarkan kesepakatan mereka bertiga kemudian pita yang mencengkram Garuda merah putih di ubah menjadi menjadi putih dengan tambahan semboyan ""Bhinneka Tunggal Ika"'
Pada tanggal 8 Januari 1950 M
Rancangan negara Pinal dan di ajukan ke Presiden Soekarno , yang di rancang dan di buat Mentri Negara RIS Sultan Syarif Hamid II Alkadri
Kemudian mendapat masukan dari Partai Masyumi agar di sempurnakan kembali karena adanya tangan dan bahu manusia yang memegang perisai, agar sipat mitologisnya di hilangkan
Kemudian Sultan Syarif Hamid II Alkadri melakukan perbaikan yang terakhir sehingga di terima sebagai Lambang "Negara Republik Indonesia Serikat" yang telah di sempurnakan sebagaimana yang di gunakan sekarang
Departemen Pertahanan Angkatan Bersenjata Indonesia Pusat Sejarah ABRRI dengan tegas menyatakan Lambang Negara Republik Indonesia di buat oleh Sultan Syarif Hamid II Alkadri
Pada tanggal 15 Pebruari 1950 M
Di Hotel Dees Indes Jakarta
Untuk pertama kalinya Presiden Soekarno memperkenalkan Lambang negara yang sudah resmi di depan masyarakat umum buah Karya Sultan Syarif Hamid II Alkadri Kemudian lambang negara Burung Garuda terus di perbaiki dari kepala, di ubah dari kepala gundul menjadi berjambul, dan cengkraman dari dalam keluar, menjadi dari luar ke dalam Perbaikan di lakukan oleh Sultan Hamid I Alkadri dengan di awasi oleh Presiden Soekarno dan Moh Hatta
Setelah benar - benar sempurna
Presiden memanggil seorang pelukis Istanah bernama Dullah
Pada tanggal 20 Maret 1950 M
Lambang Negara Burung Garuda mendapat Disposisi presiden Sukarno Untuk di cetak dan di terbitkan agar di pasang di Istanah di tengah gambar Presiden dan wakil presiden dengan posisi agak di atas dan juga pada lembaga - lembaga Negara, Swasta dan rumah - rumah penduduk
Rancangan Lambang Negara Republik Indonesia Serikat,
Elang Rajawali Garuda Pancasila arsifnya juga di simpan di Istanah Qadriah Pontianak dari Rancangan bulan Desember 1949 M sampai penyempurnaan terakhir 20 Maret 1950 M di simpan Istanah Qadriah Pontianak sebagai bukti otentik perubahan demi perubahan dalam perbaikan lambang Negara tersebut
MASA AKHIR KEHIDUPAN,...
Sultan Syarif Hamid II Alkadri wafat di jakarta 30 Maret 1978 M
Setelah Sultan Syarif Hamid II Alkadri keluar dari tahanan Selama 10 tahun beliau kemudian beraktivitas seperti biasa menghabiskan masa - masa hidupnya lebih banyak beribadah dan mengurangi kesibukan sebagaimana sebelumny
Karena beliau merasa segala perjuangan menjadi tidak di hargai sehingga kekecewaan yang beliau dapatkan karena fitnah yang tidak terhenti Terutama keluarga - keluarga yang tidak menyenangi dirinya, membuat anak - anak Sultan Syarif Hamid II Alkadri lebih senang berada di Belanda dan menyerahkan jabatan Sultan kepada anak adik Sultan Syarif Hamid II Alkadri yaitu keponakan beliau Syarif Abu Bakar Alkadri bin Pangeran Perdana Agung Syarif Mahmud Alkadri
Yang di anggap sesuai dengan Tradisi adat dan hukum syariat Islam
Sultan Syarif Hamid II Alkadri wafat di jakarta 30 Maret 1978 M
di mana saat itu Syarif Ibrahim bin Pangeran Bendahara Syarif Ahmad Alkadri, sempat membantu mengiringi Jenazah beliau dari Jakarta untuk di bawa dan di Makamkan di Makam Batu Layang Pontianak
Manaqib ini hanya di angkat 25 % karena sudah cukup banyak bertebaran di dunia maya, baik yang bersipat positif maupun Negatif tentang Sultan Syarif Hamid II Alkadrie, maka bacalah dengan teliti Manaqib ini agar membuka hati kita tentang perjuangan Sultan Syarif Hamid II Alkadri
MAKTAB NANGQ 1857
Dewan Pimpinan Pusat Pontianak
Kantor Pemeliharaan Dan Statistik Sejarah Ahlulbait
Pangeran Bendahara Syarif Ja'far Bin Sultan Syarif Hamid I Alkadri
MAKTAB NANGQ 1857
Dewan Pimpinan Pusat Pontianak
Kantor Pemeliharaan Dan Statistik Sejarah Ahlulbait
Pangeran Bendahara Syarif Ja'far Bin Sultan Syarif Hamid I Alkadri
Baca Juga :
Klik Link Dibawah ini :
1. Sultan Thaha
2. Pledoi Sultan Hamid II, Bagian Pertama
4. Peristiwa Mandor dan Sultan Muhammad
5. Catatan Hitam Penjajahan Jepang
6. Kebiadaban Jepang di Istana Kadriah