Cari thema tulisan dan judul artikel disini

Kamis, 20 Juni 2024

Riwayat Sharif Ali Al-Barakat Hasany, Sultan ke III, Brunai

MAKTAB NANGQ 1857 Pontianak

Sharif Ali Al-Barakat, Sultan ke III, Brunai : 1425 M - 1432  M




MANAQIB


25.  7.  88. 1.  As - sultanu Aulia Sharif Ali Al-Barakat  bin Syech Sharif Ajlan Alhasani.,


Beliau adalah  Amir Mekah 1345 M  -  1375 M /  766 H -  796 H Provinsi Thaif Kota Suci Mekah  ( Sekarang Riyadh)  Hijrah Ke Brunai Darussalam menjadi Sultan ke III Brunaidarussalam 1425 M - 1432  M / 846 H -  853 H 

Menggantikan Sultan Ke II Brunai Darussalam :  - Sultan Ahmad 1408 M - 1425 M 

Beliau, Sharif Ali Al - Brakat, merupakan menantu Sultan Muhammad Sha 1363 M - 1402 M -  yang tidak mempunyai keturunan  anak laki - laki, - 


 Sementara Sultan yang tertua  Sultan Ibrahim Sha orang tua Sultan Muhammad Sha dari bangsa Melayu Brunaidsrussalam 


Setelah Sharif Ali Albarakat menikahi anak Sultan Brunai ke II Putri Ratu Siti Patimah binti Bolkiah II yang tidak memiliki anak laki - laki.,  


Ketika Sharif Ali bin Syech Ailan Alhasani menikah dengan anak sultan Brunai beliau menyematkan dirinya dengan marga  Albarakat Alhasani ( Keluarga Sayidina Hasan Yang di berkati Allah)  dari sinilah asal keluarga Ahlulbeit menjadi pemimpin Kesultananan Brunaidarussalam hingga sekarang 2024 M - 1445 H


Maka Fam Albarakat Alhasani muncul pertama kalinya di Brunaidarrusalam di generasi ke 25 artinya lebih tua  Fam Alkhotib Alhasani yang  muncul di generasi ke 20.,  tahun  1300 M - 721 H di Mesir  atau lebih tua 125 tahun dari  Fam Albarakat Alhasani  yang muncul di Brunaidarrusalam,  


sebab itu setiap Fam Albarakat Alhasani dapat di Pastikan berasal dari Kesultanan Brunaidarussalam termasuk pecahannya di pastikan berasal dari Kesultanan Brunaidarussalam karena merupakan Induk Fam Albarakat Alhasani.,  


Sementara Fam Alkhotib Alhasani induknya di Mesir tetapi menyebar luas hampir di seluruh dunia hingga pecahanya lebih banyak dari Fam Albarakat Alhasani


Sebab demikianlah Kesultanan Brunaidarusalam sangat menghormati dan menjunjung tinggi  keturunan  Alkhotib Alhasani yang berada di Brunaidarussalam sehingga mereka sering mengangkatnya menjadi Mufthi dan Penasehat Kesultanan karena melihat sejarah keturunan Alkhotib adalah orang - orang yang di percaya dan terbukti mereka tidak pernah berseberangan dengan Kesultanan.,  hal tersebut banyak yang menjadi iri dan menyusup untuk memecah belah.,  tetapi semua dapat di atasi karena Sultan sangat mengerti hal - hal yang bersipat negatif tersebut


Silsilah Batu Betatar


Adapun Nasab Sultanul Aulia Sharif Ali Albarakat  adalah : 


25.  Sultanul Aulia Sharif Ali Albarakat Sultan ke 3 Brunaidarusalam  1425 M 1435 M ( Fam Albarakat muncul dari sini.,  Albarakat mengandung makna "berkat,  berkah atas kemudahan yang di berikan Allah sehingga dapat menikahi anak Sultan ke 2 dan di percaya melanjutkan kesultanan dari keturunan Beliau.,  Rasa sukur dan berkat tersebut beliau selipkan sebagai gelar atau Fam  AL - BARAKAT untuk seluruh keturunan beliau

24.  Bin Syech Sharif Ailan Alhasani., Amir Mekah  1345 M - 1375 M

23.  Bin Syech Sharif Rumaitha Alhasani., Amir Mekah 1301 M - 1345 M

22.  Bin Syech Sharif Abu Nu'mai  Al - Awwal Alhasani.,  Amir Mekah 1256 M - 1301 M

21.  Bin Syech Abu Sa'ad Alhasani  .,  Amir Makah 1235 M - 1256 M

20.  Bin Syech Sharif Ali Al - Akbar 

19.  Bin Syech Sharif Abu Adzis Qatada., Amir Mekah 1201 M - 1218 M

18.  Bin Syech Idris 

17.  Bin Syech Muta'in 

16.  Bin Syech Abdul Qarim

15.  Bin Sayyid Isa

14.  Bin Sayyid Al - Husein

13.  Bin Sayyid Sulaiman

12.  Bin Sayyid  Ali

11.  Bin Sayyid Abdullah

10.  Bin Sayyid Abu Ja'far Muhammad

9.  Bin Sayyid  Abdullah Al - Akbar

8.  Bin Sayyid Syech Daud

7.  Bin Sayyid Musa Ats - Tsani

6.  Bin Sayyid Musa Al - Jun

5.  Bin Sayyid Abdullah Almahdi

4.  Bin Sayyid Hasan Al - Mutsana

3.  Bin  Sayidina Hasan Al - Sibth

2.  Ibnatun Sayidah Patimah Azzahra. Rha

1.  Binti Nabiyullah Muhammad.  SAW

0.  Al - Fatikhaa




25. 7.  88. 1.  Sultanul. Aulia Sharif Ali Albarakat bin Ajlan Alhasani dari hasil pernikahanya dengan Putri Siti Patimah binti Sultanah Bolkiah II Sultan Muhammad Sha , beliau memiliki anak tertua 


Sebagai keturunan yang ke : 

26.1.  Sultan Sharif Sulaiman Albarakat  Sultan Brunai ke 4 -  1432 M - 1485 M.,  bin Sultanul Aulia Sharif Ali Albarakat 


 saudara kandung beliau :

26.2. Pangeran Ali Albarakat.,  

26.3. Pangeran Hasan Albarakat dan 

26.4. Putri Zahara Albarakat 


Sementara 26. 1.  Sultan Sharif Sulaiman Albarakat Sultan Brunai ke 4 memiliki anak tertua 


27. 2.  Sultan Sharif Bolkiah Albarakat Sultan Brunai ke 5 menjabat  1485 M - 1524 M memiliki anak 

28. Sultan Sharif Abdul Kahar Albarakat  Sultan Brunai ke 6 menjabat 1524 M - 1530 M.,  memiliki anak tengah karena anak ke 1 dan ke 2 Perempuan

29. Sultan Sharif Saiful Rijal Sultan Brunai ke 7 menjabat 1533 M - 1581 M antara tahun 1530 M - 2533 M masa transisi Sultan yang di pimpin para Mufthi        ( Penasehat)  Sultan Sementara sebagai Sultan ke 8. 


Sultan Sharif Saiful Rijal memiliki anak


30. Sultan Sharif Muhammad Hasan Albarakat Sultan Brunai  ke 9 menjabat 1533 M - 1582 M ada yang berpendapat hingga 1619  M.,  memiliki anak 


31.1.  Sultan Sharif Abdul Jailur Alakbar Albarakat Sultan Brunai ke 10.,  1619 M - 1649 M., 

31.2. Adik kandung Beliau Menjadi Sultan Tengah : Sharif Ali Muhammad  Ibrahim Al- Barakat bergelar :Ali Omar Sha.  , Sultan Sarawak Ke 1.,  Menjabat 1629 M - 1655 M


Sultan Sharif Abdul Jailur Alakbar Albarakat Memiliki anak 

32.  Sultan Sharif Jailur Jabbar Sultan Brunai ke 11.,  menjabat 1649 M - 1652 M


Sedangkan Sultan Sharif Ali Muhammad Ibrahim.,  Ali Umar Sha memiliki anak 


32.  Sharif Sulaiman Al - Barakat, pendiri Kesultanan Sambas sebagai Sultan pertama dengan gelar Sultan Sulaiman Muhammad Syafeuddin I Albarakat 1675 M - 1685 M.,  Menikahi putri Ratu Sapudak dan kemudian menjabat sebagai pejabat tinggi di Kesultanan Sambas, yang mengantarkannya ke Tahta Sultan


Adik - adik kandung beliau, anak keturunan Sultan Tengah

1. Sharif Badarudin Albarakat.,bin Ali Omar Sha.Muhammad  Ibrahim 

2. Sharif Abdul Wahab Albarakat., bin  Ali Omar Sha.Muhammad  Ibrahim

3. Sharifah Ratnah Dewi Albarakat.,binti  Ali Omar Sha.Muhammad  Ibrahim

4. Sharifah Rasmi Dewi Albarakat.,  binti Ali Omar Sha.Muhammad  Ibrahim

Kelima bersaudara ini dengan ibu kandung Putri Surya Kencana Kesuma adik Kandung Sultan Muhammad Zainuddin Sukadana Ketapang


Dengan demikian Keturunan dari : 

24. 7. 88. 1 Sultanul Aulia Sharif Ali Albarakat bin Syech Sharif Ajlan Alhasani memimpin 3 Kesultanan.,  

Kesultanan Brunai negara Brunai.,  

Kesultanan Sarawak negara Malasia.,   

dan Kesultanan Sambas negara Indonesia


Sultan Tengah Sultan Sarawak 
Sultan Tengah :1629 M - 1655 M
Sharif Muhammad Ibrahim Al Barakat Al Hasani,
 gelar Ali Umar Sha 
Sultan Sarawak ke 1.,  



Keturunan Sultan Sharif Ali Al Barakat Al Hasani, 
Memerintah di Kesultanan Brunei Darussalam :

25. . 88.  1.  As - sultanu Aulia Sharif Ali Al - Barakat bin Syech Sharif Ajlan Alhasani adalah Amir Mekah 1345 M - 1375 M /  766 H - 796 H


32.  Sultan Sharif Jailur Jabbar Sultan Brunai ke 11.,  Sultan 1649 M - 1652 M  31 Bin Sultan Sharif Jailur Akbar Sultan Brunai ke 10


sedangkan 

32.  Sultan Sharif Muhammad Sulaiman Shafiuddin I Albarakat Sultan Sambas ke 1 Pendiri Kesultanan Sambas 1675 M - 1685 M  

31.  Bin Sultan Tengah Sharif Muhammad Ibrahim.,  gelar Ali Umar Sha.,

        Sultan Sarawak ke 1.,  Sultan 1629 M - 1655 M


dikatakan Sultan Tengah karena memiliki saudara kandung : 

31. 1.  Sultan Sharif Abdul Jailur Alakbar.,  30.  Bin Sultan Sharif Muhammad Hasan Albarakat Sultan Brunai

31. 2.  Sultan Tengah Muhammad Ibrahim ""Ali Umar Sha" Sultan Sarawak 1.,  30.  Bin Sultan Muhammad Hasan Albarakat Sultan Brunai dan beberapa adik kandung  perempuan lainya


Sultan Brunai berikutnya adalah : 

33.  Sultan Muhammad Ali Sultan ke 12.,  1652 M- 1660 M

34. Sultan Abdul Hakkun Mubin Sultan ke 13.,  1660 M - 1673 M 

     Di ketahui Sultan Abdul Hakkun Mubin memiliki salah satu adik kandung yang hijrah ke Sambas dengan nama Samsuddin karena banyak dari keluarga ayah beliau yang hijrah ke sambas termasuklah Sultan Muhammad Sulaiman Safiuddin I Pendiri Kesultanan Sambas

35. Sultan Muhyiddin Sultan Brunei ke 14.,  1673 M - 1690 M

36. Sultan Nasruddin Sultan Brunei ke 15.,  1690 M- 1705 M

37. Sultan Husein Kamaluddin Sultan Brunei ke 16.,  1705 M - 1730 M

38. Sultan Muhammad Alauddin Sultan Brunei ke 17.,  1730 M - 1762 M

39. Sultan Omar Ali Syafiuddin Sultan Brunei  ke 18., 1762 M - 1795 M

40.Sultan Muhammad Tajuddin Sultan ke 19,.,  1975 M - 1806 M

41.  Sultan Muhammad Jamallul Alam1 Sultan ke 20.,1806 M - 1807 M Transisi 

42.  Sultan Muhammad Kanzul. Alam Sultan ke 21.,  1807 M - 1825 M

43. Sultan Muhammad Alam 2 Sultan ke 22.,  1825 M - 1829 M

44.  Sultan Omar Ali Saifuddin 2 Sultan ke 23.,  1829 M - 1852 M

45.  Sultan Sultan Abdul Momin Sultan ke 24.,  1852 M - 1885 M

46.  Sultan Hashim Jalilul Alam Aqamaddin Sultan ke 25.,  1885 M - 1906 M

47.  Sultan Muhammad Jamalul Alam 2 Sultan ke 26.,  1906 M -....... 


    Sampai disini, tidak ada lagi pendataan yang di lakukan Pangeran Bendahara Tua Syarif Ja'far bin Sultan Hamid I Alkadri.,  Karena awal tahan 1912 beliau Hijrah ke Mekah karena konplik pribadi dengan Residen belanda tentang pajak,., 


    Sehingga beliau memilih hijrah ke Mekah karena bahasa Residen Belanda yang bersipat mengancam dan demi menjaga nama baik Kesultanan yang di pimpin keponakan beliau - Sultan Syarif Muhammad bin Sultan Yusuf bin Sultan Hamid I Alkadri, -  dengan membawa anak beliau yang belum dewasa. 


   Sedangkan yang sudah berkeluarga dari anak laki - laki beliau terpaksa mencari tempat yang aman untuk menyelamatkan Dokumen Maktab  selain itu  mereka juga di ancam terutama dari pihak keturunan laki - laki


Keturunan beliau selanjutnya hanya fokus mendata Keluarga Besar Alkadri 


    Pendataan yang di lakukan pangeran Bendahara Tua Syarif Ja'far bin Sultan Hamid I Alkadri juga terjadi kepada Kesultanan Sambas secara bersamaan sebelum beliau hijrah ke Mekah tahun 1912 M termasuk Kesultanan lainnya yang berhubungan sebagai keturunan Sayyidina Hasan maupun Sayyidina Husein  sebagai berikut :


Kerajaan Sambas Dalam Sejarah



Keturunan Sultan Sharif Ali Al Barakat Al Hasani, 

Memerintah di Kesultanan Sambas  :

32. 2. 1.  Sultan Sulaiman Muhammad Shafiuddin I Albarakat.,  Sultan Ke 1 Pendiri Kesultanan Sambas bin Sultan Tengah Muhammad Ibrahim.,  gelar Ali Omar Sha Sultan Sarawak 1.,  1629 M - 1655 M., -  menikahi Putri Anom Bungsu binti Ratu Sepudak., Putri Bungsu Ratu Sepudak, Raja Sambas tua, - 

 Sultan Sulaiman mempunyai adik kandung : 

 2.  Sharif Badaruddin bin Sultan Tengah

3.  Sharif Abdul Wahab  bin Sultan Tengah

4.  Sharifah Ratna Dewi  binti Sultan Tengah

5.  Sharifah Rasmi Putri  binti Sultan Tengah, 5 bersaudara dari ibu Putri Surya Kencana Kesuma adik Kandung Sultan Muhammad Zainuddin Sukadana Ketapang



33. 1.  Sultan Sharif Muhammad Tajuddin 1 Albarakat Sultan Sambas ke 2.,  1685 M - 1708 M.,  

34. Sultan Sharif Umar Akamaddin 1.  Sultan Sambas ke 3.,  1708 M - 1732 M,


    Diperkirakan  di zaman pemerintahan beliau di Sambas, Sayyid Husein bin Ahmad Jamallullail ( Ayah Sultan Abdurrahman Pontianak ) masuk ke Kesultanan Matan Sukadana saat itu masih duduk di tahta, Sultan Mohammad Zainudin yang merupakan kakek buyut Sultan Sambas ini. 


Sayyid Husein kemudian menikahi Nyai Tua, Utin Kabanat, Putri Chandramidi I, ; Putri  dari Sultan Mohammad Zainudin ini, dan menjadi ibu dari Sultan Abdurrahman dan Syarif Alwi Tuan Bujang.  


  Sepeninggal wafatnya Nyai Tua, Sayyid Husein kemudian menikahi Nyai Tengah,Utin Krinci Srikandi binti Sultan  Mohammad Zainudin  yang menjadi ibu dari : 1. Syarif Abubakar, 2. Syarif Muhammad, dan 3. Syarif Ali


35. Sultan Sharif  Abubakar Kamalluddin 1.,  Sultan ke 4.,  1732 M - 1362 M

36.Sultan Sharif Umar Akamuddin 2.,  Sultan ke 5.,  1762 M - 1797 M

37. 1.  Sultan Sharif Muhammad Tajuddin 2.,  Sultan ke 6.,  1797 M - 1805 M2.

37. 2. Sultan Sharif Abubakar Tajuddin 1.,  Sultan ke 7.,  1805 M - 1815 M

37. 3.Sultan Sharif Muhammad Ali Shafiuddin I.,  Sultan ke 8.,  1815 M - 1828 M

37.4.  Sultan Sharif Usman Kamaluddin 2.,  Sultan ke 9.,  1828 M - 1830 M

37.5.Sultan Sharif Umar Akamaddin .,  Sultan ke 9.,  1830  M - 1845 M

38. 1. Sultan Sharif Abubakar Tajuddin 2 bin Sultan Sharif Muhammad Ali Shafiuddin 1.,  Sultan ke 10.,  1845 M - 1855 M2.  

38.1. Sultan Sharif Umar Kamaluddin 2.,  Sultan ke 11 .,  1855 M - 1866 M


  Pencatatan yang diteruskan oleh "Pangeran Bendahara Sri Negara Syarif Usman bin Pangeran Bendahara Tua Syarif Ja'far"  bin Sultan Abdul Hamid Alkadri


39. Sultan Sharif Muhammad Ali Shaifuddin II,  Sultan ke 13.,  1866 M - 1922

40. 1.   Sultan Sharif Muhammad  Shaifuddin II.,  Sultan ke 14.,  1922 M - 1926

 40. 2.  Sultan Sharif Muhammad Mulia Ibrahim Shaifiuddin bin Pangeran Adipati Sharif Ahmad.,  Sultan ke 15.,  1931 M - 1944 M, Raden Muhammad Mulia Ibrahim adalah putra Pangeran Adipati Ahmad bin Sultan Muhammad Ali Syafiuddin II. 

Pendidikan awal Raden Muhammad Mulia Ibrahim diperolehnya dari lingkungan keluarga terutama pendidikan yang diterapkan oleh kakeknya sendiri Sultan Muhammad Syafiuddin II dan ayahnya Raden Ahmad. 

Sebelum dinobatkan, pada tanggal 2 Mei 1931 M, Belanda mengikat kontrak politik dengan Sultan Muhammad Mulia Ibrahim Syafiuddin, bahwa penyelenggaraan pemerintahan Kerajaan Sambas harus menyesuaikan diri dengan ketentuan yang termaktub dalam Staatsblad Pemerintah Hindia Belanda yang disebut dengan Korte Verklaring atau Akte Van Vereband. 

Kepada sultan sebagai Het Zelfbestuur dikuasakan oleh pemerintah Hindia Belanda antara lain untuk melaksanakan hukum agama Islam dan hukum adat.

 Adapun peran Sultan Muhammad Mulia Ibrahim Syafiuddin dalam pengembangan Islam meliputi pembaruan di bidang pendidikan Islam, revitalisasi lembaga peradilan agama dan pranata sosial keagamaan. Beliau salah satu Sultan yang jadi korban keganasan fasis jepang pada tahun 1943. Bersama Sultan Syarif Muhammad Sultan Pontianak ke VI. 



Balairung Utama Kesultanan Pontianak
Berdiri pada : 1778 M - 2024 M -  Usia : 246 tahun


Hubungan Keluarga Alkadri dengan Kesultanan Brunai terjadi ketika : 


Sultan Sharif Maulana Idris Albarakat  menikahi Syarifah Dayang Lara Aminah Alkadri. Setelah menikah beliau mendapat Gelar :  Syarifah Putri Dayang Larah Ampuluh Alkadri

1. Syarifah Dayang Lara Aminah Alkadri, adalah : 

2. Putri  dari Abdul Qadir  Alkadri (Alqadir Brunai)

3. Bin Abdullah  Panglima Dijaya (  Pemberian gelar ini dari Sultan Sambas ke 10.,  Sultan Sharif Abubakar Tajuddin II Albarakat (1845 M - 1855 M)  bin Sultan Sharif Muhammad Ali Albarakat  9 ) 

4.  Bin Muhammad Jamalullail ( wan Kundoy Hamsah) yang menetap di Bungaran dulu perbatasan Sambas - Malasia dan Brunai,  

5. Bin Panglima Laksamana I Syarif Abubakar

 6. Bin Sayid Husein Alkadri Jamallullail Tuan Besar Mempawah

Keturunan Muhammad ( Wan Kundoy Hamsah)  saat ini banyak terdapat di bunggaran,  Brunai,  Sekura,  Paloh,  Sambas,  Tebas,  Pemangkat termasuk pontianak, 

Keluarga ini sudah terdata sejak 1902 M hingga sekarang


Keturunan Muhammad Jamalullail dari ibu Dewi Asmairah putra Sayyid Abubakar Panglima Laksamana I (  Bergelar : Wan Kundoy Hamsah)  Salah satu keturunan ini sudah di nobatkan menjadi : 

43@  Panglima Dijaya Tujuh  Syarif Wan Jamel Alkadri 

42@ Bin Wan Bujang 

41@ Bin Wan Thadis 

40@ Bin Wan Yahya Bundy 

39@ Bin Wan Damarun 

38@ Bin Wan Qadir ( abdul qadir ( Alqadir) Brunei  

37@ Bin Panglima Dijaya Syarif Abdullah 

36@ Bin Muhammad  Jamalullail dari ibu  Dewi Asmairah ( Bergelar : Wan Kondoy Hamsah)

35@ bin Panglima  Laksamana I Syarif Abu bakar 

34@ bin Sayid Husein Mufthi Mempawah



Dari hasil pernikahan Sultan Maulana Idris Albarakat Brunai, dengan Syarifah Dayang Lara Aminah Alkadri.  Beliau memiliki salah satu anak bernama Abdullah Al Barakat yang melahirkan banyak keturunan tersebar hingga sekarang di Brunai,  Sambas,  Singkawang,  Malaysia,  Jakarta dan daerah lainnya


Dari Sumber  : 
Dokumen Maktab NanGq 1857  tahun 1867 M dan Dokumen Kesultanan Brunai tahun 1902 M


Lencana Panglima dan Pangeran
Bangsawan Kesultanan Pontianak
Keturunan Sayyid  Husein  Alkadri 
Tuan Besar Mempawah




16. SULTAN HUSIN KAMALUDDIN (TM 1710 - 1730) - (TM 1737 - 1740)


    Baginda adalah Sultan Husin Kamaluddin [Sultan Brunei ke-16, 1710-1730 & 1737-1740] dan merupakan anakanda kepada Al-Marhum Sultan Hj Muhammad Ali dengan pasangan baginda Raja Zulaiha. 

Sebelum ditabalkan menjadi Sultan, baginda adalah Pg Muda Kamaluddin.

 Baginda juga dikenal sebagai raja yang adil, warak dan dianggap sebagai Sultan yang mempunyai keramat.


     Pada masa zaman baginda, negara makmur dan rezeki mudah diperolehi. Bagi mengembangkan perekonomian itu pula baginda telah mengeluarkan mata wang sendiri ke Padian disebut ‘pitis’, untuk diperniagakan bagi memudahkan para peniaga dan orang ramai berurus niaga dengan baik dan sempurna. Muka depan mata wang itu menggunakan nama baginda Sultan Husin Kamaluddin Malikul Adil, manakala di muka sebelahnya mempunyai reka bentuk seekor binatang (unta/kucing).


 Segala perusahaan, tanam-tanaman tumbuh subur dan ikan-ikan bahan permakanan rakyat dan penduduk Brunei mudah didapati. Keadaan perekonomian, perdagangan dan perniagaan sentiasa diambil perhatian oleh baginda. 


Dalam sejarah Kesultanan Brunei, baginda adalah seorang Sultan yang diriwayatkan telah dua kali memerintah Kerajaan Brunei. Kali pertama pada tahun 1730M, baginda telah secara sukarela menurunkan takhta dan menyerahkan kepada menantu baginda, Pg Muda Muhammad A'lauddin (cucunda kepada Sultan Muhyiddin) menjadi Sultan Muhammad Alauddin. 


    Apabila menurunkan dari takhta, Sultan Husin Kamaluddin menamakan diri baginda Paduka Seri Begawan Sultan dan seterusnya bersemayam di Temburong. 
Namun masa pemerintahan Sultan Muhammad Alauddin hanya berlangsung singkat kerana mangkat pada tahun 1737. Oleh kerana Sultan Muhammad Alauddin masih memiliki putera yang belum cukup umur maka Sultan Husin Kamaluddin yang sebenarnya telah meletakkan jawatan dan bergelar Paduka Seri Begawan Sultan dan bersemayam di Temburong telah dijunjung semula untuk menaiki takhta Kerajaan Brunei.


 Kemudian pada tahun 1740, baginda sekali lagi telah menurunkan diri dari takhta kerajaan dan menyerahkan takhta kepada menantu baginda, Pg Muda Tengah Omar Ali Saifuddin  ibni Sultan Muhammad Alauddin menjadi Sultan Omar Ali Saifuddin I. 


Sultan Husin Kamaludin menamakan diri baginda Paduka Maulana dan oleh sebab Sultan Husin ketika itu bersemayam di Luba, lalu baginda terkenal dengan nama Marhum di Luba.


      Mengikut cerita-cerita orang tua, baginda gemar mencari dan menangkap ikan-ikan di tebing Sungai Hulu Brunei bersama-sama dengan orang-orang kampung terutama di kawasan pesisiran hulu sungai menuju makam di Luba. Baginda sering membawa sejenis kayu dan dinamakan sebagai kayu tuba kemudian batang kayu itu di pupuh-pupuh dan disimpan di dalam sebuah tin.


 Setelah itu baginda pun naik ke perahu besar dan menelusuri Sungai Brunei bersama-sama dengan penduduk-penduduk Kampung. Setelah berada di kawasan yang terpilih, air yang mengandungi air tuba di buang ke sungai terutama di kawasan anak-anak sungai kiri dan kanan menuju ke kawasan Kampong Luba. Setelah kira-kira hampir setengah jam, ikan-ikan yang sudah terkena dengan air tuba akan timbul dan dalam keadaan lemah. 


Para penduduk akan bersorak gembira dan senang hati kerana dapat membawa ikan pulang untuk di makan bersama-sama dengan keluarga tercinta. Kebanyakkan ikan-ikan yang diperolehi dan ditangkap berdasarkan air tuba itu sebenarnya tidak meracunkan dan tidak memudaratkan diri malah apabila dimakan ia tidak akan memabukkan. 


Begitulah kehidupan masyarat dulu ketika berada di bawah pemerintahan baginda Sultan Husin Kamaluddin.


       Menurut riwayatnya, Sultan Husin Kamaluddin seorang Sultan yang penyayang dan pemurah, pada bulan puasa baginda mengadakan rombongan ke kampung-kampung untuk menyelidiki orang-orang miskin, dan seterusnya menghulurkan bantuan barang-barang makanan yang diperlukan oleh mereka. 


Selain daripada itu baginda juga adalah Sultan yang berkeramat.

 Pernah suatu ketika semasa baginda berangkat ke laut bersama pengiring-pengiring baginda kekurangan air minuman. Maka baginda menitahkan kepada pengiring-pengiring baginda itu melingkarkan rotan dan meletakkan lingkaran rotan tersebut di permukaan air. Dalam lingkaran rotan yang dikhaskan itulah air tawar atau air minuman didapati. 


     Demikian juga pada masa baginda berangkat bersama pengiring-pengiring baginda melalui sebatang sungai yang ditumbuhi pokok nyirih yang sedang berbuah, baginda menitahkan buah nyirih itu dipetik, tetapi setelah dikupas menjadi buah pitabu (sejenis buah hutan yang boleh dimakan, bentuknya seperti buah sentul isinya berulas-ulas, rasanya masam-masam manis apabila masak). 


Selain kuat beribadat dan piaku (prihatin) kepada ajaran Islam, baginda juga kuat berpegang teguh kepada dasar bahawa yang hak itu biarlah kembali kepada yang berhak. 


Justeru berdasarkan pegangan inilah baginda tidak mahu beristerikan Pengiran-Pengiran keturunan Diraja, kerana baginda khuatirkan kedudukan putera-putera baginda keturunan keluarga Diraja itu akan mewarisi takhta kerajaan, 


     sedangkan baginda menyifatkan kedudukan baginda pada waktu itu hanyalah sekadar pemangku Sultan, dan seboleh-bolehnya tidak akan mewariskan takhta itu kepada keturunan baginda melainkan kepada : 

 Pg Muda 'Alauddin ibni Pg Digadong Pg Muda Shah Mubin, cucunda Sultan Muhyiddin yang masih kecil untuk menjadi Sultan.

Baginda mangkat pada tahun itu juga dan disemadikan di Makam di Luba, Pulau Luba, Kg. Bunut Perpindahan. 


     Semasa hayat baginda berkahwin dengan Puteri Raja Buwono Maimun dan mempunyai beberapa zuriat. Di antara zuriat-zuriat baginda adalah :

1. Raja Dumpil @ Pg Bendahara
2. Pg Anak Untong, 
3. Pg Anak Badaruddin, 
4. Pg Digadong 
5. Pg Anak Abdul, 
6. Pg Anak Tajuddin,
7.  Pg Paduka Tuan, 
8.  Pg Kerma Indera, 
9.   Pg Anak Tuah, 
10. Pg Anak Nelang, 
11.  Pg Digadong Bukit Menumpang 
12.  Pg Anak Hussin,
13.  Pg Anak Apong, 
14. Pg Anak Kadir, 
15. Raja Isteri Pg Anak Noralam,
16. Raja Isteri Pg Anak Puteri, 
17. Pg Isteri Pg Anak Puteri Bongsu, 
18. Raja Isteri Pg Anak Bulan, 
19. Pg Anak Ratna, 
20. Pg Seri Banum dan 
21.  Pg Anak Bongsu.

والله أعلمُ


Sumber Pencatatan :  


1. Dokumen Maktab NanGq 1857 Kesultanan Pontianak dari Dokumen tahun 1867 M dan Dokumen Kesultanan Brunai tahun 1902 M

2. Jabatan Pusat Sejarah., Negara Brunaidarussalam dan Kesultanan Qadriah Pontianak Dokumen Maktab NanGq 1857  M - 1912 M.,  Pangeran Bendaharawan Syarif Ja'far bin Sultan Abdul Hamid Alkadri Sultan Pontianak ke IV., 


Keterangan :Saat itu Sultan Hamid II Ibni Sultan Syarif Muhammad belum lahir.,  

    Setelah lahirnya Sultan Hamid II. dan kemudian dilantik menjadi Sultan Pontianak ke VIII,  maka Sultan Abdul Hamid bin Sultan Usman menjadi Sultan Hamid I Alkadri. 

    Sebagian kecil masih ada Sultan Brunai yang tidak tercatat karena menjabat waktu yang pendek dan bersipat sementara

Semoga bermanfaat bagi Keluarga Albarakat Kuhsusnya dan umumnya Keluarga Ahlulbeit


Rabu, 19 Juni 2024

SEJARAH AL - KHATIB AL HASANI di SAMBAS

Maktab NanGq 1857 Pontianak


Gerbang Keraton Kesultanan Sambas


MANAQIB


1.  32. Sultanul Aulia Jalalluddin Waliyul Haqun bin Syech Musa Waliyul Ahad bin Syech Ibrahim Waliyul Haqq Alkhotib


Lahir Maroko 12 Julhijah 1206 H - 1785 M dan 

Wafat Sulu Brunaidarussalam 5 Muharam 1279 H - 1858 M


Umur 25 tahun beliau hijrah dari Maroko menuju Brunaidarusalam kemudian di angkat menjadi mufthi dan menikah dengan Patimah binti Sultanah Bolkiah 16  dan beliau juga pernah di angkat sebagai Sultan sementara karena anak laki - laki Sultanah Bolkiah belum cukup umur,  maka selain sebagai Mufthi beliau juga Sultan sementara selama 4 tahun 1786 M - 1790 M kemudian beliau di tarik ke Maroko untuk  menjadi Sultan selama 5 tahun,  namun baru menginjak 3 tahun  menjadi Sultan 1790 M - 1793 M beliau mengundurkan diri dan kembali lagi menjadi Mufthi karena anak Suktanah Bolkiah sudah menjadi Sultanah ke 17


Selama di maroko beliau sempat menikah kembali dengan Patimah binti Syech Ahmad Mufthi Maroko saat itu., Sehinga beliau memiliki 5 anak dari 2 orang istri


ternyata beliau lebih senang menjadi seorang Mufthi ketimbang menjadi Sultan untuk memberi nasehat kepada Sultan atau Raja dan menyebarkan agama islam


karena keberanianya menyampaikan da'wah Islam dengan Haq dan benar tanpa sedikitpun merasa takut sehingga beliau mendapat gelar Waliyul Haqun sementara bapak beliau Syech Musa Alkhotib merupakan seorang Sufi yang lurus dalam berdakwah sehingga mendapat gelar Waliyul Ahad


namun banyak yang menganggap Sultanul Jalalluddin Waliyul Haqun Waliyul Ahad sendiri


di antara ke 5 anak beliau adalah Syechk Muhammad yang menyebarkan agama Islam hingga ke negeri seberang Pulau Kalimantan tepatnya di sambas yang banyak menurunkan ulama - ulama besar salah satunya Syechk Khotib Sambasi merupakan keturunan langsung dari Syechk Muhammad bin Sultanah Aulia Jalalludin Waliyul Haqun Alkhotib


Sementara anak beliau bernama Pangeran Putra Syech Ahmad bin Sultanah Aulia Jalalludin Waliyul Haqun Alkhotib menyebarkan agama Islam di Sulu dan di lanjutkan ke Malasia bagian Sabah.,  namun pada ahirnya beliau menyusul abang kandungnya di sambas dan menetap di ulu sekura.,  dalam catatan riwayat beliau di maqamkan di Pemaqaman Samping Keraton Sambas merupakan salah satu  Pemaqaman tua yang ada di Sambas.,  demikian juga dengan abang kandung Beliau


Sedangkan Syech Ali bin Sultanah Aulia Jalalludin Waliyul Haqun tetap menetap di Sulu namun beliau kelahiran Sambas menurut Riwayat Sultanu Aulia Jalalludin Haqun pernah berkunjung ke Sambas untuk menemui anak beliau Muhammad dalam rombongan beliau membawa istrinya yang sudah hamil besar sehingga harus melahirkan di Sambas


namun setelah menginjak dewasa Syech Ali lebih senang berda'wah di sulu,  Ketika mendapat kesempatan untuk berhaji beliau berangkat di mekah.,  Di mekah beliau menikah dengan Sayidah Syed binti Ahmaf Alkhotib.,  dari hasil pernikahanya memiliki 3 orang anak 1 Perempuan dan 2 orang anak laki - laki yang menurunkan keluarga  Alkhotib Alhasani Mekah


Mesjid Agung Kesultanan Sambas


Sementara anak beliau bernama Muhammad bin Sultanul Aulia Jalalludin Waliyul Haqun bin Syech Musa Waliyul Ahad bin Syech Ibrahim Walyul Haqq


juga memiliki 5 orang anak 3 laki - laki dan 2 perempuan


Yang laki - laki  :  

1. Abdullah, bin Muhammad, bin Jalaluddin  

2. Ahmad bin Muhammad, bin Jalaluddin  dan 

3. Ali bin Muhammad, bin Jalaluddin  Alkhotib.,  Al Hasani 


>>> : Abdullah  lahir di Sambas 3 Syawal 1262 H - 1841 M 

         dan wafat di Sambas 9 Rajab  1341 H  - 1920 M


Abdullah memiliki 9 orang anak di antaranya 7 Laki - laki dan 2 Perempuan


Anak laki - laki tertua bernama Abdul Gafar merupakan orang tua kandung Syech Ahmad Alkhotib  Sambasi merupakan imam Masjid mekah 


Beliau memiliki 3 istri. 

Diantara istri tersebut merupakan keponakan nya sendiri dari anak adiknya bernama Syech Abdurahman,  sedangkan 

istri kedua metupakan anak dari Sultan Akamudin II Albarakat atau Sultan ke 4 Sambas 

dan istri ke 3 di nikahi di mekah dari bangsa arab mekah dan memiliki 2 anak alwi dan ali, 


 Sedangkan yang di Sambas memiliki 3 anak : 

 1. Yahya, bin Abdullah, bin Muhammad  

2. Abdul Gafur  bin Abdullah, bin Muhammad  dan 

3. Khodijah, binti Abdullah, bin Muhammad yang semua anak laki laki tersebut menurunkan keturunan hingga sekarang,  sayangnya di antara mereka ada yang tidak saling mengenal karena kurangnya informasi dan terputusnya silaturahmi antar keluarga dalam generasi sekarang ini





Keterhubungan keluarga Alkhotib dengan Kesultanan Pontianak


    Ketika Syeka Jamilah binti Syech Mahmud Syarwani Almaky Adagistani Algouts Asyadjel Alhasani menikah dengan Sultan Muhammad bin Sultan Yusuf Alkadri., 


    Kemudian adiknya Syecah Jamilah, yaitu Patimah binti Syech Mahmud Syarwani Alhasani menikah dengan Pangeran Bendahara Tua Syarif Ja'far bin Sultan Hamid I Alkadri,  


Maka sejak saat itu di telusurilah Nasab keduanya termasuk Nasab istri Syech Mahmud Syarwani sehingga di ketahui.,  Syecah Saedah bin Abdullah Alkhotib adalah adik kandung bungsu dari Syech Abdul Gafar  ayah Syech Ahmad Alkhotib Sambasi mereka 9 bersaudara 7 laki - laki dan 2 perempuan


1. Abdul Gafar,  bin Syech Abdullah bin Muhammad 

2. Abdurahman,, bin Syech Abdullah bin Muhammad 

3. Patimah,  binti  Syech Abdullah bin Muhammad 

4. Amir,  bin Syech Abdullah bin Muhammad 

5. Hasan,  bin Syech Abdullah bin Muhammad 

6. Zein,  bin Syech Abdullah bin Muhammad 

7. Muhammad Nurdin, bin Syech Abdullah bin Muhammad  

8. Ali bin Syech Abdullah bin Muhammad, dan 

9. Saedah., binti  Syech Abdullah bin Muhammad , 

 Ke 9 anak tersebut merupakan anak kandung "Syech Abdullah bin Muhammad bin Sultanul Aulia Jalaluddin Waliyul Haqun Alkhotib"


namun ada yang kuhsus dari ke 9 anak tersebut anak ke 4 Abdullah adalah Syech Amir bin Abdullah terkenal sebagai Syech Abdul Muluk


Syech Amir bersumpah siapa saja yang menikahi anak beliau laki atau perempuan harus menyematkan nama atau gelar amir


Syech Amir Abdullah atau Syecah Amir Patimah,. 

Adapun maksud beliau agar setiap orang di masanya langsung bisa mengetahui bahwa itu adalah keturunan Amir bin Abdullah bin Muhammad bin Sultanu Aulia Jalalludin Waliyul Haqun Alkhotib


Sehingga banyak keturunan Kesultanan Sambas yang menikahi keturunan Syech Amir bin Abdullah menyematkan gelar Amir


Syech Amir Amirudin Albarakat atau Syech Amir Muhammad Alkhotib demikian juga perempuanya Syecah Amira patimah Albarakat atau Syecah Amira Maimunah Alkhotib


MAKTAB NANGQ 1857


Bersambung....... 2




2. 32.  Sultanul Aulia Jalalludin Waliyul Haqun bin Syech Musa Waliyul Ahad bin Syech Ibrahim Waliyul Haqq merupakan keturunan ke 32 Sayidina Hasan Ibnatun Sayidatuh Fatimah Azzahra. Rha binti Nabiyullah Muhammad. SAW


adapun Nasab Beliau sebagai berikut : 

32.  Sultanul Aulia Jalalludin Waliyul Hagun Alkhotib

31.  Bin Syech Musa Waliyul Ahad

30.  Bin Syech Ibrahim Waliyul Haqq

29.  Bin Syech Ali

28.  Bin Syech Hamid

27.  Bin Syech Mahmud

26.  Bin Syech Husein

25.  Bin Syech Ahmad

24.  Bin Syech Husein

23.  Bin Syech Muhammad

22.  Bin Syech Sayyid

21.  Bin Syech Ismail

20.  Bin Syech Ahmad Alkhotib    ;  ( Beliaulah yang pertama kali menggunakan Fam Alkhotib dalam beberapa riwayat hampir setiap jum'at beliau tetap menjadi Khotib  di Masjid - masjid sehingga di masanya masyarakat memanggilnya dengan sebutan Khotib atas panggilan tersebut beliau memperkenalkan dirinya dengan Alkhotib namun versi lain menyebutkan tidak ada waktu dalam hari - hari beliau gunakan berda'wah dari mimbar ke mimbar sehinga linkungan masyarakat memanggil beliau dengan Sultanul Aulia Alkhotib)


     Sedangkan Al - Khotib mengandung makna orang yang berceramah di atas mimbar atau orang yang menyampaikan da'wah atau risalah agama dan kuhsus di hari jum'at umumnya di sebut Khotib jum'at terlepas dari makna tersebut.,  maka beliau adalah sosok dalam kehidupan sehari - hari tiada waktu selain berda'wah dan tiada waktu yang beliau habiskan hanya dari mimbar ke mimbar lisanya di isi dengan da'wah dan nasehat agama


19. Bin Sayyid Al - Tunaji

18.  Bin Sayyid Salim

17.  Bin Sayyid Salam

16.  Bin Sayyid Sallam

15.  Bin  Sayyid Sa'dullah

14.  Bin Sayyid Afandi Muhammad

13.  Bin Sayyid Aliyu

12.  Bin Sayyid Al - Bakri

11.  Bin Sayyid Ismail

10.  Bin Sayyid Muhammad

9.  Bin Sayyid Ismail

8.  Bin Sayid Al - Qasim Al - Rassi

7.  Bin Sayyid Ibrahim Tobatoba

6.  Bin Sayyid Ismail

5.  Bin Sayyid Ibrahim Al - Fakhr

4.  Bin Sayyid Hasan Al - Mutsana

3.  Bin Sayidina Hasan Al - Sibth

2.  Ibantun Sayidah Fatimah Azzahra. Rha

1.  Binti Nabiyullah Muhammad. SAW 

0. Al - Fatikhaa




Logo Kesultanan Jalalludin  Haqun  
Waliyul Ahad Waliyul Haqq


Sultanul Aulia Jalalludin Waliyul Haqun bin Syech Musa Waliyul Ahad


memiliki lima orang anak dari 2 orang istri


Pangeran Istanah Putra Syech Muhammad ibunda Putri  Fatimah., Putri  Fatimah adalah anak Sultan Bolkiah Albarakat  ke 16 saudara kandung se ibu nya yaitu Pangeran Ratu Syech Ahmad dan Pangeran Putri Saedah


Sedangkan Pangeran Putra Syech Ali dan Putri Mahkota Azahra ibunya adalah Putri Zahara binti Syech Abdul Hamid Mufthi Maroko., tetapi Pangeran Putra Syech Ali justru lahir di Sambas dan meninggal di Mekah Al - Mukaramah di sebabkan ayah nya Sultanul Aulia Jalalludin mengundurkan diri sebagai Sultan dan lebih memilih untuk menetap di Sulu Brunaidarusalam


Salah satu cicit Sultanul Aulia Jalalludin Waliyul Haqun bin Syech Musa Waliyul Ahad bin Syech Ibrahim Waliyul Haqq Alkhotib  adalah Syed Abdurahman Paduka Daud Bin Abdullah Paduka Abdul Muluk bin Sultanul Aulia Jalalludin Waliyul Haqun.,  istrinya adalah Syecah Kamalia binti Muhammad Nurdin "Imam Nurdin" bin Abdullah bin Muhammad bin Sultanul Aulia Jalalludin Waliyul Haqun dari pernikahan  Sekufu ini memiliki anak : 


1.  Syecah Siti Aisyah binti Syech Abdurahman Alkhotib paduka Daud

2.  Syech Ibrahim "Bujang Banjar" bin Syech Abdurahman Alkhotib Paduka Daud

3.  Syecah Siti Zainah binti Syech Abdurahman Alkhotib Paduka Daud

4.  Syecah Siti Maryam binti Syech Abdurahman Alkhotib Paduka Daud


Artinya sejak Jaman Sultan Muhammad bin Sultan Syarif Yusuf Alkadri keluarga Besar keturunan Sultanul Aulia Jalalludin Haqun Waliyul Ahad walliyul Haqq sudah terdokumentasi dengan rapi di Maktab NanGq 1857 Warisan Pangeran Bandahara Tua Syarif Ja'far bin Sultan Hamid I Alkadri


Artinya beliau tidak hanya mendata Keluarga Alkadri saja melainkan mendata Ahlulbeit baik dari jalur Sayidina Husein maupun jalur Sayidina Hasan sebagai rumpun Ahlulbeit Rasullullah Shallullahu Alaihi Wasalam


Ahlulbeit bersatu Ahlulbeit Kuat dan kokoh


semoga informasi ini bermanfaat bagi keluarga Ahlulbeit umumnya dan  bilkuhsus Alkhotib  keturunan dari Sultanul Aulia Jalalludin Haqun Waliyul Ahad waliyul Haqq


Amiin

MAKTAB NANGQ 1857