Cari thema tulisan dan judul artikel disini

Rabu, 10 Juli 2024

RIWAYAT PANGERAN SYARIF MUHAMMAD SYAFARUDIN NAJAMUDDIN

 MANAQIB

PANGERAN HADIWIJAYA KESUMAWIJAYA 

SYARIF MUHAMMAD SYAFARUDIN NAJAMUDDIN 

BIN SULTAN ABDURAHMAN ALKADRI

 

Pangeran Hadikarya Wijayakesuma Tujuh 
Asyayyid Syarif Norliansyah Alkadri 
Bin Syarif Abdul Mu’in  Alkadri 




    Silakan yang merasa sebagai keturunan ini untuk menyimpan dan menyampaikan kepada keluarganya, agar mengetahui Manaqib Sejarah leluhurnya


Code 36. 1068.1.  67. 22.

3.  Pangeran Hadiwijaya Wijayakesuma  Syarif Muhammad Syafaruddin Najamuddin bin Sultan Abdurahman Alkadri bin Sayid Husein Alkadri Jamalullail

 

Terkenal sebagai Pangeran Najamuddin ( Penyebar Agama yang tajam lurus)

 

     Masyarakat Banjar Martapura dan Sekumpul saat itu menyebut beliau Waliyul Najam Qadriah Aceh ( Wali Aceh yang berasal dari Kesultanan Pontianak) ketika Sultan Sa'ad Banjar  menjabat Sebagai Sultan Banjar

 

1.  Menaikkan Kubah Musholah Al hikmah dengan memutar telunjuk jarinya., sehingga kubah ikut berputar dan terangkat sampai di tapak kubah musholah Al hikmah.,

sekarang sudah menjadi Masjid Al hikmah daerah Martapura

 

2.  Menaikan kubah musholah Nurul Iman Pidie Aceh dengan membacakan Sholawat Qadriah secara berjama'ah di pimpin oleh Pangeran Najamudin Qadri Aceh

 

Keturunan ini sudah terdaftar di

 

MAKTAB NANGQ 1857 M - 1278 H.,  melalui catatan tua Bendahara Ahmad bin Sultan Abdurahman Alkadri 1873 M - 1294 H

 

Masuk dalam dokumen induk Maktab NanGq 1857 M - 1278 M

 

Oleh Pangeran Bendahara Tua Syarif Ja'far bin Sultan Hamid I Alkadri

 

1.  Pendataan ulang Bye Syarif Ibrahim bin Ahmad bin Usman bin Thaha Kholil bin Usman bin Pangeran Bendahara Tua Syarif Ja'far bin Sultan Hamid I Alkadri 1965 M - 1294 H.

 

2.  Pendataan ulang Bey Syarif Ibrahim bin Ahmad 1983 M - 1404 H

 

3.  Pendataan Ulang By Syarif Ibrahim bin Ahmad  2015 M - 1436 H., 

Kemudian pada 07 Julqaidah 1436 H - 2015 M.,  Beliau wafat dan di makamkan di atas Puncak Gunung Sahabat IV Gunung Peniraman berdampingan dengan makam kakek dan nenek beliau Syarif Usman bin Thaha Kholil dan Syarifah Siti Aminah binti Syarif Abu Bakar Laksamana IV cicit dari Panglima Laksamana I Syarif Abu Bakar bin Sayid Husein Mufthi Mempawah

 

Sebagai generasi ke VI ( 6)  Pengurus Maktab NanGq 1857 M - 1278 H

 

   Managib Pangeran Hadiwijaya Kesuma Syarif Muhammad Syafaruddin Najamudin bin Sultan Abdurahman Alkadri.,  merupakan penyatuan Silsilah Nasab dengan Manaqib agar sejarah kehidupan beliau tidak terpisah dengan Manaqib., Oleh Pangeran Bendahara Tua Syarif Ja'far bin Sultan Hamid I.,  untuk mempermudah keturunan beliau menelusuri sejarahnya.,  sehingga dalam buku induk Maktab NanGq 1857 M - 1278 M.,  langsung di ketahui Nasab dan Manaqibnya., yang sebelumnya terpisah - pisah dari beberapa sumber catatan maupun cerita lisan ke lisan yang telah beliau teliti dan di salin ulang sejak 1900 M -  1912 M - ( 1321 H -  1390 H)

 

Bey Syarif Ibrahim bin Ahmad Aljadri Generadi ke VI ( 1963 M - 2025 M) - ( 1384 H - 1436 H) Kepengurusan Maktab NanGq 1857 M - 2278 H

 

Pangeran Bandahara Tua Tujuh
Syarif Syariful Nurghilah Alkadri
Bin Syarif Arif Chandra Alkadri




Kode 36. 1068.1.  67. 22.

 

PANGERAN HADIWIJAYA KESUMAWIJAYA SYARIF MUHAMMAD SYAFARUDIN NAJAMUDDIN BIN SULTAN ABDURAHMAN ALKADRI

 

Anak ke 67 Sultan Abdurahman bin Sayid Husein Mufthi Mempawah

 

Ibunda Nyai Putri Cut Mutiah binti Tengku Musafa  Pidie Aceh.,  

Istri yang ke 22 Sultan Abdurahman Alkadri Jamallullail

 

Lahir  Pidie Aceh 27 Rabiul Awal  1216 H - 1795 M dan

Wafat Pidie Aceh 9 Muharam 1300 H - 1876 M

 

Dalam usia 81 Tahun

 

Ibu Kandung Nyai Putri Cut Mutiah binti Tengku Mustafa Pidie Aceh., istri ke 22 Sultan Abdurahman Alkadri Jamalullail

 

Istri - istri Pangeran Hadikarya Wijayakesuma Syarif Muhammad Syafarudin  Najamudin bin Sultan Abdurahman Alkadri

 

1.  Tengku Cut Aisah binti Tengku Abdul majid Pidie Aceh

2.  Inche Patimah binti Arsyad Albanjari Martapura

 

Anak - anak Pangeran Hadikarya Wijayakesuma Syarif Muhammad Syafarudin Najamudin bin Sultan Abdurahman Alkadri

 

1 37.1. 1068.1.67. 22.  Syarif Abdullah bin Muhammad Syafarudin Najamudin Alkadri

 

Keturunan sudah terkonfirmasi

 

2. 37.2.  1068.1. 67. 22.  Syarif Zein bin Muhammad Syafarudin Najamudin Alkadri

 

keturunan sudah terkonfirmasi

 

3. 37.4. 1068. 1. 67. 22.  Syarif Ghasem bin Muhammad Syafaruddin Najamudin Alkadri

 

keturunan sudah terkonfirmasi

 

4. 37. 6. 1068. 1. 67. 22.  Syarif Husein bin Muhammad Syafaruddin Najamuddin Alkadri

 

keturunan sudah terkonfirmasi

 

5. 14. 1068. 1. 67. 22.  Syarif Muhammad Ali ( Ali Alkadri)  bin Muhammad Syafarudin Najamudin Alkadri

 

Keturunan sudah terkonfirmasi

 

6.    Keturunan yang belum terkonfirmasi dalam rahasia dokumen Maktab NanGq 1857

 

Lencana Panglima dan Pangeran
Bangsawan Kesultanan Pontianak
Keturunan Sayyid Husein Tuan Besar Mempawah



Sejarah Hidupnya : 


Ketika berumur 18 tahun Pangeran Najamudin menikah dengan Tengku Cut Aisyah binti Tengku Abdulmajid Pidie Aceh

 

    Dari pernikahan ini beliau memperoleh anak sebanyak 9 orang., kemudian pada umur 35 tahun beliau di panggil untuk melanjutkan perdagangan almarhum  ayahnya Sultan Abdurahman Alkadri untuk datang ke Pontianak.,  


Dari aceh beliau berangkat ke pulau jawa terlebih dahulu baru menyeberang melalui pelabuhan batavia menuju pelabuhan Senghi yang pelayaranya sudah aktif.,  walau hanya sebulan sekali

 

Dari pertemuan keluarga inilah Pangeran Najamudin mendapat tugas untuk berangkat ke Kampung Banjar untuk membantu mengurus perdagangan di pulau Boerneo bagian Selatan.,  

 

Dengan melanjutkan pelayaran melalui pesisir pantai agar lebih aman

 

Keberangkatan beliau dari Aceh dengan membawa 3 orang anak laki - laki beliau dan 1 anak perempuan beliau

 

1. Abdullah bin Pangeran Najamudin Alkadri

2. Zein bin Pangeran Najamudien Alkadri

3. Muhammad Ali Alkadri ( Ali Alkadri bin Pangeran Najamudin Alkadri )  dan

4. Zahara Alkadri

 

Setelah menetap hampir 1 tahun 

    Kemudian Pangeran Najamudin menikah lagi setelah mendengar istrinya Tengku Cut Aishah Pidie Aceh meninggal dunia karena sakit. Beliau tidak dapat menemui nya karena tugas yang di berikan almarhum ayahnya Sultan Abdurahman Alkadri membantu perdagangan dan membawa barang dagang dari pulau ke pulau untuk wilaysh Boerneo Selatan ( Sekarang Kalsel)

 

Sebab adik - adik beliau dari lain ibu yang ada di Martapura memiliki tugas masing - masing dari almarhum  ayahnya Sultan Abdurahman

 

      Beliau menetap di Martapura kemudian menikah dengan seorang gadis bernama Patimah binti Arsyad Albanjari dan memiliki 5 orang anak yang tinggal di martapura

 

    Dengan adanya tugas berlayar membawakan barang dagangan tersebut beliau gunakan juga untuk berda'wah sambil berdagang,  selain itu beliau juga menyempatkan diri untuk berdagang secara pribadi dengan menjual pakaian dan minyak wangi yang di datangkan dari Mekah lewat Aceh.,  Sebab saat itu orang - orang sering berdagang keluar masuk Mekah untuk berhaji dan berdagang

 

Modal awal yang beliau dapatkan dengan mengumpulkan hasil pemberian almarhum ayahnya Sultan Abdurrahman Alkadri.,  dari hasil pekerjaan membawakan barang dagangan Ayahnya

 

Sebab saat itu lebih dari 17 armada kapal almarhum  Sultan Abdurahman Alkadri yang berlabuh di Banjarmasin

 

     untuk menyalurkan barang dagangan hinga ke Palangkaraya,  Samarinda,  Kutai Kartenegara,  karena di Kutai Kartenegara ada paman Beliau Syarif Ahmad bin Sayid Husein yang di Kenal sebagai Pangeran Giri Kutai Kartenegara

 

    Untuk wilayah Martapura selain berdagang menjual pakaian dan minyak beliau juga berda'wah sampai menjual barang dagangan terkadang minyak wangi dan pakaian beliau hutangkan.,dengan perjanjian 3 bulan beliau datang kembali,


sementara orang yang sudah mahir belajar dengan beliau di suruh melanjutkan apa yang beliau ajarkan sambil melihat catatan kitab yang pernah di ajarkan,  kemudian mereka yang sudah mahir ini mendapat gelar penghulu pengajian,  demikian setiap selesai urusan membawa dagangan almarhum ayahnya Sultan Abdurahman kesempatan waktu - waktu kosong beliau gunakan untuk menjual barang dagangan pribadinya sambil berda'wah

 

     Ketika beliau kembali untuk berda'wah kampung yang pernah mengambil hutang barang.,  maka orang atau jama'ah majelis beliau ingin membayar hutang.,  beliau bertanya kapan saya mengutangkan saudara,  di jawab 5 bulan yang lalu,  dan di beri waktu 3 bulan.,  


    Beliau berkata bukankah ini sudah lewat 5 bulan,  bearti hutang saudara sudah lunas semua,  karena saya tidak tepat janji kepada saudara., 

maka murid - murid beliu heran.  

Demikianlah kelurusan Pangeran Najamudin sehingga beliau di Juluki sebagai Pangeran Najamudin

 

Pangeran Hadikarya Wijayakesuma Negara Tujuh 
Asyayyid Syarif Jazuli Rahman Alkadri 
Bin Syarif Shadri Alkadri


    Ketika Pangeran Najamudin umur 47 tahun ( 1363 H - 1842 M)  jama'ah Martapura ingin mendirikan Musholah Al - Hikmah.,  Karena kesibukan beliau berdagang dan berda'wah beliau hanya memberi satu buah batu intan untuk di jual.,  dari hasil penjualan tersebut ternyata hampir mencukupi biaya pembangunan Musholah Alhikmah tersebut.,  dan masyarakat sekitar tidak banyak lagi menambah

 

     Ketika akan menaikan kubah batu yang terbuat dari semen dan batu.,  seluruh kubah sudah di beri tali dan siap di angkat sementara di atas Musholah sudah ada yang menunggu.,  


Ketika Pangeran Najamudin datang beliau menawarkan untuk membantu

 

   Setelah di setujui masyarakat yang sedang bergotong royong untuk menaikan kubah justru beliau menyuruh melepaskan seluruh ikatan.,  sehingga mereka agak bingung dan enggan untuk melepasnya. akan tetapi karena yang menyuruh di anggap sebagai sesepuh maka ikatan pun di lepas.,  


Kemudian Pangeran Najamudin Sholat 2 raka'at, setelah selesai Sholat beliau menghadap ke kubah

 

    Sambil memutar tangannya yang berlawanan dengan jarum jam., 

   sehingga menderulah angin menerpa kubah tersebut., jari beliau memutar semangkin kencang hingga deru anginpun semakin kencang dan kubah terangkat dengan perlahan dan mengikuti gerak memutar seperti putaran jari beliau hingga kubah terangkat sampai di atas menara musholah alhikmah

 

     Untuk mengenang peristiwa tersebut kemudian masyarakat membuat kubah kecil yang memiliki rongga angin sehingga kubah seng tersebut akan berputar ketika ada angin

 

sejak saat itu masyarakat Martapura dan Banjar memanggil beliau dengan Wali Najam

 

    Setelah berita tersebut tersebat hingga di Pidie Aceh., masyarakat Pidie juga mengatakan beliau juga pernah menaikkan kubah musholah nurul iman pidie aceh dengan membaca  Sholawat Qadriah sebanyak 40 orang yang membacanya di pimpin oleh Pangeran Najamudin Alkadri., sehingga kubah tersebut terangkat memutar dan naik di atas musholah tersebut tanpa bantuan tenaga manusia ., demikian kelebihan dan kedermawanan pangeran Najamudin

 

     Pada usia beliau 50 tahun 1266 H - 1845 M beliau kembali lagi di Pidie Aceh sementara anak - anak beliau sudah menikah semua di negeri Banjar Martapura.  Belliau wafat di Aceh pada : 9 Muharam 1300 H - 1876 M dalam usia 81 tahun

 

   Keturunan Pangeran Hadiwijaya Kesuma Syarif Muhammad Syafarudin Najamudin bin Sultan Abdurahman Alkadri banyak terdapat di Kalsel,  Kalteng,  Kaltim,  Kaltara

 Belum terdeteksi:,  di Kalbar,  Sumatra,  NTB,  NTT termasuk Pulau Jawa dan Aceh

 

Demikian semoga bermanfaat

 

Pangeran Laksamana Hadikarya Wijayakesuma Wiranegara Tujuh 
Komisaris Polisi “KOMPOL” 
Drs. Asyayyid Syarif Ahmad Alkadri., S.H., M.H. 
Bin Syarif Abu Bakar Alkadri



MAKTAB NANGQ 1857

Dewan Pimpinan Pusat

   Silakan yang merasa sebagai keturunan ini untuk menyimpan dan menyampaikan kepada keluarganya, agar mengetahui Manaqib Sejarah leluhurnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar