By : Maktab NanGq 1857 Pontianak
MANAQIB KESULTANAN QADRIAH PONTIANAK
SULTAN SYARIF ABDURRAHMAN ALKADRI JAMALULLAIL
Lahir : Matan, 7 Juhizah 1151 H / 1730 M
Wafat : Pontianak 3 Muharam 1229 H / 1808 M
Dalam Usia : 79 Tahun
Maqam : Batu Layang
Nama Ayah : Sayid Husein Alkadrie Jamalullail Mufthi Mempawah Penembahan Kerajaan Matan Dan Mempawah
Nama Ibu : Nyai Tua Utin Chandramidi / Utin Cabenetbo
Jumlah Istri : 67 Permaisuri
Anak laki-laki : 68 anak
Anak perempuan: 33 Anak
Jumlah Anak : 101 anak kandung Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail
Istri yang terbanyak Melahirkan anak :
1. Ratu Mempawah Putri Utin Chandramidi Binti Opu Daeng Manambon, 3 anak perempuan dan 4 anak laki-laki
Jumlah: 7 anak kandung
2. Nyai Kita Binti Abu Bakar Sidik, 2 anak Perempuan dan 5 anak laki-laki
Jumlah: 7 anak kandung
3. Ratu Rabu Binti Sayyid Abdullah Tumenggung Banten, Cucu Panglima Laksamana I, Sayyid Abubakar. Pangkat cucu Sultan dari anak keponakan nya. Ratu Rabu wafat di Banjar dimakamkan berdekatan makam Ratu Banjar Syahr Banun. Anak perempuan 2 dan anak Laki-laki 5 . Jumlah : 7 anak kandung
4. Nyai Khodibah Binti Abdullah Husen, 2 anak perempuan dan 4 anak laki-laki
Jumlah : 6 anak kandung
5. Nyai Musih Binti Husein, anak 1 Perempuan dan 4 anak laki-laki
Jumlah : 5 anak kandung
6. Nyai Mangni Binti Al-Umanah, anak 2 Perempuan dan 3 anak laki-laki
Jumlah : 5 anak kandung
7. Sedangkan istri - istri yang lain terbanyak 4 anak dan sedikit 1 anak
,8. Istri yang melahirkan anak: 47 Istri
9. Istri yang Tidak melahirkan anak (Mandul) : 20 istri
Jumlah istri : 67 istri Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail
BACA JUGA ,
KLIK >>:
Penaklukan Mempawah dan Sambas
Pada tahun 1786 M / 1200 H
Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail di Bantu Kerajaan RIAU dan Residen Rembang VOC di Batavia utusan jendral Belanda Wilam Adrian Flam menyerang Penembahan Kerajaan Mempawah. Kerajaan Gusti Jamiril karena tidak mau bekerja sama dengan Belanda,
Serangan selama 8 bulan membuat Kerajaan Penembahan Mempawah harus tunduk, Sementara Panembahan Kerajaan Mempawah Adiwijaya Kesuma Gusti Jamiril tidak Sudi bekerjasama dengan Belanda memilih mengasingkan diri ke Karangan.,
Maka pada tahun 1787 M / 1201 H, dengan persetujuan Residen Rembang VOC di Batavia William Adrian Flam mengangkat Syarif Kasim menjadi Raja Penembahan Kerajaan Mempawah dengan Gelar Penembahan Syarif Kasim Mempawah., mengantikan Penembahan Adiknya Kesuma Gusti Jamiril yang mengasingkan diri bersama keluarganya
Kemudian pada tahun 1788 / 1202 H,
Belum berapa lama Syarif Kasim Alkadrie Jamalullail menjabat sebagai Raja Penembahan Kerajaan Mempawah pihak VOC Belanda menyodorkan Kontrak Kerja kepada Raja Penembahan Mempawah Syarif Kasim Alkadrie Jamalullail., Salah satu isi Perjanjian Kontrak Kerjasama tersebut membagi Pajak Penembahan Kerajaan Mempawah 50 % di serahkan kepada pihak VOC di Batavia,
Maka pada tahun yang sama 1788 M / 1202 H,
Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail membuat Surat Wasiat jika dirinya Sudah meninggal maka Pangeran Ratu Syarif Usman Alkadrie Jamalullail berhak menggantikan dirinya sebagai Sultan Qadriah Pontianak dengan alasan,
Karena Syarif Kasim Alkadri Jamalullail sudah menjabat sebagai Raja Penembahan Kerajaan Mempawah ke III, menggantikan paman dari sebelah ibunya sebagai Raja Penembahan Syarif Kasim Mempawah.
Syarif Kasim duduk ditahta dengan alasan mengasingkan diri karena tidak mau Negeri Mempawah dalam cengkraman pihak VOC Belanda di Batavia
Pada bulan Rajab 1202 H/1788 M,
Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail menyerang Kesultanan Sambas baik melalui Laut maupun Darat, peperangan yang terjadi selama 8 bulan mampu membuat Kesultanan Sambas bertahan, karena mendapat bantuan dari Kesultanan Brunai Darussalam,
Atas permintaan Sultan Brunaidarussalam agar perang saudara sesama Ahlulbait Rasulullah di hentikan karena dapat merusak citra Ahlulbait Rasulullah, maka pada bulan Rajab 1203 H/ 1789 M di adakan perjanjian damai dan menghentikan pertikaian antara Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail Sultan Qadriah Pontianak dengan Sultan Syarif Umar Akamaddin II Sultan Sambas Ke V (1762 M - 1797 M)
Maka dengan perjanjian tersebut Kesultanan Qadriah Pontianak dan Kesultanan Sambas kembali aman dan Kondusif dan tetap menjalin hubungan Perdagangan dan pemerintahan dengan baik
Sebab ketika terjadi peperangan kedua kubu memiliki pasukan yang sama - sama berasal dari etnis daya, Bugis dan Melayu, sehingga bagi Sultan Brunai di anggap Tabu karena merupakan perang Saudara hanya karena ambisi kekuasaan dan perluasan kekuasaan
BACA JUGA ,
KLIK >>:
BERDIRINYA PERKUMPULAN IKBAL 2020
Menata Kesultanan Pontianak
Sejak tahun 1789 M hingga 1808 M, Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail memutuskan menghentikan semua aktivitas Perdagangan dan peperangan karena di utamakan untuk menata Kesultanan Qadriah Pontianak
Kemudian Sultan membuka lahan baru di seberang sebagai pusat pelabuhan ( Dalam catatan lain yang membuka lahan ini adalah Panglima Laksamana Pertama,Sayyid Abubakar pada 1779 M ) kemudian di beri nama Jawie mengambil dari nama bapak mertua istrinya Lia Van Heden Binti Van Heldhen Wierjawie
Untuk selanjutnya terkenal dengan nama Sungai / Sei Jawi,
Kemudian atas permintaan Residen Rembang Untuk di berikan ijin membangun sebuah benteng bernama benteng Mariana yang di ambil dari nama Ratu Mariana di Belanda, sehingga saat ini terdapat kampung Mariana, ( Dalam catatan lain , benteng Mariana dibangun zaman Sultan Osman, ketika Gubernur Batavia dijabat oleh "Du Bush ")
Selain itu juga terdapat gang Maria yang di ambil dari nama istri Panglima Laksamana I Syarif Abu bakar Alkadri Jamalullail yaitu Maria yang di makamkan di gang Merak I jalan Sidas (Sekarang lokasi makam tersebut berada di belakang Grand Mahkota' Hotel Sungai Jawi Pontianak)
Pada tahun 1790 M - 1204 H,
Residen Rembang Het Hoopd Wasterasffeling Van Borneo (Kepala Daerah Keresidenan Borneo Barat) dan Asisten Residen Het Hoopd Dear Affleling (Asisten Kepala Daerah Kabupaten) meminta kepada Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail untuk wilayah tanah 1.000, namun saat itu Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail belum mengabulkan,
Adapun tujuanya untuk membangun pusat pemerintahannya di Kalimantan Barat (tanah 1.000 sekarang yang di maksud berada di wilayah pelabuhan Rakyat) yang ada di sekitar area pelabuhan Rakyat Jl.Komyos Sudarso) yang memanjang hingga di Kakap, sepuk Laut, padang Tikar dan pulau - pulau Sekitarnya
Yang menurut Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail permintaan tersebut sangat berlebihan sehingga hanya di berikan di Area Pelabuhan Rakyat dan Sungai Rengas saja dalam batasan kontrol Kesultanan Qadriah Pontianak sebab Pelabuhan terdekat (sekarang Pelabuhan Dwikora) 50 % nya di gunakan oleh pihak VOC dan 50 % di gunakan Kesultanan Qadriah Pontianak dan Rakyat Pontianak,
Sebab itu pihak Belanda mengeser Pusat Pelabuhannya di perbatasan Sungai Rengas (Pelabuhan Rakyat Sekarang) tujuan utamanya agar akses mereka tidak terganggu dan mempermudah alur keluar masuk barang dan Pasukan, selain itu juga pihak Belanda sudah membangun benteng pertahanan Mariana di sekitar Sungai Jawi (Wierjawie) sehingga benteng tersebut membatasi 25 % Pelabuhan (Sekarang Dwikora) sampai pelabuhan (Sekarangg Pelabuhan Rakyat) Sungai Rengas (Sekarang masuk Kecamatan Kakap),
Sementara akses pelabuhan Kesultanan 75 % operasional (Pelabuhan Dwikora sekarang) kemudian di tambah di Pelabuhan pihak Kesultanan yang memanjang di aliran Sungai Batu Layang hingga, Pelabuhan Senghi dan berakhir di Kuala Mandor (Sekarang masuk Kabupaten Kubu Raya)
Penugasan Panglima / Pangeran ke berbagai daerah
1804 M / 1225 H : Sultan mulai uzur,
Terhitung sejak tahun 1790 M / 1204 H Kondisi Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail terus mengalami penurunan sakit - sakitan, sehingga pada tahun 1804 M / 1225 H bertepan Awal bulan Ramadhan, beliau memanggil anak - anaknya untuk di tugaskan di distrik Perdagangan baik yang ada di Nusantara maupun di luar Nusantara agar penghasilan dan pendapatan Kesultanan Qadriah Pontianak terus meningkat dan tidak mengalami kemerosotan, adapun anak - anak yang beliau panggil adalah :
1.Pangeran Wijaya Kusuma Mas Mangku Tunggal Syarif Van Dherthen Alkadri, bin Sultan Abdurrahman, di tugaskan di Distrik Perdagangan Negara Denhaq Belanda. Ibunya bernama Lia Van Heden binti Van Heden Werjawei. Dinikahi di Belanda pada sekitar tahun : 1778 M, setelah Sultan dinobatkan.
2. Panglima Laksamana II Syarif Abu Bakar Alkadri bin Sultan Abdurrahman, tetap menangani Distrik Perdagangan Negara Tiongkok di Tibet Cina. Keturunan Beliau berkembang di Wu Han China. Mempunyai 7 anak , 4 putra dan 3 putri.
3. Pangeran Tuanku Syarif Hamid Alkadri bin Sultan Abdurrahman, Muara Angke Jakarta, tetap menangani Distrik Perdagangan Wilayah Batavia VOC Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta . Belakangan 2 saudara sepupunya, : Syarif Ali dan Syarif Maulana Malik bin Abubakar Panglima Laksamana I, yang lahir di Segeram, menyusul ke Batavia, menetap hingga wafatnya.
4. Pangeran Tengku Syarif Muhammad Barnana Alkadri, adik kandung Pangeran Tengku Hadikarya Wijaya Kusuma Syarif Muhammad Safaruddin Najamuddin Alkadri, tetap menangani perdagangan Distrik Negara Aceh Darussalam di Pide Aceh dan seluruh Kepulauan Sumatra
5. Pangeran Hadikarya Wijaya Kusuma Syarif Muhammad Safaruddin Najamuddin Alkadri tetap menangani Perdagangan Distrik Wilayah Borneo Selatan, Borneo Tengah Borneo Timur
6. Panglima Hitam Paku Alam Syarif Ibrahim Bin Panglima Laksamana I Syarif Abu bakar Alkadri di minta menangani Distrik Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Batam, Pangkal pinang, Natuna dan Pulau - Pulau Sekitarnya, termasuk Negara Singapura, Thailand dan Myanmar . Syarif Ali dan Syarif Maulana Malik yang ke Batavia, adalah adik beliau ini dari satu ibu, bernama Syarifah Aminah binti Abdullah Alidros asal Trengganu. Makam nya ditemukan di Segeram Natuna Pulau Tujuh.
7. Pangeran Mas Mangku Hadikarya Syarif Muhammad Yusuf Alkadri menangani Perdagangan Distrik Wilayah Kepulauan Sulawesi
8. Pangeran Cakra Syarif Muhammad Abdullah Alkadrie di tugaskan untuk menangani wilayah Perdagangan Distri Kepulauan Papua, NTB dan NTT
9. Pangeran Mas Mangku Syarif Abu Musa Alkadri di Tugaskan di Distrik Perdagangan Wilayah gugusan pegunungan gunung Salak dan wilayah Jawa Barat, salah satu cicit perempuan Beliau Raden Ayu Syarifah Fatimah Alkadri menikah dengan Raden Temenggung Jaya Suryo Senopati Sayyid Abas bin Zein Alkadri, Keturunan dari Syarif Abdullah Tumenggung Banten bin Abubakar Panglima Laksamana I, makam lereng Gunung Salak
10. Panglima Syarif Abdullah Alkadri Tumenggung Banten Bin Panglima Laksamana I Syarif Abu Bakar Alkadri tetap di Wilayah Distrik Kesultanan Banten dan sekitarnya, Pangeran Mas Mangku Syarif Abu Musa Alkadri bin Sultan Abdurrahman adalah sepupu beliau ini.
11. Panglima Mas Mangku Syarif Hidayatullah Alkadri di tugaskan di Distrik Wilayah Perdagangan Lampung dan Palembang
12. Pangeran Syarif Shaleh di tugaskan di Distrik Wilayah Perdagangan Negara Brunaidarussalam . Pangeran Cakra Syarif Shaleh Bin Sultan Abdurahman Alkadri., memiliki 4 anak laki - laki dan 3 Perempuan Salah Satu Anak laki - laki bernama :
37. 3. 765. 2.78. 44. Pangeran Cakra Syarif Abdurahman Said Alkadri. DATO BIHA , istri Rumainah Binti Muhammad Arsyad Albanjari., Yang menentang Belanda dari Pontianak hingga ke Banjar dan menetap di Sei Banar Amuntai dikenal sebagai DATO BIHA, Borneo Selatan.
13. Pangeran Tunggal Syarif Usman Ali Alkadri di tugaskan di Distik Perdagangan Negara Malaysia Belawan, Blangetan, Trengganu, Kucing, Sarawak, Tawau, Sabah Malaysia Timur dan Barat
14. Panglima Syarif Muhammad Yusuf Alkadri di tugaskan di wilayah Distrik Ketapang, Kayong, Sambas, Singkawang
15. Panglima Laksamana Berdarah Dingin Syarif Muhammad Effendi Alkadri di tugaskan di distrik Sanggau, Sekadau, Melawi, Sintang, Kapuas Hulu dan Putu Sibau
16. Panglima Mangku Syarif Abdullah Alkadri di tugaskan di Distrik Perdagangan Wilayah Landak, Bengkayang, Darit, Ngabang, Mandor dan sekitarnya
17.Panglima Muda Syarif Almutahar Alkadri adik kandung Syarif Abu Musa Alkadri di tugaskan di Distrik Wilayah Perdagangan Jawa Timur
18. Pangeran Muda Syarif Syahab Alkadri adik kandung Pangeran Tinggi Al-akbar Syarif Alwi Alkadrie Solo di tugaskan juga di Jawa Tengah
19. Panglima Jubah Putih Syarif Yusuf Alkadri Bin Panglima Laksamana I Syarif Abu bakar Alkadri di tugaskan di Distrik Perdagangan Wilayah Bali, sehingga melahirkan keturunan di Bali. Cucu Beliau dikenal sebagai Syarif Tue, Abdullah bin Yahya Maulana Alkadri bin Yusuf bin Abubakar I,
Demikian ada 19 Distrik Wilayah Perdagangan yang di kirim Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie, sehingga Kesultanan Qadriah Pontianak terkenal sebagai pusat perdagangan di Asia, selain itu juga terkenal sebagai Kesultanan yang besar di pulau Borneo Barat (Kalimantan Barat) saat itu dan merupakan satu - satunya Kesultanan yang mampu membuka akses perdagangan yang sangat luas di saat itu, sehingga Kesultanan Qadriah Pontianak satu - satunya menjadi pusat perdagangan yang besar di Kalimantan Barat saat itu
Wafatnya Sultan Abdurrahman
Pada hari Isnin 3 Muharam 1229 H / 1808 M
Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail Bin Sayid Husein Alkadrie Jamalullail berpulang Kerahmatullah, yang sekaligus mengakhiri perjalanan dan perjuangan hidup Beliau yang sangat gigih dan Ulet
Sehingga tidak satupun Sultan - Sultan dari anak cicit Beliau yang mampu mengikuti jejak - jejak Beliau, sehingga Sultan - Sultan berikutnya yang berkuasa terus mengalami penurunan demi penurunan bahkan tidak satupun para Sultan berikut mampu Go Internasional dalam Sistem Perdagangan dan membesarkan Kesultanan Qadriah Pontianak, selain hanya Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail sebagai Pendiri Kesultanan Qadriah Pontianak
Semoga Manaqib ini mampu membangkitkan semangat juang anak cicit Beliau saat ini
Amin
MAKTAB NANGQ 1857
Dewan Pimpinan Pusat Pontianak
Kantor Lembaga Pemeliharaan Dan Statistik Sejarah Ahlulbait Rasulullah Saw
MAKTAB NANGQ 1857
Dewan Pimpinan Pusat Pontianak
Kantor Lembaga Pemeliharaan Dan Statistik Sejarah Ahlulbait Rasulullah Saw
BAGIAN I
SAYYID HUSEIN DAN ANAK KETURUNAN BELIAU
١٧٧١ م - ١٨٠٨ م
مكتب نانغق ١٨٥٧ م
فنغرن بنداحر شريف حفر بن صلطان حمد ١ القدرة جمالليل
دكمين سجره كصلطانن فنتيانك نحن ١٨٨٤ م درس فنغرن بنداحر احمد بن صلطان عبدالرحمن القدري جمالليل
شريف عبدالرحمن القدري جمالليل لحير : مطان، ١١ محترم ١١٥١ ه دن وفط : بتو لينغ فنتيانك، ٤ محرم ١٢٢٩ ه دلم اوسياه ٧٨ تحون دي فنتيانك
ايه بليو :حبي حسين القدري جمالليل دري ابوند : اوطين جندرمدي انو ني طوال بنت صلطان محمد زينوالدين مكان دري اشتري دياء مطان
سحنغ فروكن اتو وجه صلطان شريف عبدالرحمن القدري جمالليل ابدا رس وجه دياك
صلطان شريف عبدالرحمن القدري جمالليل ادله انك كتغ دري ٤ برسودارا يءيتو :
١. شريفه الجديزه القدري جمالليل بن سيد حسين القدري جمالليل
٢. شريف علوي القدري جمالليل توازن بوجنغ
٣. صلطان شريف عبدالرحمن القدري جمالليل بن سيد حسين القدري جمالليل
٤. سريفه الزحرا القدري جمالليل بن سيد حسين القدري جمالليل
مريك بر ٤ سموني لحير دي ماطن سكرنغ مسوك كبوفتين كيتقنغ فرفينسه كليمناتان برت اتو فولو برنيا
سيتيله حيل حسين القدري جمالليل حزره كممفه اتس فرمنت عان افو ضياينغ منمابون كرجان ممفوه
اولين بليو بلون مننغفي قرمنتاان ترسبوة
سيتيله اداين فريستو فمبونوحان ينغ دايلكوكات سله سنو نحكد كى صلطان
تير حداف سله سنو نحكد احمد دي فنيس بيباس شريف حسين القدري جمالليل اتس تودوحان غير سيلنغكوحان
كرينا تيدك ابدا بوكتاي ينغ ممبيرتكن سيحنغ نحكدا احمد حروس دي بيبسكن داري تودوحان ترسيبوة
كيموديان نحكدا احمد دي انتر حنغ دي تينغاه لوت، نامون سينغ فسوكان كي صلطانن ممبونه نحكدا احمد ترسيبوت
كيموديان فسوكان ممفتناه صلطان ينغ ميميرنتاحكن اونتوك ممبونه نحكدا احمد
MANAQIB KESULTANAN QADRIAH PONTIANAK SULTAN SYARIF ABDURRAHMAN ALKADRI JAMALULLAIL 1151 H - 1229 H
((Dalam 2 Texs., Texs asli dalam Tulisan Arab Melayu Kuno dan dalam Texs Bahasa Indonesia yang telah di sempurnakan., Mohon maaf jika dalam Texs Bahasa Indonesia tidak sesuai dengan Texs Arab Melayu di atas))
MAKTAB NANGQ 1857
Pangeran Bendahara Tua Syarif Ja'far Bin Sultan Abdul Hamid (Hamid I) Alkadri Jamalullail
Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail Bin Sayid Husein Alkadrie Jamalullail Mufthi Mempawah Beliau :
Lahir : Matan, 7 Juhizah 1151 H dan
Wafat : Pontianak, 03 Muharam 1229 H
Dalam Usia 78 Tahun
Di makamkan : Di Batu Layang (Sekarang Jalan Katulistiwa Kelurahan Siantan Kecamatan Siantan Timur Kota Pontianak Kalimantan Barat)
SAYYID HUSEIN DI MATAN
Ayahnya Bernama : Imam Mpawah Sayid Husein Alkadrie Jamalullail Bin Sayid Ahmad Alkadri Jamalullail (Makam Kampung Galah Herang Sejegi Desa Sejegi Kecamatan Mempawah Timur Kabupaten Mempawah (Pemekaran dari Kabupaten Pontianak Pemekaran Tahun 2000)
Ibunya Bernama : Utien Chandramidi di kenal sebagai Utien Cabanat / Nyai Tua atau Istri tertua yang ada di Kalimantan Barat) Bin Sultan Muhammad Jainuddin Matan dari Istri Daya Matan
Sehingga tidaklah mengherankan jika Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail memiliki postur tubuh yang juga ada kemiripan dengan Etnis Suku daya sekalipun hanya berkisar 50 % akan tetapi keturunan berikutnya sudah kombinasi karena percampuran dari berbagai etnis suku, ras, golongan dan bangsa.,
Sehingga postur tubuh dan wajah tidak bisa lagi di jadikan sebagai patokan bahwa anak cicit Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail harus seperti Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail atau Ayahnya Sayid Husein Alkadrie Jamalullail
Dari ibunda Nyai Tua Utin Chandramidi beliau memiliki beberapa saudara kandung dan Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail merupakan anak ke 3., diantaranya adalah :
1. Syarifah Khodijah Alkadrie Jamalullail
2. Syarif Alwi Alkadrie Jamalullail (Tuan Bujang tidak punya istri dan tidak punya anak)
3. Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail., Sultan Pertama Qadriah Pontianak dan Pendiri Kesultanan Pontianak (1778 M - 1808 M)
4. Syarifah Zahara Alkadrie Jamalullail
Sayid Husein Alkadrie Jamalullail pertama kali di Kalimantan Barat Borneo Barat beliau menetap dan menjadi Mufthi Kesultanan Matan., Ketika Raja Mempawah Opu Daeng Manambon mengirim Surat dan menawarkan agar., Rencana semula untuk menjadi Mufthi Mempawah., Dalam hal ini Beliau tidak memberijawaban mengiyakan atau tidak..
Ketika Nahkoda Ahmad di terpa Fitnah oleh orang - orang yang tidak senang dengan Beliau., Maka Sayid Husein Alkadrie Jamalullail di minta untuk menyelesaikan perkara tersebut., Karena tuduhan tersebut tidak cukup bukti., Sehingga Nahkoda Ahmad di ponis Bebas.,
Kemudian Beliau di perintahkan keluar dari Kesultanan Matan di kawal dengan pasukan Kerajaan.,
Akan tetapi ketika sudah sampai di tengah Laut Nahkoda Ahmad di bunuh oleh Pasukan Kerajaan
Karena di dalam rombongan pasukan ada pelaku yang memfitnah sehingga dia berhasil menghasut pasukan yang lain dengan mengatas namakan Raja.,
padahal Sultan tidak ada memerintahkan untuk membunuhnya
Mendengar kejadian tersebut Sayid Husein Alkadrie Jamalullail merasa tidak senang atas tindakan yang di lakukan Pasukan Kerajaan
Maka Ketika salah satu Rombongan dari Kerajaan Mempawah bersilaturahmi., Sayid Husein Alkadrie Jamalullail menitip pesan bahwa beliau sudah siap untuk menjadi Mufthi di Kerajaan Opu Daeng Manambon
فدا سعت حجره دري كصلطانن ماتت سيد حسين القدري جمالليل منغجوكن سورت فنغوندورن دير كفدا صلطان دان صلطان مناتن لكن فيرمحانان تيرسيبوت
مينورت دوك مين مكتب نانغق ١٨٥٧ دوان فمفمنان فوساة
بيايو حزره دري كي صلطانن ماتن
سات ايتو شريف عبدالرحمن القدري جمالليل تيله برت سيا ٨ تحون ارتني سيد حسين القدري جمالليل سوده برتوغس سيلم ١٢ تحون كينا ١٧٢٧م - ١٧٣٩ م
شريف عبدالرحمن القدري جمالليل تيرماس ك انك ينغ جيردس كرينا فاد عوسيا سيفرتاي ايتو بيلوو
بيليو سيرنغ ميمبنتو مينجولكن برنغ دغنغن ايانه سيد حسين القدري جمالليل بيرسما ابنغ كندونغي شريف علوي القدري جمالليل
ينغ سوداه بيراسيه ١٥ تحون
سوداه سيرنغ ميلكوكان فيرجلنان وجه ميمبنتو مينجولكن برنغ دغنغن ايحني سيد حسين القدري جمالليل
بيرسما سودره كندونعني شريف علوي القدري جمالليل ينغ سوده بيراوسيه ١٥ تلجون
ساعات خطره كي فنمباحن عفو دينغ منمابين كيرجان ميمفوه سيد حسين القدري جمالليل ميمبوا سيموت انك - انك بيليو سله ستوني ادله : ٥ شريف علوي بكر القدري جمالليل ابونده عوطان كرينجي سريكندي ينغ كيلك دي انغكت مينجادي فنغليم دي كيصلطانان فنتيانك
Pada saat pengunduran diri dari Kesultanan Matan, Sayid Husein Alkadrie Jamalullail mengajukan surat pengunduran diri sebagai penasehat Kesultanan (Mufthi Kesultanan Matan)
Saat itu Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail berusia 8 tahun, artinya Sayid Husein Alkadrie Jamalullail sudah bertugas kurang lebih 12 tahun sebagai Mufthi Kesultanan Matan 1727 M
(1727 M - 1739 M)
Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail termasuk anak yang cerdas karena di usia seperti itu
Sudah sering melakukan perjalanan yang jauh dalam membantu menjualkan barang dagangan ayahnya bersama saudara kandungnya Alwi yang sudah berusia 15 tahun
Saat hijrah ke Penambahan Kerjaan Mempawah Opu Daeng Manambon Sayid Syech Abu bakar Aldeni Qaulan Jazirah, Sayid Husein Alkadrie Jamalullail membawah semua anak - anaknya termasuk anak istri yang lain salah satunya adalah : 5. Syarif Abu bakar Alkadri Jamalullail Ibunda Utin Crinci Srikandi (Nyai Tengah) yang kelak menjadi Panglima Pertama di Kesultanan Pontianak
أكن تيتاف سورت فنغوندورن ديرني ديتولك اولي صلطان مناتن دينغن السان سيد حسين القدري جمالليل مساي سنغات ديفرل كن
كيموديان سيد حسين القدري جمالليل بيركتا بحو توجوان اوتامني دتنغ كي برني برة ادله اونتك ميمينوحي اوندنغن فنمباحن كيرجان ميمف ه اوفو دينغ منمبنغ
مك سيد حسين القدري جمالليل منغورنغكان كيفيندحاني اونتك بيبيرفا تحون
تيفت تنغغل ٨ موحرم ١١٦٠ ه اتو ٢٠ جنوري ١٧٤٧ م سيد حسين القدري جمالليل منغوندوركن دير كرن سوداء تيدك جوجل ك لغي دغنغن كيرجان
بيليو كيموديان مينيتف دي كمفونغ غله حيرنغ سيجيغ ميمفا ه كيحدرن بيليو بيسرتا سانك سودره دي سمب وت ركيت كيرجان افو دينغ منمبنغ دينغن فينوه رسا سوكا جيتا
Akan tetapi surat pengunduran dirinya di tolak oleh Sultan Matan dengan alasan Sayid Husein Alkadrie Jamalullail masih sangat diperlukan
Kemudian Sayid Husein Alkadrie Jamalullail berkata bahwa tujuan utamanya datang ke Borneo Barat adalah untuk memenuhi undangan Penembahan Kerajaan Mempawah Opu Daeng Manambon
Maka Sayid Husein Alkadrie Jamalullail mengurungkan rencana ke pindahannya untuk beberapa tahun
Tepat tanggal 8 Muharam 1160 H atau 20 Januari 1747 M., Sayid Husein Alkadrie Jamalullail mengundurkan diri karena sudah tidak cocok dengan Kerajaan
Beliau kemudian menetap di Kampung Galah Herang Sejegi Mempawah., Kehadiran beliau beserta sanak saudaranya di sambut Rakyat Kerajaan Opu Daeng Manambon dengan penuh suka cita
سيد حسين القدري جمالليل سيبينرني ميميليكي ٤٢ اءرنغ انك دري ١٢ ءرنغ استري ٣ استري دي يمن، ١ استري دي بنغلديس، ١ استري دي سنغافورا، ١ استري دي اجيه، ١ استري دي جكرتا بتفي، ١ استري دي سولويسي سيلتان دان ٤ استري دي كليمنتان برة (منقيب سيد حسين القدري جمالليل تيرسينديري)
٢ استري ميروفكن سودرا كندونغ دي نيكهي سيتيله ككك كندونغني مينينغغل دوني يايتو نيي توا اتو اوطن جندرميدي/ اوطين كبناة ايميله ديا متان كبينيةبه
توجوان اوتما اداه اعرف موده مروت ينغ مسيه كيجل مك دينكحكنله دغنغن لديك كندونغني دري لان ابو سيتياه ٧ بلون دري وفتني يايتو اوطن كرنجيسريكندي نيء تينغه ، سيدنغكن ٢ استري ينغ لءن دي نيكهي دي ميمفوه يءيتو نيء كيسوماسري اتو نيء موده كيتسكا بسركونجونغ دي كيرجان يغيكرته ينغ مسه كيتورونان حمنغكوبو ن اجر فيرنيكحن دي ادكن ٢ تيمفت دي كيرجان يغيكرةا دان ميمفوه
سيدنغكن استري تيركحير دينيكهي اداه نيء فيرنع نيء بونغسو ينغ دينيكهي دي ميمفوه
ISTRI - ISTRI SAYYID HUSEIN
Sayid Husein Alkadrie Jamalullail sebenarnya memiliki anak 42 orang dari 12 orang istri., 3 istri berada di Yaman, 1 istri di Banglades, 1 istri di Singapura, 1 istri di Aceh, 1 istri di Jakarta Batavi, 1 istri di Sulawesi Selatan dan 4 istri berada di Kalimantan Barat (Manaqib tersendiri)
2 istri yang merupakan saudara kandung, di nikahi setelah kakak kandungnya meninggal dunia yaitu Nyai Tua atau Utien Chandramidi/ Utien Cabanat (istilah daya Matan Cabenetbo)
Tujuan utama agar mudah merawat anak yang masih kecil maka di nikahkanlah dengan adik kandung dari lain ibu setelah 7 bulan dari wafatnya yaitu Utin Crinci Srikandi atau Nyai Tengah, sedangkan 2 istri yang lainya di nikahi di Mempawah yaitu.
Nyai Kesumasari (Nyai Muda) ketika beliau berkunjung di Keraton Yogyakarta masih keturunan dari Kesultanan Yogyakarta, acara pernikahannya di adakan di 2 tempat di Keraton Yogyakarta dan Mempawah ( Dalam catatan lain disebutkan berasal dari Kesultanan Sanggau )
Sedangkan istri terakhir yang di nikahi adalah Nyai Piring atau Nyai Bungsu yang di Nikahi di Mempawah
دلم اوسيه ينغ ريلتيق مودا شريف عبدالرحمن القدري جمالليل سيرنغ ميمبوكن برنغ - برنغ دغنغن ايهني حنغغا دي لور كليمنتان برة
سيحينغغا تيربيسا مينوركن دان ميمسركن برنغ دغنغني سيمينتر اديكني شريف عبو بكر القدري جمالليل جيغ تيربيس اكوت مينوركن برنغ - برنغ دغنغن
كرين سيرنغ كيلور احرني رجا افو دينغ منمبنغ سيد سكح عبو بكر الدن قولن ججيره مينيرنكن مريكا برتيغ اونتك بيلجر اله كنو رغن لنغسونغ دي فمفين افو دينغمنمبنغ سيبغي فيلتحني ، سيجك اتو ميريكا بيرتيغا سيرنغ كي بوكية رما اونتوك بيلجر اله كنو رغن، تيرنت مركا بيرتيغا دلم اله كنو رغن ميميليكي ديا تريك ينغ بيربيدا ، سيحنغغا دلم بيلجر فون ميريكا ديقيسهكن
Dalam usia yang relatif masih muda Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail sering membawakan barang - barang dagangan ayahnya hingga di luar Kalimantan Barat.,
sehingga terbiasa menawarkan dan memasarkan barang dagangannya., sementara adiknya Syarif Abu bakar Alkadri Jamalullail juga terbiasa ikut menawarkan barang - barang dagangan
Karena sering keluar akhirnya Raja Mempawah Opu Daeng Manambon Sayid Syech Abu bakar Aldeni Qaulan Jazirah menyarankan mereka bertiga untuk belajar olah Kanu ragan langsung di pimpin Opu Daeng Manambon sebagai pelatihnya, sejak itu mereka bertiga sering ke Bukit Rama untuk belajar olah Kanu Ragan , ternyata mereka bertiga dalam olah Kanu ragan memiliki daya tarik yang berbeda, sehingga dalam belajar pun di pisahkan
سيلما ميريكا بيرتيغ بيلته، ميريكا ميندفة غبار دري رجا غييتا افو دينغ منمبين دينغن سيد سيكح عبو بكر الدين قولن ججيره دينغن غيلر مسينغ - مسينغ :
١. فنغيرن جكر بونا شريف عبدالرحمن القدري جمالليل (ينغ كيلك مينجدي صلطان شريف عبدالرحمن القدري جمالليل فينديري دان صلطان فيرتما كيصلطانان قدريه فنتيانك)
٢. فنغليم وكى شريف عبو بكر القدري جمالليل (ينغ كيلك مينجدي فنغليم فيرتم كيصلطانان قدريه فنتيانك دينغن غيللر فنغليم لكسمن ١)
٣. فنغيرن بوجنغ شريف علوي القدري جمالليل (توم بوجنغ ينغ كيلك مينجدي دان ديانغكة سيبغي فينسيجة فيرتم (موفتا فيرتم كيصلطانان قدريه فنتيانك), صلطان شريف عبدالرحمن القدري جمالليل سينغج مينغغكة ابنغ كندونغي سيندري كرين دي انغغف ليبه فحم دان مينغيرت فريبدي، سيفة دان كركتير ديرني، سيبب شريف علوي القدري جمالليل (تون بوجنغ تيرمسوك ست -ستني ابنغ كندونغ ينغ سنغة مينيينغي ادكني شريف عبدالرحمن القدري جمالليل) ، سيبب ايت كيتسكا مينجدي صلطان سيبغي فينسيحة كيصلطانان فنتيانك شريف عبدالرحمن القدري جمالليل مينونجوك ابنغ كندونغني سيبغي فينسيحةني دينغن غيلر فنغيرن تون بوجنغ
GELAR DARI RAJA OPU DAENG MANAMBON
Selama mereka bertiga berlatih, mereka mendapat gelar dari Raja Mempawah Opu Daeng Manambon Sayid Syech Abu bakar Aldeni Qaulan Jazirah dengan gelar masing - masing :
1. Pangeran Cakrabuana Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail (yang kelak menjadi Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail Pendiri dan Sultan Pertama Kesultanan Qadriah Pontianak)
2. Panglima wakkar Syarif Abu bakar Alkadri Jamalullail (yang kelak menjadi Panglima Pertama Kesultanan Qadriah Pontianak dengan gelar Panglima Laksamana I)
3. Pangeran Bujang Syarif Alwi Alkadrie Jamalullail
(Tuan Bujang yang kelak di angkat menjadi Penasehat Pertama (Mufthi Pertama Kesultanan Qadriah Pontianak, Sultan Abdurrahman Alkadrie Jamalullail sengaja mengangkat Abang kandungnya sendiri karena di anggap lebih paham dan mengerti pribadi, sipat dan karakter dirinya, sebab Syarif Alwi Alkadrie Jamalullail (Tuan Bujang termasuk satu - satunya Abang kandung yang sangat menyayangi adiknya Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail dan paling mengerti karakter adiknya Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail)., Sebab itu ketika menjadi Sultan sebagai Penasehat Kesultanan Pontianak Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail menunjuk Abang Kandungnya sebagai Penasehatnya dengan gelar "Pangeran Tuan Bujang"
PERNIKAHAN SAYYID ABDURRAHMAN JAMALULLAIL
Setelah genap usia 18 tahun Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail, Beliau di jodohkan dengan Putri Utin Chandramidi Binti Opu Daeng Manambon Sayid Syech Abu bakar Aldeni Qaulan Jazirah
Dari perjodohan tersebut pihak Putri Utin Chandramidi menolak dengan halus dengan memberikan persyaratan yang sangat memberatkan pihak laki - laki
Adapun persyaratan yang di minta Langsung dari Putri Utin Chandramidi adalah :
Tujuh Petih Emas dimana di dalamnya sudah lengkap dengan perhiasan Intan, Sayid Husein Alkadrie Jamalullail dan Opu Daeng Manambon Sayid Syech Abu bakar Aldeni Qaulan Jazirah yang mendengar permintaan dari Putri Utin Chandramidi hanya tersenyum saja,
sementara Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail emosi dengan memberikan jawaban sebagai berikut :
"Jika Saya dapat memenuhi Syarat tersebut, maka saya akan menikahi Utin Chandramidi dan akan memiliki 101 anak, dan jika Utin Chandramidi tidak dapat memberikan 101 anak, jangan salahkan jika Saya menikahi perempuan lain untuk memenuhi Syarat tersebut dan ini adalah Najar saya yang tidak bisa terbantahkan"
Mendengar ucapan tersebut Utin Chandramidi wajahnya memerah dan ingin minta bela dengan ayahnya Opu Daeng Manambon
Akan tetapi Ayahnya Opu Daeng Manambon Sayid Syech Abu bakar Aldeni Qaulan Jazirah justru mengaminkan ucapan Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail
Sehingga dengan rasa emosi Utin Chandramidi juga bernazar
"Jika Saya meninggalkan Dunia nanti saya tidak akan di makamkan di dekat makam Ayahnya dan tidak juga di makam Suaminya Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail, melainkan minta di makamkan di mana Bapak mertuanya Sayid Husein Alkadrie Jamalullail di makamkan"
Maka sebab itulah
Makam Utin Chandramidi tidak di makamkan di Batu Layang bersama Suaminya Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail dan tidak juga di makamkan di Sebukit Rama Makam Opu Daeng Manambon Sayid Syech Abu bakar Aldeni Qaulan dan tidak juga di makamkan di pemakaman keluarga Keraton Amantubilah Samping kiri Keraton
Melainkan Utin Chandramidi di makamkan di Galah Herang di lokasi Pemakaman Sayid Husein Alkadrie Jamalullail dan berdampingan dengan makam Sayid Husein Alkadri Jamalullail, Sebelah kirinya dengan jarak 1 M makam istri Sayid Husein Alkadrie Jamalullail yaitu Nyai Tua Utin Chandramidi atau Utin Cabanat (Cabenetbo pangilan istilah daya Matan)sedangkan samping kanan berjarak 2,5 M makam Putri Utin Chandramidi Binti Opu Daeng Manambon Sayid Syech Abu bakar Aldeni Qaulan Jazirah
Nazar atau Sumpah Utin Chandramidi juga di aminkan ayahnya sendiri Opu Daeng Manambon, Karena tujuan utama yang terpenting Nasabnya anaknya Utin Chandramidi tidak terputus karena sekalipun beliau mengunakan nama samaran Opu Daeng Manambon tetapi Beliau mengetahui jati dirinya
Beliau yang sebenarnya, Sebab Sayid/Syarif atau WAN saat itu masih langka, sedangkan beliau tidak ingin menikahkan anaknya yang tidak sekufu, di pilihnya Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail karena pribadinya yang pemberani, tegas dan jujur serta memiliki tanda - tanda bahwa suatu saat Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail juga akan menjadi seorang Sultan
سيد حسين القدري جمالليل ادله موفته فيرتم كيرجان ميمفوه كرين سيبيلومني ميمنغ بلوم دي انغكة سيارنغ موفته سيجر ريسمي،
مينوروة جتاتان مكتب ننقق ١٨٥٦ دوان فمفمنان فوسة
سيكح محمد الفتن سيبينرني بوكناه سيعىنغ مفته نمون بيرفيرن سيبغي فردن مينتري كيرجان سعة ايت، اكن تيتفي ببرف جتتن ككي بليو جوغ بيس ممبيري نصيحة سحنغغا ادا ينغ مينغتكن بليو جوغ سيبغي مفته
فرنيكحن شريف عبدالرحمن القدري جمالليل دنغن فتري اوتن جندرمدي دي لكسنكن حر اسنان ٢٧ رجب ١١٦١ ه - ١٧٤٨ م ستيله دي بري جرك ومن ٤ بولن انتك ممفرسيفكن برنغ انترن ترمسوك ٧ فت امس
اجر فستا فرنكحن دي لكسنكن سيلما ٧ حرب ٧ ملم برتورت - تورت دنغن منغندنغ سمو صلطان دان رجا ينغ ادا دي برني برة ترمسوك كيصلطانن ريو، برناي، ترنغغنو، مليسي، كوجنغ، سروك،
بمجرد برني برني سلتن دان ترمسوك كرتينيغر برني تم فتر دان كيصلطانن يغيكرت جو تنغه سععت اين
ترديسه ٢ مرغافون دي جديكن فغلرن يات مرغا القدري دان مرغا بوغيس (ينغ دي دلمني سوده ترمسوك مرغا الادني قولن ججيره) سيحنغغا ادا فرسمان دنغم ترديس ترسبوة، تتف ركية جلت (استله سععت ايت ) دان عرنغ - عرنغ كرجان تدك فحم دنغن ترديس ترسبوت كرن دانغغف بروح سععت ايت ، تتف ينغ جسلس كينتل دنغن الاسلم
Sayid Husein Alkadrie Jamalullail adalah Mufthi Pertama Kerajaan Mempawah karena sebelumnya memang belum di angkat seorang Mufthi secara resmi,
Menurut catatan MAKTAB NANGQ 1857 Dewan Pimpinan Pusat,
Syech Muhammad Alfatani sebenarnya bukanlah seorang Mufthi namun berperan sebagai Perdana Menteri Kerajaan (wakil raja) saat itu, namun beberapa catatan kaki beliau juga biasa memberi Nasehat sehingga ada yang mengatakan beliau sebagai Mufthi
PERNIKAHAN ABDURRAHMAN DENGAN UTIN CHANDRAMIDI : 1748 M
Pernikahan Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail dengan Putri Utin Chandramidi di laksanakan hari Isnin 27 Rajab 1161 H - 1748 M setelah di beri jarak 3 bulan untuk mempersiapkan barang antaran termasuk 7 Petih Emas
Acara pesta pernikahan di laksanakan selama 7 hari tujuh malam berturut-turut dengan mengundang semua Sultan dan Raja yang ada di Borneo Barat termasuk Kesultanan Riau, Brunai, Trengganu, Kesultanan Kerajaan Malaysia yang berada di Kucing Serawak, Kerajaan Banjar Borneo Selatan dan termasuk Kerajaan Kertanegara Boeneo Timur dan Kesultanan Susunan Yogyakarta Jawa Tengah saat itu
Tradisi 2 Marga pun di jadikan Pagelaran yaitu marga Alkadri dan marga Bugis Luwu (yang di dalamnya sudah termasuk Marga Aladeni Qaulan Jazirah) sehingga ada persamaan dengan tradisi tersebut, tetapi rakyat Jelata (istilah saat itu) dan orang - orang Kerajaan tidak paham dengan Tradisi tersebut karena di anggap baru saat itu, tetapi yang jelas sangat kental dengan Nuansa Islami
دري حسيل فيرنيكحن دنغن فتري اطن جندرمدي (رتو ممفوه) بنتي افو دينغ منمبن سيد سكح عبو بكر الدين قولن ججيره كيدوني مميلكي ٤ ارنغ انك لكي - لكي دان ٣ ارنغ انك فرمفون ، سله سنو انك كدوني اداله
شريف كاسيم القدري جمالليل ينغ كلك منجدي رجا كي ٣ فنينمبحن كرجان ممفوه ( ١٧٨٧ م - ١٨٠٨)
منغنتيكن غاستي جمرل (١٧٦١ م - ١٧٨٧ م)
دان صلطان كي ٢ كصلطانان قدريه فنتيانك منغنتكن ايهني سلطان شرب عبدالرحمن القدري جمالليل (١٧٧٨ م - ١٨٠٨ م)
شريف قاسيم القدري جمالليل منجدي صلطان كي ٢ قدريه فنتيانك (١٨٠٨ م - ١٨١٩ م)
سحنغغا سات ايت شريف قاسيم القدري جمالليل دي جولوكي فنغوس ٢ كي رجان يايت (١٧٨٦ م - ١٨٠٨ م) فنمبحن كي رجان ممفوه دندان (١٨٠٨ م - ١٨١٩ م) كي صلطانان قدريه فنتيانك
PANEMBAHAN SYARIF KASIM
Dari hasil pernikahan dengan Putri Utin Chandramidi (Ratu Mempawah) Binti Opu Daeng Manambon Sayid Syech Abu bakar Aldeni Qaulan Jazirah keduanya memiliki 4 orang anak laki-laki dan 3 orang anak Perempuan salah satu anak keduanya adalah
Syarif Kasim Alkadrie Jamalullail yang kelak menjadi Raja ke 3 Penembahan Mempawah (1787 M - 1808 M)
Menggantikan Penembahan Kerajaan Mempawah Gusti Jamiril (1761 M - 1787 M) dan
Sultan ke 2 Kesultanan Qadriah Pontianak menggantikan ayahnya Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail (1778 M - 1808 M)
Syarif Kasim Alkadrie Jamalullail menjadi Sultan ke II Qadriah Pontianak (1808 M - 1819 M)
Sehingga Syarif Kasim Alkadrie Jamalullail saat itu di juluki Penguasa 2 Kerajaan (1787 M - 1808 M) Kerajaan Penembahan Mempawah dan (1808 M - 1819 M) Kesultanan Qadriah Pontianak
ستله افو دينغ منمبنغ سيد سيكح عبو بكر الدين قولن ججيره وفة ١١٧٤ ه - ١٧٦٤ م، مك غستاي جمرل دي عنغكة سيد حسين القدري جمالليل منجدي انك انغكتني ينغ سات ايت مسه منجدي رجا كجل فنمباحن كيرجان ميمفوه
كمودين فدا تحن ينغ سم غستاي جمرل دي نبتكن سيبغي رجل ممفوه دنغن سمفه دان فنبتان دي بجكن اله ممطيه ممفوه سعيد حسين القدري جمالليل (١٧٦٤ م - ١١٧٤ ه) دنغن دمكين ستتوسني سيبغي رجل كجل ١٧٥٢ م - ١٧٦٣ دي نبتكن تدك لغي دي فنغسيكن
دان منجدي رجا فنمباحن كي رجان ممفوه سعوتحني، دنغن غلر فنمباحن عديوجيا كسوم كي رجان ممفوه كي ٢ (١٧٦٣ م - ١٧٨٦ م)
حمفر ٦ ثحان غستاي جمرل ممفان كي رجان ممفوه كمديان سيد حسين القدري جمالليل بر سية اغير كتك درني سوده مننغغل
مك بليو ممنتا اغر سغر منغنغكة مفطه كي دو يا ايت سيكح علي بن فقه الفتناي دري طيلن ينغ حغ سيبغي فندمفنغ سعيد حسين القدري جمالليل ساة ايت
كرن ستله بليو تبدا، سيكح علي الفطاني له ينغ ليك انتك منغنتكن فسيسيني سبغي مفطيه كي ٢ كي رجان ممفوه مندمفنغي غسطاي جمرل
PANEMBAHAN SYARIF HUUSEIN
Setelah Opu Daeng Manambon Sayid Syech Abu bakar Aldeni Qaulan Jazirah wafat 1174 H - 1763 M., maka Gusti Jamiril di angkat Sayid Husein Alkadrie Jamalullail sebagai anak angkat yang saat itu masih menjadi Raja Kecil Penembahan Kerajaan Mempawah.,
Kemudian pada tahun yang sama Gusti Jamiril di Nobatkan Sayid Husein Alkadrie Jamalullail sebagai Raja Mempawah dengan sumpah dan penobatan di bacakan oleh Mufthi Mempawah Sayid Husein Alkadrie Jamalullail (1763 M - 1174 H) dengan demikian statusnya sebagai Raja Kecil 1752 M - 1763 M di nyatakan tidak lagi di pungsikan
dan menjadi Raja Penembahan Kerajaan Mempawah seutuhnya, dengan Gelar Penembahan Adiwijaya Kesuma Kerajaan Mempawah Ke II (1763 M - 1787 M)
Hampir 6 tahun Gusti Jamiril memimpin Penembahan Kerajaan Mempawah kemudian Sayid Husein Alkadrie Jamalullail berwasiat agar ketika dirinya sudah meninggal,
maka beliau meminta agar segera mengangkat Mufthi Kedua yaitu Syech Ali Bin Faqih Alfatani dari Thailand yang juga sebagai pendamping Sayid Husein Alkadrie Jamalullail saat itu,
karena setelah Beliau tiada, Syech Ali Alfatani lah yang layak untuk mengantikan posisinya sebagai Mufthi ke 2 Kerajaan Mempawah mendampingi Gusti Jamiril
سيد حسين القدري جمالليل وفة فدا حري ربو جم ٠٢.٠٠ فيتنغ ٢ جلحزه ١١٨٤ ه / ١٩ مرة ١٧٦٩ م دنغن اسيا ٦٤ تحان
ارتني وفتني افو دينغ منمبن سيد سكح عبو بكر الدين قولن ججيره (١٧٦٥ م) دنغن سيد حسين القدري جمالليل (١٧٦٩ م) حني برجرك ايه كرنغ ٤ تحان
ستله سيد حسين القدري جمالليل وفة، مكودي لكسنكن فمكمن دي كمفونغ غله حرنغ سجغي كجمتن ممفوه تمر سرتا دي ادكن اجراء تحللن دي ٢ تمفة يا ايت :
١. كمفونغ غله حرنغ ممفوه دان
٢. كيرطان امنتالبالله ينغ جركني ١ كم دري كمفونغ غله حرنغ ينغ سساة اني يده منجدي لكسي فمكمن سيد حسين القدري جمالليل
دي ٢ تمفة ترسبة دي ادكن تحللن سلم ٧ حري برترة - تر ة يسنن، تحللن دان كحتم ال قران سبغيمن ينغ دي اكون فدا سااة افو دينغ منمبن سيد سيكح عبو بكر الدين اجز ه رجا ممفوه كي ١ منغغل
WAFATNYA SAYYID HUSEIN
Sayid Husein Alkadrie Jamalullail wafat pada hari Rabu Jam 02.00 Petang 2 Julhijah 1184 H / 19 Maret 1769 M pada usia 64 tahun,
Artinya wafatnya Opu Daeng Manambon Sayid Syech Abu bakar Aldeni Qaulan Jazirah (1765 M) dengan Sayyid Husein Alkadrie Jamalullail (1769 M) hanya selisih kurang lebih 4 tahun
Setelah Sayid Husein Alkadrie Jamalullail wafat, maka di laksanakan pemakamanya di Kampung Galah Herang Sejegi Kecamatan Mempawah Timur serta di adakan acara Tahlilan di dua tempat yaitu :
1. Kampung Galah Herang Sejegi Mempawah dan
2. Keraton Amantubilah yang jaraknya kurang lebih 1 Km dari Kampung Galah Herang yang saat ini sudah menjadi Lokasi Pemakaman Sayid Husein Alkadrie Jamalullail
Di dua tempat tersebut di adakan selama 7 hari berturut turut Yasinan Tahlilan dan Khataman Al-Qur'an sebagaimana yang di lakukan pada Opu Daeng Manambon Sayid Syech Abu bakar Aldeni Qaulan Jazirah Raja Mempawah Ke I
ستله منغغلني سيد حسين القدري جمالليل ، سيسوي وساة سيد حسين القدري جمالليل ، مك غسطاي جمرل سغر ملنتك سيكح علي بن فقه الفطاني منجدي ممطاه ممفوه كي ٢ فنمباحن كيرجان ميمفوه
سمنترا شريف عبدالرحمن القدري جمالليل سجك منيح دنغن فتري اطن جندرميدي، بليو ترس ملككن فليرن انتك ممبو برنغ دغنغني دي بربغي داره سحنغغا مملكي فنغلمن ينغ سنغة لوس دلم فليرن برسم سودرني علوي دان عبو بكر
Setelah meninggalnya Sayid Husein Alkadrie Jamalullail. Sesuai wasiat Sayid Husein Alkadrie Jamalullail, maka Gusti Jamiril segera melatik Syach Ali Bin Fagih Alfani di nobatkan menjadi Mufthi Mempawah ke II Penembahan Kerajaan Mempawah.,
Sementara Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail sejak menikah dengan Putri Mempawah Utin Chandramidi., Beliau terus melakukan Pelayaran untuk membawa barang dagangan di berbagai daerah, sehingga memiliki pengalaman yang sangat luas dalam pelayaran bersama Saudaranya Alwi dan Abu bakar
سجك منكه تحان ١٧٤٨ م، دنغن فتري اطان جندريمدي حنغغا تحن ١٧٦٤ م، شريف عبدالرحمن القدري جمالليل تله برلير دي لور ممفوه دان كل ر دري برنيا برة دي انترني اداه :
١. فلو جوا، تفتني جوال تنغه (يغيكرته) كمديان شريف عبدالرحمن القدري جمالليل منكه فتري كسومسري بنتي ردن تمنغغم مع وجيا ننغرة مرفكن سله ستو دري كتورونان صلطان حمنغكبونه ساة ايت
دري فرنكحان اين بليو مملكي انك : ١ انك لك - لك يايت شريف عسمان القدري جمالليل (فنغرن رت ) دان ٣ انك فرمفون
PELAYARAN SAYYID ABDURRAHMAN
Sejak menikah tahun 1748 M dengan Putri Utin Chandramidi hingga tahun 1764 M Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail telah berlayar di luar Mempawah dan Keluar dari Borneo Barat di antaranya adalah :
1. Pulau Jawa, tepat tepatnya di Jawa Tengah, (Yogyakarta) kemudian Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail menikahi Raden Putri Kesumasari Binti Raden Temenggung Wijoyo Ningart., Raden Temenggung Wijoyo Ningart merupakan salah satu dari Keturunan Sri Sultan Hamengkubuwono I (1717 M - 1730 M) Pangeran Mas Bendahara Sujono Pangeran Mangku Bumi Bin Sunan Amangkurat IV dari istri Mas Ayu Tejawati, saat itu, (mahar 3 peti Emas yang di berikan Syarif Abdurrahman Alkadrie)
Dari pernikahan ini beliau memiliki anak : 1 orang anak laki - laki sebagai anak tertua yaitu Syarif Usman Alkadrie Jamalullail (Pangeran Ratu) dan 3 anak perempuan.,
شريف عسمان القدري جمالليل انيله كلك منجدي صلطان كي ٣ (١٨١٩ م - ١٨٥٥ م) كي صلطانان قدريه فنتيانك
Syarif Usman Alkadrie Jamalullail inilah kelak menjadi Sultan yang Ke III (1819 M - 1855 M) Kesultanan Qadriah Pontianak
منغنتكن ابنغ كندونغني دري لان ايبوه ، بردسركن وسيلة ايهني صلطان شريف عبدالرحمن القدري جمالليل، اغر منغنغكة فنغرن رتوه سبغي صلطان قدريه فنتيانك
mengantikan Abang kandungnya dari lain ibu, berdasarkan wasiat Ayahnya Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail, agar mengangkat Pangeran Ratu Sebagai Sultan Qadriah Pontianak,
دنغن السن ترسيبوة كرن شريف قاسيم القدري جمالليل يده منجدي رجا فنمباحن كي رجان ممفوه ، اكن تيتفي ستله صلطان شريف عبدالرحمن القدري جمالليل وفة،
Dengan alasan Karena Syarif Kasim Alkadrie Jamalullail sudah menjadi Raja Penembahan Kerajaan Mempawah, akan tetapi setelah Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail wafat,
رجا فنمباحن ممفوه شريف قاسيم القدري جمالليل جسترو منيرحكن كمبلي فنمباحن كي رجان ممفوه كفد فمني دري جلر الوطني فتري ممفوه اطان جندرمدي كفدا غيطاه جمرل،
Raja Penembahan Kerajaan Mempawah Syarif Kasim Alkadrie Jamalullail justru menyerahkan kembali Penembahan Kerajaan Mempawah kepada Paman dari jalur ibunya Putri Mempawah Utin Chandramidi yaitu Gusti Jamiril.,
كمودين غسطاي جمرل منوبتكن انكني سبغي رجا ممفوه سحنغغا بركحيله كيكاساان رجا فنمباحن كي رجان شريف قاسيم القدري جمالليل
سمنترا شريف قاسيم القدري جمالليل ممتسكنن انك منجادي صلطان كي ٢ قدريه فنتيانك يكفي بليو وفة ١٨١٩ م، برله شريف عسمان القدري جمالليل منجدي صلطان كي ٣ دي كي صلطانان قدريه فنتيانك
Kemudian Gusti Jamiril menobatkan anaknya sebagai Raja Mempawah sehingga berakhirlah kekuasaan Raja Penembahan Kerajaan Syarif Kasim Alkadrie Jamalullail
sementara Syarif Kasim Alkadrie Jamalullail memutuskan untuk menjadi Sultan Ke II Kesultanan Qadriah Pontianak sampai beliau meninggal 1819 M, barulah Syarif Usman Alkadrie Jamalullail menjadi Sultan yang Ke III di Kesultanan Qadriah Pontianak
دنغن سندريني حبنغن انترا فنمباحن كي رجان ممفوه غسطا جمرل دنغن كي صلطانان قدريه فنتيانك كمبل حرمنس دي تنغن صلطان شريف قاسيم القدري جمالليل بن صلطان شريف عبدالرحمن القدري جمالليل
Dengan sendirinya hubungan antara Penembahan Kerajaan Mempawah Gusti Jamiril dengan Kesultanan Qadriah Pontianak kembali Harmonis di tangan Sultan Syarif Kasim Alkadrie Jamalullail Bin Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail,
ستله ترجدني فرفجن
سلم ٢١ تحان (١٧٨٧ م - ١٨٠٨ م)
كرن فرنغ سودرا ينغ منيببكن غسطاي جمرل منغينغكن دري دي تمفة لعبن ناد كمبلي لغي دي فنمبحن كرجان ممفوه اكن تيتفي بليو لنغسونغ منغنغكة انكني انتك منرويكن فنمباحن كي رجان ينغ كي ٣, كرن مريه انكني غسطاي محمد زانالابدين مسه ترلاو كجل،
مك دي فتيكنله كمبلي انك دري كككني فتري اطان جندرمدي بنتي افو دينغ منمبن دري يومي سلطان شرب قاسيم القدري جمالليل يا ايت : شريف حسين القدري جمالليل انتك منجبة سبغي رجا فنمباحن كي رجان ممفوه ينغ كي ٣ ، كرن مرس انكني غسطاي محمد زانالابدين مسه ترلاو كجل
انتك منجبة سبغي رجا ممفوه دنغن غلر فنمباحن كي رجان حسي ممفوه كي ٤ (١٨٠٨ م - ١٨٢٠ م) منجبة سلم ١٢ تحن
Setelah terjadinya perpecahan selama 21 tahun (1787 M - 1808 M)
karena perang saudara yang menyebabkan Gusti Jamiril mengasingkan diri di tempat lain, dan kembali lagi di Penembahan Kerajaan Mempawah akan tetapi beliau langsung mengangkat anaknya untuk meneruskan Penembahan Kerajaan Mempawah yang Ke III., Karena merasa anaknya Gusti Muhammad Zainal Abidin masih terlalu kecil,
maka di putuskan kembali anak dari kakaknya Putri Mempawah Utin Chandramidi dari suami Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail yaitu : Syarif Husein Alkadrie Jamalullail untuk menjabat sebagai Raja Penembahan Kerajaan Mempawah untuk menjabatnya dengan Gelar Penembahan Kerajaan Husein Mempawah IV (1808 M - 1820 M) menjabat selama 12 tahun,
ستله شريف حسي القدري جمالليل وفة برله غسطاي محمد زانالابدين ملك تحته دنغن غلر (غسطاي جتي سريفدوكا محمد زانالابدين فنمباحن كي رجان ممفوه كي ٣ (غنرس كي كي رجان كي ٤ ١٨٢٠ م - ١٨٣١ م) انتك سلنجتني فنمباحن كيرجان ميمفوه برجلن نرمل دي فمفين كتورونان افو دينغ منمبن سيد سكح عبو بكر الدين قولن ججيره دري جلر فحك لكي - لكي سموني
setelah Syarif Husein Wafat barulah Gusti Muhammad Zainal Abidin naik Tahta dengan ;
Gelar (Gusti Jati Sripaduka Muhammad Zainal Abidin Penembahan Kerajaan Mempawah Ke III (Generasi Kerajaan Ke V 1820 M - 1831 M)
untuk selanjutnya Penembahan Kerajaan Mempawah berjalan normal di pimpin Keturunan Opu Daeng Manambon Sayid Syech Abu bakar Aldeni Qaulan dari jalur pihak laki - laki semuanya
٢. برني برة تفتني دي بنجر شريف عبدالرحمن القدري جمالليل منكهي رطو سحرنم انك دري صلطان تنجب عبدالله طحمادالله (صلطان سعد) ينغ كمدين مملكي ١ انك فرمفون دان ٢ انك لكي - اكي
سله ستني اداه فنغرن كجل دي سبة كجل كرت تبحني منغلمي ججة فييك سحنغغا تمبه تنغغي سممفي تيتفي سنغة كرس دان غملي (املك) سحنغغا تدك بس منكح دان تدك مملكي كي ترونان
MASIH TENTANG SAYYID ABDURRAHMAN
2. Borneo Selatan tepatnya di Banjar Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail menikahi Ratu Syahranum anak dari Sultan Tanji Abdillah Tahmidillah (Sultan Sa'ad) (mahar 2 peti Emas) yang kemudian memiliki 1 anak perempuan dan 2 anak laki - laki
Salah satunya adalah Pangeran Kachil, ...
di sebut Pangeran Kacihl karena tubuhnya mengalami cacat pisik sehingga tumbuh tinggi semampai tetapi sangat kurus dan gemulai (lembek) sehingga tidak bisa menikah dan tidak bisa memiliki keturunan,
حني ادكني ينغ برنم شريف عبدالرحمن القدري جمالليل بن صلطان شريف عبدالرحمن القدري جمالليل ينغ مملكي كي ترونان حنغغا سعد آني، بليو تركنل سبغي فنغرن الاكبر شريف عبدالرحمن القدري جمالليل كرن مملكي فستر تبه ينغ سنغة بسر دان غغه
Hanya adiknya yang bernama Syarif Abdurrahman Bin Sultan Abdurrahman Alkadrie Jamalullail yang memiliki Keturunan hingga saat ini, beliau terkenal sebagai
Pangeran Al - Akbar Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail karena memiliki Postur tubuh yang sangat Besar dan gagah., ( Keturunan ini masih dicari )
kemudian Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail sendiri mendapat gelar Pangeran Nur Alam dari Sultan Banjar (Sultan Sa'ad)
3. دي لمفنغ شريف عبدالرحمن القدري جمالليل منكه دنغن سعرنغ فرمفون برنم ايسه بنت عبدالرحمن جمالليل دري فرنكحان آني بليو مملكي انك ٢. ارنغ اكي (محرم ٢ فاي امس) كتورونان اني ميه برلنغسنغ حنغغا سكرنغ
٤. دي برني دروالسلام شريف عبدالرحمن القدري جمالليل منكه الحينه بنت أبو بكر عليوالي (محرم ١ فته امس) دان ممفرله ٣ انك لكي - لكي كتورونان اني مسه برلنغسنغ حنغغا سكرنغ
٥. دي اجه شريف عبدالرحمن القدري جمالليل منكه جحة متيه بنت تنغكو مسطاف (محرم ٢ فاي امس) دان مملكي ٢ ارنغ انك لكي - لكي سله ستوني اداه فنغرن حدكريا وجه يحكيس م شريف محمد سفالرالدين نجم الدين كتورونان اني مسه برلنغسنغ حنغغا سكرنغ دان منيبر حنغغا كي برنيه سلتان، (كاسا) برنيه تمر، (كلام) برنيه تنغه (كلتنغ) سلوسي دان لاني
٦. سلام ايت دي برنيه برة (كلبر) شريف عبدالرحمن القدري جمالليل جغ بنيك منكح ي فرمفون دي انترني اداه :
3. Di Lampung Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail menikahi seorang perempuan bernama Aisyah Binti Abdurrahman Jamalullail dari hasil pernikahan ini Beliau memiliki anak 2 orang laki - laki (mahar 1 peti Emas ) keturunan ini masih berlangsung hingga sekarang
4. Di Brunaidarussalam Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail menikahi Alhusnah Binti Abu bakar Aliwali (mahar 1 peti emas) dan memperoleh 3 anak laki-laki keturunan ini masih berlangsung hingga sekarang
5. Di Aceh Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail menikahi Cut' Mutiah Binti Tengku Mustofa (mahar 2 peti emas) dan memiliki 2 orang anak laki-laki salah satunya adalah Pangeran Hadikarya Wijaya Kusuma Syarif Muhammad Safaruddin Najamuddin keturunan ini masih berlangsung hingga sekarang dan menyebar hingga ke Borneo Selatan (Kalsel), Borneo Timur (Kaltim ), Boeneo Tengah (Kalteng) Sulawesi dan lainnya
6. Selain itu juga di Borneo Barat (Kalbar) Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail juga banyak menikahi perempuan di antaranya adalah:
١. رتو موليه (رتو انك) بنت عبد الله تتنغ ( ايحني اداه معاف دري سكو ديا فدلمن سمبي دري دائرة دنغن نعم أساس تتنغ (محرم ١ فاي امس) ستله مسك السلام منجدي عبدالله تتنغ دري حيل فرنكحان آني شريف عبدالرحمن القدري جمالليل مملكي ٣ انك فرمفون دان ١ انك لكي - لكي بنفسه ينغ برنم فنغلمن منغكو تربنغ شريف عبد الله القدري جمالليل (مكم دراية) كتورونان اني مسه برلنغسنغ حنغغا سكرنغ دان منيبر دي كلبر
1. Ratu Mulia (Ratu Anum) Binti Abdullah Tatang (ayahnya adalah Mualaf dari Suku Daya Pedalaman Sambe dan Darit dengan Nama asli Tatang, (mahar 1 peti emas) setelah masuk Islam menjadi Abdullah Tatang dari hasil pernikahan ini Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail memiliki 3 anak Perempuan dan 1 anak laki - laki bungsu yang bernama:
Panglima Pertama Mangku Terbang Syarif Abdullah Alkadrie Jamalullail (makam Darit) keturunan ini masih berlangsung hingga sekarang dan menyebar di Kalimantan Barat
(Dokumen Tua MAKTAB NANGQ 1857 Dewan Pimpinan Pusat)
٢. ني كيتا بنت عدابو بكر صدق (صديق) معاف دري سكو ديا مجنغ فغنونغان سمبي ( محرم ١ فاي امس) دري حيل فرنكحان آني شريف عبدالرحمن القدري جمالليل مملكي ٥ انك فرمفون دان ٢ انك لكي- لكي سله ستني ادله فنغرن بندحرا احمد القدري جمالليل (سعت سلام دي رسمكن صلطان حمد ١ القدري جمالليل) (١٢ افرل ١٨٥٧ م)
2. Nyai Kita Binti Abu Bakar Sidik (Sidok) Mualaf dari Etnis Daya Majang Pegunungan Sambe)(mahar 1 peti emas) dari hasil pernikahan ini Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail memiliki 5 anak Perempuan dan 2 anak laki - laki, salah satu anak laki-laki Beliau adalah :
Pangeran Bendahara Ahmad Alkadri Jamalullail (Pengurus Nasab) saat itu sebelum di resmikan Sultan Hamid I Alkadrie Jamalullail) (12 April 1857 M)
٣. ني ربو بنت علي احمد القدري جمالليل اداه جوجل. دري شريف محمد القدري جمالليل بن سيد حسين القدري جمالليل (محرم ١ فاي امس) مرفكن كفنكن شريف عبدالرحمن القدري جمالليل ينغ دي نكه (سنغغيرنغ ممفوه كلبر) دري حيل فرنكحان آني مملكي ٢ انك لكي - لكي سله ستوني اداه : فنغرن لكسمنا شريف محمد القدري جمالليل ينغ اكوة ميمبنتو برجونغ ملون كرجان فنمباحن ممفوه غسطاي جمرل كتك فرنغ سودرا سلم ٨ لأن ملون رجا غسطاي جمرل فنمباحن كي رجان ممفوه ينغ بمركس دي سنغغرنغ ممفوه كلبر (مرفكن اسل اسوا ميروفكن اسل اسوا سنغغيرنغ برت مرنغ تمتنع فرنكحان) كرن ركية جلتا سات ايت تدك منغرتي نكح سكوف ) (فرنكحان سفرتي سيدالن علي دنغن سيده فطامه الزهرا بنت محمد ) ينغ دي ادكن شريف عبدالرحمن القدري جمالليل سات ايت (محرم ١ فاي امس)
3. Nyai Rabu Binti Ali Ahmad Alkadri Jamalullail adalah cucu dari Syarif Muhammad Alkadrie Jamalullail Bin Sayid Husein Alkadrie Jamalullail (mahar 1 peti emas) merupakan keponakan Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail yang di Nikahi (Senggiring Mempawah Kalbar) dari hasil pernikahan ini memiliki 2 anak laki-laki salah satunya adalah :
Pangeran Laksmana Syarif Ali Muhammad Alkadrie Jamalullail
yang ikut membantu berjuang melawan Kerajaan Penembahan Mempawah Gusti Jamiril ketika Perang saudara selama 8 bulan melawan Raja Gusti Jamiril Penembahan Kerajaan Mempawah yang bermarkas di Sengiring Mempawah Kalbar (merupakan asal usul Sengiring berita miring tentang Pernikahannya (Karena Rakyat Jelata saat itu tidak mengerti Nikah Sekufu) (pernikahan mirip dengan Sayidina Ali Bin Abu Thalib dengan Sayidah Fathimah Az-Zahra Binti Rasulullah) yang di lakukan Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail saat itu (mahar 1 peti emas)
٤. ني حلمه بنت عسمان يسف جمالليل سنغغو (محرم ١ فاي امس) انك دري مفطاه كي صلطان سنغغو دري حيل فرنكحان آني مملكي ٢ انك لكي - لكي دان ٢ انك فرمفون ، سله ستو انك لكي - لكيني اداه : فنغلمن لكسمن ٢ شريف أبو بكر بن شريف عبدالرحمن القدري جمالليل ، ستله منجدي صلطان قدريه فنتيانك (١٧٧٨ م) شريف أبو بكر القدري جمالليل دي انغكت سبغي فنغلمن لكسمنا ٢ دان دي تغسكن دي تبة تينغكك جنت انتك ميمبنتو فردغنغن وليه تبت حنغغا سكرنغ دان تدك ستوفن كتروناني بردا دي اندونسي ينغ دي انغكت جندرل بلدنا بتفي سبغي جكسا فرتم دي كصلطانان قدريه فنتيانك سات ايت (١٨٠٠ م - ١٨٤٠ م)
4. Nyai Halimah Binti Syarif Usman Yusuf Jamalullail Sanggau (mahar 2 peti emas) anak dari Mufthi Kesultanan Sanggau dari hasil pernikahan ini memiliki 2 orang anak perempuan dan 2 anak laki-laki, salah satu anak laki-lakinya bernama
Panglima Laksamana II Syarif Abu bakar
Bin Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail,
setelah Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail menjadi Sultan Qadriah Pontianak (1778 M) Syarif Abu Bakar Alkadri Jamalullail di angkat Sebagai Panglima Laksamana II dan di tugaskan di Tibet Tiongkok Cina untuk membantu Perdagangan Wilayah Tiket Tiongkok Cina,
keturunan berlangsung di Cina hingga sekarang dan tidak satupun yang ada di Indonesia
٥. ني منغني بنت شريف العومنه سسفو دري كي صلطانان سنتنغ (محرم ٢ فاي امس) دري حيل فرنكحان آني مملكي ٢ انك لكي - لكي دان ٣ انك فرمفون سله ستو انك لكي - لكي اداه تونكو جكسا شريف علي القدري جمالليل ينغ دي انغكة جندرل بلند بتفي سبغي جكسا فرتم دي كي صلطانان قدريه فنتيانك (١٨٠٠ م - ١٨٤٠ م)
5. Nyai Mangni Binti Syarif Al - umanah sesepuh dari Kesultanan Sintang (mahar 2 peti emas) dari hasil pernikahan ini memiliki 2 anak laki-laki dan 3 anak perempuan, salah satu anak laki-lakinya adalah :
Tuanku Jaksa Syarif Ali Alkadri Jamalullail yang di angkat Jendral Belanda Batavia sebagai Jaksa Pertama di Kesultanan Qadriah Pontianak saat itu (1800 M - 1840 M)
٦. ني سركندي بنت شريف عمر مرفكن كي ترونان دري سله ستو صلطان ماتن شريف حسن كمدين دري فرنكحان آني مملكي ١ انك لكي - لكي دان ١ انك فرمفون، ست انك لكي - لكي دير نم ينغ سم دنغن دنغن سله ستو انك صلطان ماتن يايت : شريف حسن القدري جمالليل (فنغرن جكرا منغكو بمي شريف حسن القدري جمالليل) كتروناني آني برلنغي نغ دي كتفنغ
6. Nyai Srikandi Binti Syarif Umar merupakan Keturunan dari salah satu Sultan Matan Syarif Hasan kemudian dari pernikahan ini memiliki: 1 anak laki-laki dan 1 anak perempuan, Satu anak laki-laki di beri nama yang sama dengan Salah satu Sultan Matan yaitu :
Syarif Hasan Alkadrie Jamalullail (Pangeran Cakra Mangkubumi Syarif Hasan Alkadrie Jamalullail) keturunan ini berlangsung hingga sekarang di Matan Ketapang
٧. ني خدبه بن عبدالله القدري جمالليل مرفكن كي فنكان بليو ينغ دي نكهي دي كي رطان سكدو كرن ايحني سله سنو فمبسر كي رطان سكدو (محرم ١ فت امس) مرفكن كي ترونان سيد حسين القدري جمالليل دري جلور انك بليو برنم شريف علي دري أبو ني مودا اتو سركس مسر فرنكحان (سمف) سبغيمن فرنكحان سيدن علي دنغن سيده فطامه الزهرا انك نب محمد صاو
7. Nyai Khodibah Bin Abdullah Alkadrie merupakan keponakan beliau yang di Nikahi di Keraton Sekadau karena ayahnya salah satu pembesar Keraton Sekadau (mahar 1 peti emas) merupakan keturunan Sayid Husein Alkadrie Jamalullail dari anak beliau bernama Syarif Ali dari ibunda Nyai Muda atau Srikesumasari pernikahan (Sekufu) sebagai mana pernikahan Sayidina Ali dengan Fatimah Az-Zahra anak Rasulullah Saw
٨. ني جليه بنت علي القدري جمالليل ابني مرفكن سسفه كيصلطانان كفوس حلو (محرم ١ فاي امس) جغ مرفكن كفنكن بليو دري استري سيد حسين القدري جمالليل ني مودا برنم شريف احمد (طونكو احمد فنغرن غريب غلر فمبربن دري كي غريب ) دري استري ينغ دي نكهي دي كفوس حلو بردره ديك مدورة) دري فرنكحان آني مملكي ٢ انك فرمفون دان ١ انك لكي - لكي بنغسو برنم شريف طلكحا كحليل القدري جمالليل ، كتروناني آني بنيك تردفة دي كفوس حلو مرك رت - رت ينغاج منتوفي دري تفتني دي كجمتن جنغكنغ فتو يبدو كبفتن كفوس حلو دري كي رطان قدريه فنتيانك حنغغا سكرنغ
8. Nyai Jaliah Binti Ali Alkadri ibunya merupakan anak Sesepuh Kesultanan Kapuas Hulu (mahar 1 peti emas) juga merupakan keponakan Beliau dari Istri Sayid Husein Alkadrie Jamalullail Nyai Muda bernama Ahmad (Tuanku Ahmad Pangeran Giri (gelar dark Kyai nya di Giri) dari istri yang di nikahi di Kapuas Hulu Darah Daya Madura) dari pernikahan ini memiliki 2 anak perempuan dan 1 anak bungsu Laki-laki bernama
Syarif Tolcha Khaliel Alkadri Jamalullail, keturunan ini banyak terdapat di Kapuas Hulu tepatnya di Kecamatan Jongkong, Putu Sibau Kabupaten Kapuas Hulu, mereka rata-rata sengaja menutupi diri dari keluarga Keraton Qadriah Pontianak., keturunan ini berlangsung hingga sekarang
((Dokumen Tua MAKTAB NANGQ 1857 Dewan Pimpinan Pusat))
يتله سيد حسين القدري جمالليل وفت قد تحن ١٧٦٩ م، مك شريف عبدالرحمن القدري جمالليل منغحنتكن سمنترا فردغنغن دان منغمبر كرن فكوس منغورس دان منغتور اجراء تحللن دان كحتم قران سرت حاول ابني سيد حسين القدري جمالليل ينغ برلنغسنغ حنغغا ١٠٠ حري دي غله حرنغ سجغي ممفوه كلبر دري تحون (١٧٦٩ م - ١٧٧١ م) فكس انتك مروت دان جاره مكم ايحني سيد حسين القدري جمالليل دان حني بردا دي ممفوه جدا ادا اورسن فردغنغن بليو ولكن يج دنغن سودرا انتك منغورسني
Setelah Sayid Husein Alkadrie Jamalullail wafat pada tahun 1769 M, maka Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail menghentikan sementara Perdagangan dan pengembaraannya karena pokus mengurus dan mengatur acara Tahlilan dan Khataman Al-Qur'an serta Haul Ayahnya Sayid Husein Alkadrie Jamalullail yang berlangsung hingga 100 hari di Galah Herang Sejegi Mempawah Kalbar dari tahun (1769 M - 1771 M), pokus Untuk merawat dan menjiarahi makam Ayahnya Sayid Husein Alkadrie Jamalullail dan hanya berada di Mempawah saja terkecuali jika ada urusan perdagangan maka Beliau wakilkan dengan Saudara - saudaranya untuk mengurusnya
( SAMPAI DISINI Tidak Lagi menampilkan Tulisan Arab Melayu Karena Sulit Terbaca))
MAKTAB NANGQ 1857 Dewan Pimpinan Pusat
PERJALANAN MENCARI PEMUKIMAN BARU DARI MEMPAWAH
Sejak menikah dengan Putri Utin Chandramidi Ratu Mempawah 1748 M - 1771 M, Nazarnya untuk memiliki 101 anak benar - benar Beliau wujudkan sehingga saat itu Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail telah memiliki hampir 30 orang istri dan mencapai 67 orang anak kandung dari istri yang di nikahi dari berbagai penjuru Nusantara termasuk luar negeri Nusantara saat itu
Dan tidak ada satupun istri - istri tersebut yang Beliau ceraikan sehingga beliau dalam waktu singkat terkenal sebagai Singa Samudra dan adiknya Syarif Abu bakar terkenal sebagai Singa Lautan
Konon Simbol dua Singa yang terdapat pada Logo Kesultanan Qadriah Pontianak merupakan Simbol dari mereka berdua
Tepat hari Sabtu Ba'da Sholatt Dzuhur 9 Rajab 1184 H - 1771 M,
Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail beserta Rombongan Pengikut dan Keluarganya pamit kepada Penembahan Kerajaan Mempawah Gusti Jamiril, untuk keluar dari Mempawah untuk mencari lokasi baru, tujuan utama Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail adalah untuk mendirikan sebuah Kesultanan Baru.,
rombongan berangkat dengan membawah 14 perahu Layar yang besar selain itu pasukan Gusti Jamiril juga ikut melepas hingga batas Kuala Mempawah dan untuk selanjutnya 14 kapal Besar Perahu layar sedangkan Kapal besar Perahu layar yang di gunakan untuk membawa anak dan istri Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail di sebut dengan Kapal Bandung atau Perahu Bandung menyusuri pinggiran laut Mempawah
Karena tujuan utama adalah untuk mencari Lokasi pemukiman baru maka Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail hanya membawa seorang istrinya saja yaitu Ratu Mempawah Utin Chandramidi Binti Opu Daeng Manambon
Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail Berpesan apapun yang terjadi dan di lihat di laut jangan di tegur karena itu pantangan kepada seluruh Nahkoda dan keluarganya, tujuan pemberitahuan tersebut sebenarnya hanya untuk keluarganya dan anak istrinya karena belum pernah berlayar, sedangkan bagi Nahkoda dan pengikutnya sudah mengerti karena sering berlayar
Sejarah nama Kampung/ Desa/ Daerah
SUNGAI PINYUH
Sekitar jam 03 Sore Sabtu 9 Rajab 1184 H / 1771 M,
Rombongan Kapal melewati sebuh laut yang surut tetepi tiba - tiba istri Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail yaitu Putri Utin Chandramidi berteriak sambil menunjuk:
" lihatlah ada penyuh besar berwarna putih, lihatlah ada penyuh besar berwarna putih, lihatlah ada penyuh besar berwarna putih", maka tiba - tiba saja kapal di terjang ombak sehingga harus menjatuhkan jangkar agar kapal tidak mengikuti arah ombak, maka Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail berkata di sini akan menjadi sebuah kampung Penyuh (cerita tersebut menjadi asal - usul nama Kampung Sungai Pinyuh)
SUNGAI PURUN
Setelah Redah mereka mengangkat jangkar dan meneruskan perjalanan baru sekitar 1 jam berlayar menelusuri tepi pantai tiba - tiba anak perempuan bungsu Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail, yaitu Fatimah Alkadri Jamalullail binti Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail (umur 4 tahun) anak ke 6 dari dari istri Ratu Mempawah Utin Chandramidi
Berteriak dengan suara yang tidak tembus ''Ayo kite Purun, Ayo kite Purun" maksudnya"Ayo Kite Turun" mencari Keramak atau kepiting yang terlihat (kemudian Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail nanti di sini akan di beri nama kampung Purun, saat ini terdiri dari Sungai Purun Besar dan Sungai Purun Kecil)
Sedangkan nama Peniraman memang sudah ada saat itu, sebab Gunung Peniraman adalah pemberian nama dari Sayid Husein Alkadrie Jamalullail bersama Sahabat Empat Beliau
Sebab ketika datang ke pulau Borneo Barat dari Sulawesi mereka terdampar di tepian gunung Peniraman, sehingga mereka memberi nama Gunung Sahabat Empat Bukit Peniraman (perkiraan tahun 1727 M) saat itu sudah di huni penduduk asli Bugis dan beberapa etnis Madura yang datang dari Sumenep kemudian lidah etnis Madura menyebutnya Gunung Peniraman,
untuk selanjutnya Sayid Husein Alkadrie Jamalullail dan sahabatnya menginap sehari di Istanah Opu Daeng Manambon dan melanjutkan perjalanan ke Matan untuk memenuhi undangan Sultan Matan dan berjanji suatu saat akan kembali lagi ke Mempawah, karena janji itulah Upu Daeng Manambon sampai 2 kali mengirim surat untuk kembali dan menjadi Mufthi Mempawah
Tepat pukul 5 sore rombongan kapal berada di muara karena terhalang kabut mesteri Ahir Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail dan Pasukannya melawan mahluk tersebut dengan membacakan ayat-ayat Alquran sambil mengibaskan pedang (menurut Fitutur dari mulut kemulut mahluk tersebut adalah bangsa jin penguni laut yang berbentuk Genderuwo)
setelah mahluk halus tersebut lari, maka kapal Bandung masuk terlebih dahulu karena saat itu keluarga dan anak anak berada di depan cangkang kapal tiba - tiba peniti yang di pakai Ratu Mempawah Utin Chandramidi tersangkut oleh ranting kayu dan jatuh,
kemudian Utin Chandramidi berteriak "" Peniti ku - peniti ku - peniti ku terjatuh" karena sudah terjatuh di dalam air maka Peniti tersebut tidak bisa di ambil kembali "Kemudian Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail berkata suatu saat daerah ini akan ku beri nama "Peniti" (Saat ini Peniti terbagi 2 yaitu Peniti Besar dan Peniti Kecil)
SEGEDONG
Kemudian mereka melanjutkan perjalan setelah hampir 1/2 jam tibalah mereka ke SEmpang TiGE Sungai di tempat ini mereka berhenti karena BandONG yang di naiki mengalami kendala Bocor, sehingga mereka harus masuk ke Aliran Sungai kecil untuk menggalang kapal sampai tengah malam baru selesai
Peristiwa SEmpang TiGE BanDONG ini kemudian di beri nama kampung SEGEDONG oleh Syarif Abdurrahman (Saat ini sudah menjadi Kecamatan SEGEDONG Kabupaten Mempawah) kemudian mereka melanjutkan masuk ke dalam hingga tiba di Kelapa Tinggi dan istirahat hingga pagi
Ketika di pagi hari anak - anak Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail ingin minum buah kelapa mereka berkata tinggi benar kelapa tersebut dari ungkapan tersebut konon di namakan kampung Kelapa Tinggi dan terakhir
Di perkirakan di daerah ini Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail membangun sebuah pendopo untuk istirahat di bantu dengan Pasukan dan masyarakat yang sudah ada di sana
Ketika ke esokanya ingin keluar dari daerah SEGEDONG untuk melanjutkan pencarian kampung yang akan di buka Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail menghadiahkan Mahkota pemberian Sultan Banjar dimana Mahkota tersebut terbuat dari campuran emas dan Intan
Sehingga daerah tersebut di kenal menjadi Gedung Intan.,
demikian Napak tilas Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail ketika masuk di muara Peniti hingga masuk ke dalam menciptakan kampung - kampung baru sepanjang perjalanan pelayaran mereka
BATULAYANG
Kemudian mereka keluar dan meneruskan perlayaran hingga tepat hari kamis 14 Rajab 1184 H / 1771 M mereka melewati Kapung apung yang batunya seperti melayang karena di sanggah baru yang tidak tampak oleh Syarif Abdurrahman Alkadrie kampung ini di sebut 'Kampung Batu Layang" (sekarang Komplek Pemakaman Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail beserta seluruh Keluarga Kesultanan Qadriah Pontianak)., daerah ini saat itu terkenal dengan bajak laut. Siantan sehingga rombongan sempat bentrok dengan Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail dan mereka berhasil di lumpuhkan setelah bajak laut tersebut mengetahui bahwa Syarif Abdurrahman Alkadrie adalah keturunan Ahlulbait Rasulullah sehingga mereka bergabung menjadi Pasukan ketika berdirinya Istanah Qadriah Pontianak
PONTIANAK
Setelah 5 hari mereka berlayar barulah mereka tiba di muara Kapuas kemudian dari hari kamis 14 - 30 Rajab 1184 H / 1771 M., mereka mulai membuka hutan, karena banyaknya ganguan mahkluk halus (Kuntilanak) maka Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail meminta Pasukannya untuk menghidupkan meriam dengan isinya, ketika dentuman pertama maka mesiu yang di tembakan jatuh di muara kemudian tempat jatuhnya mesiu di bangun Masjid (Sekarang Masjid Jami Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie).,
Dentuman yang kedua mesiu/peluru nya terjatuh sebelah kiri berjarak kurang lebih 300 M kemudian di bangun Istanah Qadriah, dan di sebut Kampung Pontianak (dari asal kata Kuntilanak) kemudian di sebut ""Istanah Qadriah Pontianak "" sedangkan dentuman ketiga jatuh lebih dari 1 km tepatnya di batu Layang kemudian di bangun Pintu gerbang Utama Untuk Masuk Pontianak dan sekaligus di jadikan makam keluarga Kesultanan Qadriah Pontianak saat ini
((Dokumen Tua MAKTAB NANGQ 1857 Dewan Pimpinan Pusat))
Setelah semua bangunan sudah rampung semua maka Pontianak berkembang dengan pesat menjadi pusat pemerintahan Kesultanan sementara Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail terus berlayar menemui para Sultan - Sultan untuk mendapatkan dukungan agar di resmikan segera Kesultanan Qadriah Pontianak
Dari tahun 1771 M - 1778 M, Dukungan terus mengalir agar Istanah Qadriah Pontianak yang di bangun menjadi Kesultanan Qadriah Pontianak dukungan yang Beliau peroleh adalah :
1.Dukungan dari Kesultanan Riau yang sudah di pimpin Keturunan dari Opu Daeng Celak
2. Kesultanan Brunei Darussalam di Brunei
3. Kesultanan Lingga
4. Kesultanan Sarawak di Kucing
5. Kesultanan Trengganu Malaysia
6. Kesultanan Aceh dan Palembang di Sumatra
7. Kesultanan Sambas di Sambas
8. Kerajaan Mempawah Gusti Jamiril
9. Kesultanan Matan di Ketapang
10. Kesultanan Landak di Ngabang, termasuk, Kesultanan Sanggau, Sintang dan Kapuas Hulu
Karena ada beberapa Kerajaan dan Kesultanan yang tidak mendukung berdirinya Kesultanan Qadriah Pontianak maka dari tahun 1772 M - 1778 M dengan Bantuan Kesultanan RIAU., Pasukan Qadriah Pontianak pada Bulan Muharam - Safar 1192 H / 1778 M, menyerang Kerajaan Sanggau dan Tayan dengan bantuan Kerajaan Kesultanan Riau, setelah sempat bertahan akhirnya Kerajaan Sanggau dan Tayan berhasil di lumpuhkan
PELANTIKAN SULTAN PONTIANAK
Kemudian pada hari Senin 18 Sya'ban 1192 H / 1778 M
setelah melumpuhkan Kerajaan Sanggau dan Tayan
Dengan di hadiri :
1. Kesultanan Riau
2. Kerajaan Landak
3. Kerajaan Mempawah
4. Kerajaan Simpang
5. Kesultanan Matan
6. Kesultanan Sambas dan
7. Kesultanan Brunaidarussalam dan Kesultanan Trengganu, Serta Kesultanan Sarawak
SULTAN MUDA RIAU / YAM Tuan Muda Riau Raja Haji Fisabillillah Al -Adeni Qaulan Jazirah, menobatkan Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail sebagai Sultan Qadriah Pontianak sebagai Sultan Pertama (Senin 18 Sya'ban 1192 H /1778 M pukul 09.00 Pagi Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail Bin Sayid Husein Alkadrie Jamalullail Mufthi Mempawah Resmi menjadi Sultan Pontianak
Dengan Gelar (Duli Yang Mulia Di Pertuan Agung Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie) dengan demikian Gelar Pangeran Cakrabuana dan Pangeran Nurul Alam tidak lagi di gunakan
Setelah beliau pulang dari Riau dan saat itu sempat singgah di Kampung Segeram yang sudah jadi reruntuhan oleh Portugis
Akan tetapi dari tahun 1771 M - 1778 M Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail telah menikahi Hampir 50 Perempuan sehingga saat itu beliau telah memiliki anak sebanyak 80 orang anak yang terdiri dari anak Laki-laki dan anak perempuan
Diantara yang di nikahi Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail dari tahun 1771 M - 1778 M adalah :
1. Nyai Syi'ah Binti Syarif Ali Terengganu salah satu anak keturunan dari Kesultanan Trengganu dari hasil pernikahan memiliki 2 anak laki-laki di antaranya adalah Pangeran Laksamana Syarif Syarif Umar Alkadri Jamalullail yang kemudian menjadi salah satu punggawa perang di Kesultanan Trengganu Malaysia
2. Nyai Ratnah Binti Syarif Umar anak dari keturunan Opu Daeng Merewah dari Trengganu dari hasil pernihanya memiliki 2 anak Perempuan salah satu anak perempuan menikah dengan Keturunan Sultan Trengganu Malaysia
3. Nyai Jamaliah Binti Abdurrahman Marbhat merupakan keturunan dari Kesultanan Sarawak Malaysia Kuching bermarga Jamalullail dari hasil pernikahan memperoleh 1 anak laki-laki dan 2 anak perempuan, anak laki-laki bernama Pangeran Syarif Achmad Alkadri Jamalullail keturunan ini berlangsung hingga sekarang
4. Nyai Nirum Binti Sharif Abdurrahman Albarakat salah satu cucu perempuan Kesultanan Brunei Darussalam dari pernikahan ini hanya memperoleh 1 anak perempuan dan menikah dengan salah satu Pangeran di Brunei sehingga anaknya berubah marga menjadi Alkadri Albarakat
Setelah Resmi menjadi Sultan Qadriah Pontianak, awal bulan Syawal 1192 H / 1778 M, Sultan Abdurrahman Alkadrie mengambil istrinya yang berada di Yogyakarta yaitu Raden Putri Kesumasari Binti Raden Temenggung Wijoyo Ningart,setelah tiba di Kesultanan Qadriah Pontianak,.
RATU SULTAN KEMBALI KE MEMPAWAH
DAN MUNDURNYA PANGLIMA LAKSAMANA I, : 1779 M
Dengan adanya Putri Kesumasari di Istana, Maka Ratu Mempawah Utin Chandramidi memutuskan kembali lagi ke Mempawah di ikuti oleh anak-anaknya karena di Mempawah Merasa lebih tenang, Sehingga Raden Putri Kesumasari Binti Raden Temenggung Wijoyo Ningart di Nobatkan menjadi Ratu Sepuh Kesultanan Qadriah Pontianak (1192 H / 1778 M) untuk mendampingi Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail dalam segala urusan Kesultanan ketika berada di Pontianak
Kesultanan Pontianak dalam waktu yang singkat telah berubah menjadi Kota Pelabuhan yang besar, maka pada tanggal 25 Juni 1779 M / 1193 H, untuk pertama kalinya datanglah Residen Rembang Batavia dari Belanda Wilam Adrian Flam yang mewakili VOC,
Atas bujuk rayunya kepada Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail maka pada tanggal 5 Juli 1779 M / 1193 H di sepakati perjanjian sehingga dalam waktu singkat Kesultanan Qadriah Pontianak dan Wilayah jajahan Sanggau dan Tayan berhasil di rangkul berada di bawah kekuasaan VOC Batavia di Jakarta
Kilas balik :
Ketika Pada tahun : 1778 M (1192 H) tanggal 18 Syaban hari Senin, setelah menaklukkan Sanggau, dan Tayan, dengan dihadiri oleh raja-raja kerajaan Landak, Simpang, Matan, Sukadana dan Mempawah, Sultan Muda Riau Raja Haji Fisabilillah,Yang Dipertuan Muda Riau,: menobatkan Syarif Abdurrachman Alkadrie sebagai sultan (pertama) di kesultanan Pontianak.
Dengan gelar :
*Duli Yang Maha Mulia Tuanku Sultan Sayyid Syarif Abdurrahman Nur Alam Kahar, Ibni As Sayyid Husein Al Qadri, Mufti Istana Amantubillah Tuan Besar Mempawah*
Dan 5 hari kemudian, tepatnya pada hari Jum"at, 22 Syaban 1192 H /1778M, Sayyid Abubakar dilantik saudaranya menjadi " Panglima Laksamana Nusantara Pertama, dikenal sebagai Laksamana Tua.
Adiknya, Panglima Laksamana I Syarif Abu Bakar Alkadri Jamalullail,
Bin Sayid Husein Alkadrie Jamalullail memutuskan untuk mengundurkan diri dengan alasan untuk berda'wah, kemudian Panglima Laksamana I Syarif Abu bakar Alkadri Jamalullail memutuskan untuk pindah ke Segeram Natuna untuk membuka penghidupan yang baru pada sekitar September 1779M, dengan membawa anak dan istrinya yang mau ikut yang kemudian menjadi penduduk Segeram (Manaqib Sejarahnya tersendiri)
Sementara Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie ,
Pada tanggal 11 Juli 1779 M / 1193 H atas dasar kesepakatan dengan Residen Rembang VOC, dengan 17 Armada Kapal bertolak dari Pontianak menuju Belanda atas saran William Adrian Flam.
Pelayaran ini memakan waktu 3 tahun Pergi pulang : 1779 - 1782 M
Setelah 12 hari berlayar tibalah Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie di Kesultanan RIAU, atas saran Sultan Riau agar segera melatik Panglima Laksamana II Untuk mengantikan posisi adiknya Panglima Laksamana II Syarif Abu bakar Alkadri,
Maka atas saran tersebut Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie melantik salah satu Panglima dari Kesultanan RIAU kemudian di beri gelar Panglima Laksamana Samudra Opu Daeng Andi Borang,
Panglima ini hanya untuk keperluan berlayar di Negeri Belanda saja dan bila di perlukan Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie, karena beliau menganggap adiknya Panglima Laksamana I Syarif Abu bakar Alkadri Jamalullail belum ada menyatakan secara resmi tertulis., melainkan hanya istirahat untuk berda'wah demikian alasan yang di sampaikan kepada Sultan Riau
Setelah hampir 1 bulan berlayar
Tibalah beliau ke Negeri Belanda menemui Pemerintah Belanda, kehadiran Beliau di sambut dengan baik karena membawa berbagai barang dagangan dan cindra mata, selain itu juga atas saran jendral Belanda untuk menikahi anaknya setelah masuk Islam, maka menikahlah Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail dengan seorang anak jendral Belanda bernama Lia Van Heden Binti Van Heldhen Wierjawie
dari pernikahan ini hanya memperoleh 1 anak laki-laki bernama Pangeran Mas Mangku Tunggal Syarif Van Dherthen Alkadri Jamalullail, (mahar maskawin 3 peti emas),
kemudian jendral Belanda memberikan Hadiah 2 buah kaca belah Seribu, berukuran besar dan 2 berukuran kecil, kemudian Sultan juga mendapat hadiah 2 kaca lagi dari pemerintah Belanda, meja makan lengkap dengan Kursi, pakaian dan Mahkota kerajaan yang terbuat dari beludru, hiasan - hiasan dinding kaca pemantul cahaya
Karena barang bawaan terlalu banyak Akhir nya Sultan Abdurrahman Alkadrie Jamalullail memutuskan untuk menambah 2 unit kapal yang di beli di Belanda sehingga armada kapal bertambah menjadi 19 unit,
selain itu Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail juga memesan armada kapal perang sebanyak 50 unit, agar di kirim Residen Rembang William Adrian Flam ketika nanti berkunjung ke Pontianak
Ketika pulang dari Belanda ternyata rombongan Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail tidak langsung ke Pontianak melainkan dengan jalan memutar justru singgah terlebih dahulu ke Tibet Tiongkok Cina untuk menemui anaknya Panglima Laksamana II Syarif Abu Bakar Bin Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie,
hampir 5 bulan berada di Tibet kemudian beliau memutuskan untuk menikahi warga cina Tiongkok yang berada di Tibet yaitu Shunglifah Binti Shungliwa Shiangshung yang memang sudah beragama Islam, dari pernikahan ini beliau memiliki
Karena ke untungan yang besar maka Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail menambah lagi unit armada kapal dagang di beli di Tibet sebanyak 4 unit sehingga menjadi 23 unit Armada Kapal Dagang,
setelah hampir 6 bulan berada di Tibet Beliau memutuskan untuk pulang ke Pontianak dengan membawa ke 2 istrinya dari Belanda dan Tibet
Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail berangkat dari Tibet dan meneruskan berlayar menuju Pontianak setelah hampir 20 hari beliau melewati Laut Riau dan singgah kembali di Kesultanan RIAU untuk menyerahkan kembali Panglima Laksamana Samudera Opu Daeng Andi sekaligus memberi 2 kaca belah Seribu sebagai Cindra mata kepada Sultan Riau
Karena Sultan RIAU mengetahui Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail punya Nazar memiliki 101 anak, akhirnya di jodohkan dengan keponakanya Putri Utin Kesumba Binti Said keturunan dari Opu Daeng Merewah,
dari Perjodohan ini kemudian menikah dan memiliki 2 anak laki-laki dan 2 anak perempuan salah satu anak laki-lakinya adalah
Pangeran Laksamana Cakrabuana Syarif Muhammad Abdullah Alkadrie Jamalullail yang menurunkan keturunan Alkadri di Kesultanan RIAU, selain itu Sultan RIAU juga meminta agar Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail untuk menyerang Sukadana karena telah membelot dari Kekuasaan Kesultanan RIAU
Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail ketika berangkat ke Belanda pada tanggal 11 Juli 1779 M / 1193 H setelah lebih dari 2 tahun berlayar diberbagai Negara maka beliau
Tiba di Pontianak pada tanggal 11 Juli 1782 M / 1196 H dengan membawa ke 3 istrinya. Sejak Berangkat 11 Juli 1779 M
Setelah hampir 3 bulan istirahat, maka pada tanggal 17 November 1782 M / 1196 H Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail bertolak dari Kesultanan Qadriah Pontianak Menuju beberapa Wilayah di antaranya adalah Palangkaraya, Banjarmasin, Kartenegara, Sulawesi, NTB, NTT dan Papua dengan membawah 40 armada kapal Dagang
Setelah 5 hari berlayar dari Kesultanan Qadriah Pontianak
Maka pada tanggal 22 November 1782 M / 1196 H Beliau tiba di Pelabuhan Palangkaraya yang saat itu masih sederhana, Beliau di sambut dengan tarian adat Daya yang di lakukan berbagai etnis di antara 1 penari tersebut di kunjungilah oleh Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail dan menyampaikan hajatnya untuk di nikahi, gadis tersebut bernama Saedah Binti Sulaiman merupakan gadis campuran antara Entis Banjar dan Suku Daya Palangkaraya,
gadis ini kemudian di lamar oleh Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail, karena kondisi rumah orang tua gadis tersebut gubuk, maka beliau memberi Mahar 1 peti emas berukuran besar dan dari hasil pernikahan memperoleh 1 orang anak laki-laki bernama : Pangeran Syarif Salim Alkadri Jamalullail
Setelah 5 bulan berada di Palangkaraya dan dinyatakan istrinya positif hamil, maka Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail pamit berangkat Menuju Banjarmasin
Setelah 3 hari berlayar beliau tiba di Banjarmasin dan langsung menuju Martapura untuk bertemu dengan istrinya Ratu Syahranum (Ratu Banjar) bersama Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail ikut anak beliau Pangeran Hadikarya Wijaya Kusuma Syarif Muhammad Safaruddin Najamuddin Alkadri Jamalullail (Aceh) yang memang sudah menunggu di Pontianak,
ikut juga anak Beliau Pangeran Tinggi Al Akbar Syarif Alwi Alkadrie Jamalullail (Solo) bersama ibunya Ratu Prabu Saedah Binti Syarif Abdullah Tumenggung Banten Alkadrie Jamalullail,
ikut juga Pangeran Syarif Alwi Alkadri Jamalullail (Palembang), mereka ikut dalam rombongan 40 armada dan salah satu armada kapal Bandong khusus untuk keluarga Kesultanan Qadriah Pontianak mereka semua berkumpul dari Pontianak dengan tujuan ke Martapura Banjar
Mereka semua di panggil Ratu Syahranum Ratu Banjar, agar membantu merawat dan menjaga adiknya Pangeran Kacihl Syarif Alwi Alkadrie Jamalullail
Setelah Syarif Alwi (Solo' Pangeran Tinggi Al-akbar), Syarif Alwi (Palembang Pangeran Palembang) dan Syarif Alwi (Pangeran Kacihl Martapura Banjar) berkumpul, maka Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail memanggil ke 3 anaknya dengan panggilan Alwi Tiga Bersaudara dan Alwi Tiga Serangkai
Sementara Pangeran Hadikarya Wijaya Kusuma Syarif Muhammad Safaruddin Najamuddin Alkadri Jamalullail membantu memasarkan barang dagangan ayahnya Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail sambil berda'wah dan membawa farfum yang berasal dari aceh
Sementara Alwi Solo' dan Alwi Palembang dengan ibunya Alwi Solo' Ratu Prabu Saedah Binti Syarif Abdullah di minta untuk membantu merawat Alwi Pangeran Kacihl yang kondisinya Postur tubuhnya tinggi semampai tetapi lembek, sehingga jika berjalan harus di papa, di apit atau di pimpin
MAKTAB NANGQ 1857 Dewan Pimpinan Pusat
Setelah beberapa bulan berada di Banjarmasin kemudian Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail meneruskan perjalannya menuju Sulawesi,
di Sulawesi Beliau menemui Keluar Opu Daeng Manambon dan menikah dengan seorang gadis bernama Putri Lina Binti Muhammad dari hasil pernikahan ini Melahirkan 1 anak laki-laki bernama : Pangeran Mas Mangku Syarif Yusuf Alkadri Jamalullail
Beliau berada di Sulawesi sekitar 3 bulan kemudian melanjutkan Perdagangan di NTB, NTT dan berakhir di Papua
Di NTB Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail menikahi dengan Hafizah Binti Abu Bakar Jamalullail dan memperoleh 2 anak laki-laki salah satunya adalah Pangeran Mas Negara Syarif Ghasim Alkadri Jamalullail
Dan sebagai istri yang terakhir di nikahi di Papua Nugini adalah Salmah Binti Abu Bakar dengan melahirkan 4 anak laki-laki adapun anak bungsunya adalah Syarif Ja'far Alkadri Jamalullail
Sehingga genap memperoleh 101 anak laki-laki dan perempuan dari 67 ibu kandung
Akan tetapi tidak semua istri dan anak anak Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail di tampilkan dalam Manaqib ini
Sehingga Nazar Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail terpenuhi dengan memperoleh 101 anak kandung yang terdiri dari :
68 anak laki-laki dan
33 anak perempuan
47 istri Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail yang melahirkan anak dan
20 Istri Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail yang tidak melahirkan anak (Mandul)
MAKTAB NANGQ 1857 Dewan Pimpinan Pusat
Pada bulan 01 Syawal 1197 H / 1783 M Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail tiba di Pontianak setelah 1 tahun lebih berlayar dari Kalteng, Kalsel, Sulawesi, NTB, NTT dan Papua kemudian beliau menata kembali Kesultanan Qadriah Pontianak
Pada awal tahun 1784 M / 1198 H di Safar Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail atas Saran Kesultanan RIAU dan dengan bantuan Residen Rembang VOC di Batavia William Adrian Flam menyerang Kerajaan Sukadana di Ketapang dengan alasan Karena membangkang kepada Kesultanan RIAU (menahan Pajak kepada Sultan RIAU karena Kerajaan Sukadana dalam kendali Kesultanan RIAU)