MANAQIB PANGERAN CAKRA BUANA
SYARIF ABU BAKAR BIN SULTAN SYARIF USMAN ALKADRI
Lahir : Pontianak, 13 Juni 1807 M - 1228 H. Usia hidup : 91 tahun
Wafat : Sumenep : 19 Ramadan 1136 H - 1898 M
MANAQIB PANGERAN CAKRA BUANA
SYARIF ABU BAKAR BIN SULTAN SYARIF USMAN ALKADRI
Register : 791. 18. 37.1839 Tahun 1839 M - 1260 H
Berdasarkan Catatan Pangeran Bendahara Ahmad bin Sultan Syarif Abdurrahman Alkadri, 1840 M, terdapat dalam manuskrip Pangeran Bendahara Syarif Ja"far bin Sultan Hamid I, 1857 M - Dalam Maktab NanGq 1857 Alkadri Pontianak
PANGERAN CAKRA BUANA
SYARIF ABU BAKAR BIN SULTAN SYARIF USMAN ALKADRI
Gelar :
1. Pangeran Cakra Buana Gelar setelah lahir dari ayahnya Sultan Syarif Usman Alkadrie
2. Pangeran Junjung Putih Gelar dari Masyarakat Donggala Sumenep
Karena suka memakai Jubah dan sorban Tinggi berwarna Putih, di mana di dalam sorban tersebut adalah "Bakol dari anyaman Bambu yang di lilit dengan kain sal yang berwarna putih,.
Sehingga sorban yang di kenakan seperti menjunjung barang atau sesuatu barang"
Kemudian Kawan, Sahabat, teman, Saudara hingga Masyarakat memanggilnya dengan Pangeran Junjung Putih, dan sering di pakai sehari - hari, termasuk baik di dalam majlis maupun mengisi majlis dan Khotib Jum'at
Lahir : Pontianak, 13 Juni 1807 M - 1228 H
Wafat : Sumenep : 19 Ramadan 1136 H - 1898 M
Dalam Usia : 91 Tahun
Makam : Dusun Donggala. Layo Sampang Wilayah Sumenep
Ibunda : Ratu Tengah Nyai Culan
Saudara kandung Seibu 3 orang yaitu :
1. 37. Pangeran Jaya Syarif Abdullah Alkadri
2. 37. Pangeran Cakra Buana Junjung Putih Syarif Abu Bakar Alkadri
3. 37. Syarifah Minah Alkadri Ratu Putri
4. 37. Syarifah Nurbaiti Alkadri Ratu Bungsu
Jumlah Saudara satu ayah 24 orang dari 6 ibu
istri Sultan Syarif Usman bin Sultan Syarif Abdurrahman Alkadri
Istri : Samnah Binti Sadi Alidrus
ANAK KETURUNAN :
Anak Keturunan Pangeran Cakra Buana Junjung Putih Madura :
1. 38. Syarif Alwi Alkadri sudah terkonfirmasi di Garut (2019 M)
2. 38. Syarif Hamid Alkadrie sudah terkonfirmasi di Tambelan Riau (2019 M)
3. 38. Syarif Salim Alkadri sudah terkonfirmasi di Jakarta (2022 M)
4. 38. Raden Cokro Syarif Ali Alkadri sudah terkonfirmasi di Sleman Jawa Tengah (2004 M)
5. Yang belum terkonfirmasi dalam rahasia Maktab NanGq 1857 DPP Pontianak Kalimantan Barat
KETURUNAN BELIAU DI GARUT,..
Pangeran Junjung Putih demikian gelar Syarif Abu Bakar Alkadri di Sumenep Donggala, atau Pangeran Cakra Buana Junjung Putih, Syarif Abubakar bin Sultan Syarif Osman bin Sultan Abdurrahman Pontianak, berputra :
1. 38. Syarif Alwi Alkadri , sudah terkonfirmasi di Garut (2019 M)
Kemudian Menurunkan keturunan :
1. 39. Syarif Abdullah bin Syarif Alwi Alkadri ;
Gelar Mbah Imam Pangkiroman di Garut
Bin Syarif Abubakar Pangeran Cakra Buana, Bin Sultan Syarif Usman, Bin Sultan Syarif Abdurrahman, Bin Sayyid Husein Tuan Besar Mempawah, :
Lahir : di Donggala Sumenep, 29 Desember 1834 M - 1255 H dan
Wafat, Cilelas, 13 Julhijah 1352 H - 1931 M dalam usia 97 tahun
Makam di Garut Jawa Barat
Gen 39@ Pangeran Syarif Abdullah Alkadri
MBAH IMAM PANGKIROMAN GARUT,
Menurunkan keturunan di Garut Jawa Barat :
Gen 44@ Syarif Abdulloh Ghoniyun Alkadri Jamalullail
Gen 43@ Bin Syarif Afandi
Gen 42@ Bin Pangeran Syarif Abdusshomad
Gen 41@ Bin Pangeran Syarif Enjoh Hamjah
Gen 40@ Bin Pangeran Syarif Abdul Ghany
Gen 39@ Bin Pangeran Syarif Abdulloh, Mbah Imam Pangkiroman Garut
Gen 38@ Bin Pangeran Syarif Alwi
Gen 37 @ Bin Pangeran Cakra Buana Junjuung Putih Syarif Abu bakar
Gen 36@ Bin Sultan Syarif utsman Alqadrie, Sultan Pontianak III
Gen 35 @Bin Sultan Syarif Abdurrahman, Sultan Pontianak I
Gen34@ Bin Sayyid Husein Tuan Besar Mempawah
Keterangan : Gelar Pangeran belum dinobatkan Gen 43 dan 44 terakhir
( Sumber :Maktab NanGq 1857 Kesultanan Pontianak )
ASAL MUASAL SAMPAI KE MADURA, ........
Pangeran Cakra Buana, Junjung Putih, Syarif Abubakar
Beliau sebenarnya di utus ayah untuk membantu Pamannya Pangeran "Hadiwijaya Kesuma Negara Syarif Ali Bin Sultan Syarif Abdurrahman Alkadri" di mana Distrik Jawa Timur sangat luas, maka beliau di utus dari Pontianak menuju Sumenep Jawa Timur.
Akan tetapi dengan banyaknya tuntutan para saudagar - saudagar menagih janji utang piutang yang di kelola Distrik - distrik oleh anak - anak Sultan Syarif Abdurrahman Alkadri membuat usaha perdagangan merosot drastis,
Sehingga Syarif Abu Bakar Alkadri Pangeran Cakra Buana , yang sudah merasa betah tinggal di Donggala Sumenep memutuskan untuk tetap tinggal di Donggala Sumenep karena merasa masyarakat Etnis Madura sangat peduli dan sangat menjunjung tinggi Ahlulbait Rasulullah Saw saat itu
Kemudian melalui gotong royong etnis Madura di bangunlah sebuah pendopo besar di sertai juga di bangun beberapa kamar Untuk tempat tidur dan dapur
Pendopo ini awalnya hanya sebagai tempat pertemuan saudagar - saudagar yang ingin berkunjung di tempat Pangeran Junjung Putih sekaligus Untuk beristirahat,
Seiring waktu karena berkurang hasil perdagangan Kesultanan Kadriah Pontianak
Akhirnya pendopo tersebut di jadikan sebagai tempat pengajian dan majelis Donggala, sementara untuk keperluan sehari-hari dari hasil pengalaman membantu Paman nya berdagang beliau berusaha mengikuti jejak tersebut hanya untuk wilayah sekitaran Sumenep
Usaha ini cukup berhasil sehingga majlis Donggala Sholawat dan Tarekat Kadriah yang beliau dirikan berkembang dengan pesat di Donggala
Jika ada masyarakat Donggala Sumenep yang sakit biasanya mereka juga sering mendatangi pendopo pangeran Junjung Putih Untuk berobat
AHLI PENGOBATAN AKUFUNTUR/ TUSUK JARUM, ..
Pangeran Cakra Buana, Junjung Putih, Syarif Abubakar
Dalam ilmu pengobatan pangeran Junjung Putih memiliki salah satu kelebihan yaitu dengan ilmu akufuntur tusuk jarum, untuk mengeluarkan berbagai penyakit yang di derita penduduk Donggala dan sekitarnya
Metode pengobatan dengan akupuntur tusuk jarum ini beliau pelajari dari tabeb - tabeb Cina yang berprofesi sebagai Saudagar. Adapun metode akufuntur tersebut dengan menusuk urat aliran darah untuk mengeluarkan darah kotor dengan cara :
1. Memijat terlebih dahulu sendi - sendi aliran darah yang terasa terisi angin atau urat dengan maksud agar untuk memperlancar aliran darah - darah yang tersembat darah kotor
2. Dengan urutan tersebut darah kotor akan mengumpul dan pada titik inilah yang di tusuk sehingga darah kotor akan keluar dengan sendirinya
3. Penusukan mengunakan jarum beringga agar ketika darah kotor semua sudah keluar kemudian jarum di lepas kemudian bekas tusukan di urut agar tersebut kembali
Menurut Pangeran junjungan putih :
Jika tidak di urut serkulasi darah kotor akan terpencar sehingga bisa keluar bersama dengan darah bersih yang menyebabkan seseorang bisa kekurangan darah, sebab itu pengurutan titik akufuntur sangat di perlukan
Pengobatan dengan tusuk akufuntur sangat banyak manfaatnya diantara manfaat tersebut adalah:
1. Membuang darah kotor dan memperlancar aliran darah, sehingga akan dapat menyembuhkan berbagai penyakit seperti :
Strok, tinggi darah, rendah darah, anemia, pusing kepala, rematik, menambah tenaga sebab darah kotor yang menumpuk atau yang masuk di celah - celah syaraf dan urat akan membawa penyakit tersebut termasuk juga memicu sakit jantung dan lainnya
2. Darahnya yang kotor juga berasal darah penyakit - penyakit gaib seperti tenung, santet, tujuh, yang di kirim seseorang melalui media tersebut dengan memasukan bangsa jin, siluman, dedemit di dalam tubuh manusia secara bertubi-tubi,
Akibatnya darah menjadi rusak dan kotor
Dengan membuang darah kotor bangsa jin, siluman, dedemit akan ikut terkeluar dengan sendirinya, karena mereka memang berada di tempat aliran darah kotor tersebut,
Bangsa - bangsa jin, siluman, dedemit akan kepanasan jika berada di darah yang bersih, sehingga mereka mencari celah dan masuk di dalam darah - darah yang kotor, metode akufuntur tersebut juga di gunakan pangeran Junjung Putih untuk mengeluarkan jenis - jenis mahluk tersebut dengan total,( mengobati penyakit Ghaib ) sebab itu perlunya menjaga darah agar jangan sampai kotor, dengan darah yang bersih leluhur akan Selalu mendampingi kita setiap Saat ungkap beliau
MBAH IMAM PANGKIROMAN GARUT , ...
Ternyata metode pengobatan beliau berkembang pesat, ...
Sehingga di pelajari anak dan cucu Beliau.
Salah satu cucu Beliau yang berhasil dengan sempurna belajar nya adalah
Syarif Abdullah Alkadrie yang kemudian terkenal sebagai Pangeran Imam Pangkiroman (dalam istilah etnis Madura seorang Imam yang mampu mengusir mahluk jahat dengan Keimanan dan Karomahnya) dalam ilmu pengobatan akupuntur,
Sehingga dengan cara ini darah - darah kotor terbuang dan terganti dengan darah yang bersih, darah yang bersih ini tidak akan bisa di masuki oleh makhluk - mahluk jahat tersebut
Sehingga penyakitnya tidak bertulang - ulang kembali' termasuk santet, tenung, tujuh tidak akan bisa masuk karena darahnya sudah bersih
Ungkap Pangeran Junjung Putih,
Dengan keberhasilan mempelajari ilmu tersebut secara sempurna,...
Kemudian Syarif Abdullah Alkadri Mbah Imam Pangkiroman di kirim ke Jawa Barat tepatnya di Garut Kampung Cilelas Desa Cibunar Kecamatan Cibatu Garut Jawa Barat
Syarif Abdullah bin Alwi Alkadri ;
Gelar Mbah Imam Pangkiroman,
Makam di Garut Jawa Barat
Bin Abubakar Pangeran Cakra Buana Bin Sultan Usman, Bin Sultan Abdurrahman, Bin Sayyid Husein Tuan Besar Mempawah, :
Lahir : di Donggala Sumenep, 29 Desember 1834 M - 1255 H dan
Wafat, Cilelas, 13 Julhajih 1352 H - 1931 M dalam usia 97 tahun
Selain itu Syarif Abdullah Pangkiroman Alkadri juga senang latihan berkuda, memanah dan olah kanuragan sehingga menjadi mahir dan lincah serta cekatan
MBAH IMAM PANGKIROMAN GARUT
DIUTUS KE PONTIANAK,..
Pada usia 21 tahun 1855 M,
Beliau di utus ayahnya Syarif Alwi bin Pangeran Junjung Putih Syarif Abubakar, untuk menemui kakek nya sekaligus mengobati salah satu keluarga Istana yang sakit, sebab berita tentang keahlinya dalam pengobatan akufuntur terdengar sampai di Pontianak
Setelah yakin keluarga yang di obati sembuh kemudian beliau kembali lagi dari Pontianak ke Jawa Barat setelah hampir dua bulan berada di Pontianak
MELAWAN PENJAJAH BELANDA
Ketika tiba di Garut ternyata sedang terjadi perlawanan dengan Belanda yang di kirim dari Divisi Rembang VOC Batavia Jakarta
Sehingga beliau juga ikut angkat senjata
Karena merasa kewalahan Ahkirnya Residen Rembang VOC Batavia Jakarta meminta bantuan dari pasukan Belanda Pontianak dan Sumatra
Karena keberanian dan Kepiawanya dalam bertempur sehingga Syarif Abdullah Pangkiroman Alkadri di angkat menjadi komandan tempur perlawanan di Garut.
Dengan demikian selain sebagai Tabib,
Mbah Imam juga penyebar agama Islam beliau juga sebagai pemimppin pasukan dan komandan perang sertamemimpin perdagangan yang mewaris sipat ayahnya dan kakeknya Pangeran Junjung Putih Syarif Abu Bakar bin Sultan Syarif Usman Alkadri dan leluhurnya Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie Jamalullail
Perjuangan Syarif Abdullah Pangkiroman Alkadri dari Garut , Pasundan hingga Sumatra dalam melawan penjajah Belanda menghabiskan waktu yang panjang dalam perjalanan hidupnya hingga wafatnya di garut
Demikian Manaqib Singkat Pangeran Cakra Buana Junjung Putih Syarif Abu Bakar' bin Sultan Syarif Usman Alkadri
Semogaa Bermanfaat bagi Ahlulbait dan bilkhusus keturunan Beliau
MAKTAB NANGQ 1857
Dewan Pimpinan Pusat Pontianak
Kantor Pemeliharaan Dan Statistik Sejarah Ahlulbait
Pangeran Bendahara Syarif Ja'far Bin Sultan Syarif Hamid I Alkadri
Pontianak,
Rabu 1 Januari 2025 M - 2 Rajab 1446 H
TTD
Ketua Dewan Nasab
Candra Alkadri Abdullah Alkadri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar